Penggunaan Obat Asma Pada Pasien Asma di Puskesmas Karang Rejo Tarakan
https://doi.org/10.33476/yjp.v2i1.2198
Keywords:
Asma, Obat asma dan PuskesmasAbstract
Latar belakang
Asma adalah penyakit heterogen yang disebabkan pajanan alergen, ditandai dengan inflamasi jalan napas kronis dengan prevalensinya di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar mencapai 4,5% dan untuk mengatasinya diperlukan obat – obat asma.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan obat asma pada pasien asma di Puskesmas Karang Rejo Tarakan pada periode Januari – April 2017
Metode
Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif dengan mengumpulkan data sekunder dari rekam medik pasien asma memenuhi kriteria inklusi baru pertama kali mendapat terapi asma dengan data rekam medik yang lengkap.
Hasil dan Diskusi
Jumlah pasien puskesmas sebanyak 26.947 dengan pasien yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 225 pasien terdiri dari laki – laki (56,8%) dan perempuan (43,2%) pada rentang usia terbanyak anak – anak usia 0-5 tahun (32,8%) dan usia 20-44 tahun (29,3%). Obat yang paling banyak digunakan adalah Salbutamol (42%) dan Dexsamethasone (21,2%). Monoterapi yang paling sering digunakan adalah Salbutamol (14,2%), kombinasi 2 obat yaitu Salbutamol dan Dexamethasone (27,1%), kombinasi 3 obat yaitu Salbutamol, Gliseril Guaiakolat, dan Dexsamethasone (13,7%), dan kombinasi 4 obat yaitu Salbutamol, Dexamethasone, Gliseril Guaiakolat dan Klorfeniramin Maleat (2,6%).
Kesimpulan
Salbutamol merupakan obat utama dalam penanggulangan asma baik sebagai monoterapi, kombinasi 2 obat, kombinasi 3 obat, dan kombinasi 4 obat.
References
Barnes P. J. (2006). Drugs for asthma. British Journal of Pharmacology, vol. 147, Supplement 1, pp. S297–S303,
Departemen Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jenkins, MA, Dharmage, SC, Flander, LB, Douglass, JA, Ugoni, AM, Carlin, JB, Sawyer, SM, Giles, GG, Hopper, JL. 2006. Parity and decreased use of oral contraceptives as predictors of asthma in young women. Clinical & Experimental Allergy. 36(5): 609-613.
Laura S, Spatafora M, Scichilone N. 2015. Asthma and metabolic syndrome: Current knowledge and future perspectives. World Journal of Clinical Cases. 3(3):285-92.
Mary, LH. 2007. Immunoglobulin E?mediated airway inflammation is active in most patients with asthma. Journal of the American Academy of Nurse Practitioners. 19(9): 439-449.
Muchid, Abdul. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Mangunnegoro, H. 1991. Diagnosa Penatalaksanaan Asma. Cermin Dunia Kedokteran. 69: 50-54.
Pedersen, Soren. 2017. Global Strategy for Ashtma Management and Prevention. Cape Town: University of Cape Town Lung Institute, page: 14.
Seagrave J. (2008). Mechanisms and implications of air pollution particle associations with chemokines. Toxicol Appl Pharmacol. 232:469–477.
Saleh JA. (2008). Combination therapy in asthma: a review. Niger J Med. Jul-Aug;17(3):238-43.
Stankovi? I, et al. (2007). Is there any point in a corticosteroid treatment of intermittent asthma?. Scientific World Journal. 3;7:1082-9.
Winer, RA, Qin, X, Harrington, T, Moorman, J, Zahran, H. 2012. Asthma incidence among children and adults: findings from the Behavioral Risk Factor Surveillance system asthma call-back survey--United States, 2006-2008. Journal of Asthma. 49(1):16-22.