Hubungan Aktivitas Fisik terhadap Tinggi Badan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum Universitas YARSI yang Berumur Kurang dari atau Sama dengan 20 Tahun

Authors

  • Adinda Savitri
  • Yenni Zulhamidah
  • Etty Widayanti

https://doi.org/10.33476/mkp.v12i1.1603

Keywords:

Aktivitas Fisik, Tinggi Badan, Mahasiswa

Abstract

Latar Belakang: Penelitian sebelumnya telah menemukan hubungan antara ukuran tinggi badan pendek dengan tingkat pendidikan dan produktivitas manusia di masa depan. Beberapa penelitian telah menemukan bahwa aktivitas fisik berkorelasi dengan optimalisasi pertumbuhan massa mineral tulang yang dicapai pada awal usia 20 tahun, selanjutnya akan mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan hipotesis tentang hubungan antara aktivitas fisik dengan tinggi pada remaja usia lanjut. Metode: Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif korelasional dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi sampel yang digunakan adalah mahasiswa kedokteran tahun pertama dan kedua Universitas YARSI yang berusia ? 20 tahun. Penentuan intensitas aktivitas fisik harian menggunakan kuesioner dan Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ). Tinggi diperoleh dengan pengukuran tinggi badan responden secara langsung dan dikategorikan ke dalam tiga kelompok berdasarkan kurva CDC 2000. Data dianalisis dengan uji statistik Pearson Chi Square. Hasil: Analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas fisik pada remaja dengan tinggi badan dengan nilai P (P = 0,992 <5%), tetapi ditemukan hubungan antara aktivitas fisik selama periode prapubertas dengan tinggi badan dengan nilai P (P = 0,045 <5%). Simpulan: Aktivitas fisik yang dilakukan selama masa remaja tidak memiliki hubungan dengan tinggi badan, tetapi aktivitas fisik yang dilakukan selama periode prapubertas memiliki hubungan terhadap tinggi badan.

References

Bogin et al., 2015, ‘Sex, Sport, IGF-1 and the Community Effect in Height Hypothesis’, International Journal of Environmental Research and Public Health, 12, 4817-4822.

Desrida, Afriwardi, Kadri H. 2017. ‘Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik, Jumlah Asupan Vitamin D dan Kalsium Terhadap Tingkat Densitas Tulang Remaja Putri di SMA Negeri Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam’, Jurnal Kesehatan Andalas, 6(3), 572-580.

Dhewey KG dan Begum K. 2011. ‘Long-term Consequences of Stunting in Early Life’, Blackwell Publishing Ltd Maternal and Child Nutrition, vol. 7 (Suppl. 3), 5–18.

Harahap H, Sandjaja, Soekatri M. 2015, “Kepadatan Tulang, Aktivitas Fisik, dan Konsumsi Makanan Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 6-12 Tahun”. Gizi Indon 2015, 38 (1), hh:1-8.

Klein-Nulend J, van Oers RF, Bakker AD & Bacabac RG. 2015. Bone cell mechanosensitivity, estrogen deficiency, and osteoporosis. Journal of Biomechanics, 48(5), 855-865.

Mohr et al., 2015. ‘Effects of Soccer vs Swim Training on Bone Formation in Sedentary Middle-Aged Women’, European Journal Applied of Physiology, vol.115, 2671-2679.

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Soetjiningsih. 2016, “Tumbuh Kembang Anak”, Jakarta: EGC

Stuijvenberg et al., 2015, ‘Low intake of calcium and vitamin D, but not zinc, iron or vitamin A, is associated with stunting in 2- to 5-year-old children’. Nutrition Journal, 31, 841-846.

World Health Orgnization. 2010, Global Health Recommendations on Physical Activity for Health, Geneva: WHO Library Cataloguing-in-Publication Data, http://www.who.int/dietphysicalactivity/factsheet_recommendations/en/, diakses pada 25 may 2018.

Zouch M, Vico L, Frere D, Tabka Z & Alexandre C. 2014. Young male soccer players exhibit additional bone mineral acquisition during the peripubertal period: 1-year longitudinal study. Eur J Pediatr, 173(1), 53-61.

Downloads

Published

2021-03-03

Issue

Section

Artikel Penelitian