HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BADUTA DI DESA KONCANG, KORONCONG, DAN KADUGADUNG, KECAMATAN CIPEUCANG, KABUPATEN PANDEGLANG, BANTEN, INDONESIA

Authors

  • Anisa Ayuningtyas Yarsi University
  • Chita Annisha Yarsi University
  • Mirza Insani Yarsi University
  • Reysaharif Yuansafikri Yarsi University
  • Salma Nara Fadhilla Yarsi University
  • Maya Trisiswati Yarsi University

https://doi.org/10.33476/jky.v28i3.1233

Keywords:

Stunting, BBLR

Abstract

Pendahuluan: Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Pada saat anak  melewati  usia  dua  tahun,  maka  sudah  terlambat untuk  memperbaiki  kerusakan  pada  tahun-tahun  awal kehidupan. BBLR (berat badan lahir rendah) merupakan salah satu masalah kesehatan yang memerlukan perhatian di berbagai negara karena dapat mempengarhui pertumbuhan janin. Berdasarkan Penelitian prevalensi kejadian BBLR di Provinsi Banten menempati peringkat ke 9 Nasional dengan prevalensi diatas nasional (> 6,2%). Prevalensi kejadian BBLR pada desa Koncang, Keroncong, dan Kadugadung sebesar 8,70%, 14,29%, dan 7,46%.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan metode penelitian berupa survey dan pengambilan sampel secara total sampling. Uji hipotesis penelitian ini menggunakan uji ChiSquare.
Hasil: Hasil analisis statistik nilai P value <0,05 yaitu nilai P 0,011 pada baduta dan nilai P 0,011 yang menunjukkan ada hubungan BBLR dengan kejadian Stunting pada baduta.
Kesimpulan: Hasil analisis bivariat menunjukan ada hubungan yang signifikan atau bermakna antara BBLR dengan kejadian Stunting pada baduta dan balita di Desa Kerocong, Kecamatan Keroncong, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. 

References

Akombi, Blessing Jaka, et al. 2017. Stunting and severe Stunting among children under-5 years in Nigeria: A multilevel analysis. Nigeria: BMC Pediatrics.

Anindita P. 2012. Hubungan tingkat pendidikan ibu, pendapatan keluarga, kecukupan protein & zinc dengan Stunting (pendek) pada balita usia 6-35 bulan di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. J Kesehatan Masyarakat. 2012;1(2):617–26.

Arma AJA. 2001. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang bayi ibu bekerja (Nakerwan) di Sentra Industry. Jurnal Nusantara. 2001; 34 (3): 139-45 13.

Badan Pusat Statistik. 2019. Profil Statistik Kesehatan 2019. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Bappenas. 2014. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 20102014. Jakarta. Cakrawati D, NH M. 2014. Bahan Pangan, Gizi, Dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta.

Caulfield LE, Ricard SA, Rivera JA, Musgrove P, Black RE. 2010. Stunting, wasting and micronutrient deficiency disorders. In: Jamison DT, Breman JG, Measham AR, Alleyne G, Cleason M, Evans DB, et al, editors. Disease Control Priorities In Developing Countries. 2nd ed. The World Bank and Oxford Universit Pess. New York.

Festy, P. 2009. Analisis faktor risiko pada kejadian berat badan lahir rendah di Kabupaten Sumenep, 1–13. Tersedia online: http://fik. um-surabaya.ac.id/sites/default/files /jurnall/ANALISIS-FAKTOR-RES IKO-PADA-KEJADIAN-BERATBADAN-LAHIR-RENDAH-Di-KA BUPATEN-SUMENEP.pdf

Fitri. 2012. Berat lahir sebagai faktor dominan terjadinya Stunting pada balita (12-59 bulan) di Sumatera (Analisis Data Riskesdas 2010). Universitas Indonesia.

Gershwin ME, Nestel P, Keen CL. 2004. Handbook of Nutrition and Immunity. New Jersey: humana press.

Hizni A, Julia M, Gamayanti IL. 2010. Status stunted dan hubungannya dengan perkembangan anak balita di Wilayah Pesisir Pantai Utara Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 2010; 6 (3): 131-7.

