PELATIHAN DETEKSI DINI MASALAH REMAJA DAN KONSELING SEBAYA BAGI REMAJA BINAAN DI KECAMATAN JOHAR BARU
Kata Kunci:
pelatihan, konseling, deteksi dini, sebaya, remajaAbstrak
Permasalahan yang dialami oleh para remaja semakin bervariasi. Selain itu, perilaku negatif remaja, semakin tahun juga semakin mengalami peningkatan. Oleh karena itu, diperlukan suatu program yang memberi pengetahuan kepada kelompok remaja untuk terhindar dari berbagai permasalahan, membantu mendeteksi permasalahan tersebut, serta membantu teman sebayanya dalam mengatasi permasalahan yang muncul. Salah satu program yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pelatihan konseling sebaya dan deteksi dini masalah remaja. Pelaksanaan kegiatan dilakukan kepada remaja binaan yang berdomisili di Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat. Dari hasil evaluasi pada 20 peserta yang menyelesaikan program, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan (p=0.012; p<0.05) antara pengetahuan peserta sebelum dan setelah dilakukan pelatihan. Skor pengetahuan peserta setelah pelatihan lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum pelatihan. Hal ini berarti bahwa pelatihan yang diberikan secara signifikan efektif untuk meningkatkan pengetahuan para peserta tentang deteksi dini masalah remaja. Selain itu, ditemukan pula peserta puas dengan pelaksanaan pelatihan. Hal ini mengindikasikan bahwa program pelatihan layak untuk dilanjutkan dan dirasakan memberi manfaat bagi para remaja binaan di kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat.
Referensi
Badan Pusat Statistik Kota Administrasi Jakarta Pusat. (2016). Kecamatan Kemayoran Dalam Angka 2016. ISSN: 0852-2170
Brammer, L.M. (2004). Helping Relationship
Monks. (2004). Psikologi perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Fathiyah, K. N., & Harahap, F. (2008). Konseling Sebaya untuk Meningkatan Efikasi Diri Remaja terhadap Perilaku Berisiko. Naskah Publikasi. Diakses pada 20 April 2017 dari http://staff.uny.ac.id.
Infodatin. (2015). Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Pusat data dan informasi Kementerian Kesehatan RI. ISSN: 2442-7659.
Lesmana, J.M. (2008). Dasar-dasar Konseling. Jakarta: UI-Press
Prawira, A., E. (2015). Jumlah Remaja Peminum Miras Meningkat Sejak 2007. Diakses pada 28 Oktober 2016 dari http://health.liputan6.com/read/2214771/jumlah-remaja-peminum-miras-meningkat-sejak-2007
Papalia, D.E., Olds, S.W & Feldman, R.D. 2005. Human Development (10th Ed). McGrawHill
Riskesdas (2013). Riset kesehatan dasar. Diunduh pada 28 Oktober 2016
Santrock, J.W. 2005. Adolescence (10th Ed). McGrawHill
Sarafino, E.P. (2006). Health psychology: Biopsychosocial interactions fifth edition.USA: John Wiley & Sons.
Sartika, A. A., Indrawati, E. S., & Sawitri, Dian R. (2009). Hubungan antara konformitas terhadap teman sebaya dengan intensi merokok pada remaja perempuan di sma kesatrian 1 semarang. Psycho Idea, Vol. 7 No. 2.
Sarwono, S., W. (2004). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Rajagrafi Persada.
Syamsu, Y. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Unduhan
Diterbitkan
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2025 Rina Rahmatika, Ratih Arrum Listyandini, Endang Fourianalistyawati

Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.