PERSPEKTIF AGAMA DALAM KESEHATAN

Authors

  • Zaenal Muttaqien Sofro Departemen Fisiologi, Fak.Kedokteran UGM

https://doi.org/10.33476/knpk.v1i1.5247

Keywords:

potensi manusia, iman,, kasih sayang, ketenangan jiwa

Abstract

Manusia pada awal kejadiannya (kisah Nabi Adam ‘alaihissalaam) menimbulkan kehawatiran malaikat karena menurut pendapatnya bahwa manusia memiliki potensi untuk saling menumpahkan darah, sementara malaikat senantiasa memahasucikanNya. Allah sebagai sang Pencipta (Khaliq) lebih tahu tentang tujuan mengapa Ia menciptakan makhluk yang diciptakanNya. Jin dan manusia sebagai makhluk-Nya diciptakan hanyalah untuk beribadah kepadaNya (Khaliq). Membangun hubungan dengan Allah (hablum minallah) dan sesama manusia (hablumminannas) menjadi penting untuk mempertahankan keharmonisan yang besifat hakiki. Silaturrahim ( silat/menyambung dan Rahim/compassion) merupakan istilah yang cukup ringkas untuk menggambarkan hubungan keduanya (QS.4 : 1 ). Istilah insan menunjukkan bahwa selain manusia secara strukturnya adalah harmonis juga memiliki sifat bawaan yang ramah. Kata Insan juga memiliki akar kata yang sama dengan nisyan yang artinya lupa. Jadi sifat pelupa inilah yang harus selalu berdampingan dengan dzikr yang artinya tidak saja mengingat tetapi juga menyebut (QS.3: 190-191, QS.7205, QS.18:23-24) agar sebagai makluq senantiasa dapat menjalin hubungan dengan Khaliqnya. Terputusnya hubungan dengan sang Khaliq berdampak buruk di dunia maupun di akhirat (QS.7:179, S. Taha.2): 124-125, QS.59: 18-19, ). Setiap insan yang terlahir dari perut ibunya sesungguhnya dalam keadaan tidak berpengetahuan, kemudian oleh Allah diberinya pendengaran, penglihatan dan akal agar bersyukur (QS.16: 78). Syukur inilah yang menjadikan ni’mat Allah yang diberikan kepada manusia secara terus menerus bertambah seperti ni’mat kesehatan, ilmu, iman dan lainnya (QS.14: 7 ), namun pada kenyataannya hanya sedikit hambaNya yang besyukur (QS.67:23). Keberhasilan manusia dalam mengemban misi kehidupannya sebagai khalifah fil ardh (wakil Tuhan di muka bumi) ditunjukkan dengan sikap ridha Allah terhadap manusia ( QS.89 27-30) yang untuk mencapainya manusia harus senantiasa berjuang untuk mengatasi kedua nafsu lainnya yaitu: nafsu ammarah (QS.12:53) dan lawwaamah(QS.75:2). Ditunjukkan di dalam Al-Qur’an apabila manusia mampu mengatakan bahwa Allah sebagai RabbNya dan beristiqamah niscaya Allah turunkan para malaikatNya untuk menghilangkan kesedihan dan ketakutan dan bahkan senantiasa memberikannya suasana hati yang gembira ( s. fusshilat: 30). Kondisi seperti inilah yang sesunggunya merupakan kunci kesehatan bagi manusia baik secara biologis, psikologis, social dan spiritual. Allah telah mengirimkan utusanNya sebagai teladan yang baik (uswatun hasanah) bagi seluruh umat manusia. Beliau nabi Muhammad s.a.w memiliki hati yang lembut dan penuh kasih sayang terhadap umatnya (QS.3:159) yang hanya sekali mengalami sakit dalam hidupnya. Hal ini menunjukkan bahwa keimanan yang tangguh dan sifat kasih sayang ( Rahim ) menjadi modal utama bagi kesehatan.

References

n/a

Downloads

Published

18-02-2025