Ibrahim IA, et al. 2019. Analisis determinan kejadian Growth Failure (Stunting) pada anak balita usia 12 – 36 bulan di wilayah pegunungan Desa Bontongan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Al-Sihah: Public Health Science Journal Vol. 11 No.1: 50 – 64.

Kemenkes, RI. 2013. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI. Diunduh tanggal 10 April 2017 dari http://www.pusdatin.kemkes.go.id

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Situasi balita pendek. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Hasil Utama RISKESDAS 2018. Tersedia online: https://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_2018/Hasil%20Riskes das%202018.pdf

Kristanto B. 2017. Review literatur: analisis pengaruh faktor risiko terhadap kejadian Stunting pada anak balita. Kosala. 2017;5(1):71–81.

Kusumawati E, Rahardjo S, Sari HP. 2015. Model pengendalian faktor risiko Stunting pada anak bawah tiga tahun. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2015; 9 (3)

Mardani RAD, Wetasin K, Suwanwaiphatthana W. 2015. Faktor prediksi yang mempengaruhi terjadinya Stunting pada anak usia dibawah lima tahun. Jurnal Kesehatan

Masyarakat. 2015; 11 (1): 1-7. 22.

Maulidah WB, Rohmawati N, Sulistiyani S. 2019. Faktor yang berhubungan dengan kejadian Stunting pada balita di Desa Panduman Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember. Ilmu Gizi Indonesia, Vol.02, No.02 : 89 – 100.

Pramono, S. 2009. Risk Factor Occurrence Low Birth Weight According Social Determinant, Economic, and Demographic Indonesia. Health System Research Bulletin.

Proverawati, A. & Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Muha Medika.

Rahayu, A, et al. 2015. Riwayat Berat Badan Lahir dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia Bawah Dua Tahun. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 10, No. 2, November 2015

Rahayu A, et al. 2016. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pendek pada anak usia 6-24 bulan. KEMAS 11 (2) (2016): 96 – 103.

Rahayu, L. S., & Sofyaningsih, M. 2011. Pengaruh BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan Pemberian ASI Eksklusif terhadap Perubahan Status Stunting pada Balita di Kota dan Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Peran Kesehatan Masyarakat Dalam Pencapaian MDG’s Di Indonesia, (April 2011), 160–169. Tersedia online: http://journal.unsil.ac.id/jurnal/prosiding/9/9leni_19.pdf.pdf

Rahmadi A. 2016. Hubungan berat badan dan panjang badan lahir dengan kejadian Stunting anak 12-59 bulan di provinsi lampung. Jurnal Keperawatan, Vol XII, No.2: 209-2018.

Saraswati, E., & Sumarno, I. 1998. Risiko Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (Kek) Dan Anemia Untuk Melahirkan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (Bblr). Jurnal Penelitian Gizi Dan Makanan. Retrieved from http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/view/2339

Sundari, Rina M. 2018. Hubungan berat badan lahir rendah (bblr) dan perilaku pemberian asi eksklusif dengan kejadian Stunting baduta di puskesmas sangkrah kota Surakarta. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Supriyanto Y, Paramashanti BA, Astiti D. 2017. Berat badan lahir rendah berhubungan dengan kejadian Stunting pada anak usia 6-23 bulan. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia Vol. 5, No. 1, 2017: 23-30. Tersedia online pada:http://ejournal.almaata.ac.id/i ndex.php/IJND

Torlesse H, Cronin AA, Sebayang SK, Nandy R. 2016. Determinants of Stunting in Indonesian children: Evidence from a cross-sectional survey indicate a prominent role for the water, sanitation and hygiene sector in Stunting reduction. BMC Public Health. BMC Public Health; 2016;16(1):1–11.

UNICEF, WHO and the World Bank Group. 2019. Levels and trends in child malnutrition. WHO/NMH/ NHD/19.20.

United Nations Children’s Fund (UNICEF). 2009. Tracking progress on child and maternal nutrition: A survival and development priority [Internet]. New York: United Nations

Children’s Fund (UNICEF); Tersedia online: https://www. unicef.org/publications/files/Tracking_Progress_on_Child_and_Matern al_Nutrition_EN_110309.pdf

WHO. 1991. Child Growth Standarmalnutrition among children in poor area of china. Public Health Nutr. 1991;12:8

Published

2022-10-10

Issue

Section

Research Articles