Penggunaan Dan Pemilihan Obat Antidiabetes pada Pasien Diabetes Rawat Jalan di Puskesmas Karang Rejo Tarakan
https://doi.org/10.33476/yjp.v2i1.2197
Keywords:
Diabetes mellitus, Antidiabetes, Rawat Jalan dan PuskesmasAbstract
Prevalensi diabetes pada tahun 2000 untuk semua kelompok usia adalah 2,8%, angka ini diperkirakan akan meningkat hingga 4,4% pada tahun 2030. Menurut Riset Kesehatan Dasar di Indonesia prevalensi DM pada tahun 2013 mencapai 2,1% tetapi hanya 1,5% yang telah terdiagnosis diabetes mellitus, untuk mengobati diabetes mellitus diperlukan obat-obat antidiabetes.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan obat antidiabetes pada pasien diabetes mellitus rawat jalan di Puskesmas Karang Rejo Tarakan
Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif dengan mengumpulkan data sekunder dari rekam medik pasien yang lengkap dari pasien diabetes mellitus yang menjalani rawat jalan di Puskesmas Karang Rejo Tarakan pada periode Januari-April 2017. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu pasien yang baru pertama kali mendapat terapi antidiabetes.
Hasil dan Diskusi
Pasien diabetes mellitus baru yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 52 pasien, terdiri dari 34 (65,38%) berjenis kelamin perempuan dan 18 (34,62%) berjenis kelamin laki-laki, dan usia kejadian diabetes mellitus terjadi pada pasien dengan usia diatas 40 tahun. Obat antidiabetes yang paling banyak digunakan antara lain Metformin (64,29%), Glimepiride (18,57%), dan Glicazida (17,14%). Pemberian obat antidiabetes digunakan sebagai monoterapi (65,38%), adalah Metformin (51,92%) dan kombinasi 2 obat yang digunakan yaitu Metformin+Glimepiride (17,31%) dan Metformin+Glicazida (17,31%).
Kesimpulan
Metformin digunakan sebagai obat antidiabetes baik monoterapi maupun kombinasi, dan terapi kombinasi 2 obat digunakan apabila dalam waktu 3 bulan sasaran gula darah pasien tidak mencapai target.
References
American Diabetes, Association. 2012. Standards of medical care in diabetes--2012. Diabetes Care. 35 Suppl 1: S11–63.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Rencana Strategi Departemen Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
DiPiro, JT., et al. 2008. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (7th Edition). USA: McGraw-Hill.
Guidoni CM, Borges AP, Freitas OD, Pereira LR. 2012. Prescription pattern for diabetes mellitus ans theurapethic implications: a population-based analisys. Pharmaceutical Assistance and Clinical Pharmacy Research Center (CPAFF). Universitas Sao Paulo Brazil: 56/2.
Irawan, Dedi. 2010. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2007). Thesis. Universitas Indonesia.
Malin SK, Kashyap SR. 2014. Effects of metformin on weight loss: potential mechanism. Curr Opin Endocrinol Diabetes Obes.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2011. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia 2011. (p: 4-10, 15-29)
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2015. Petunjuk Praktis: Terapi Insulin Pada Pasien Diabetes Mellitus, PB. PERKENI. Jakarta.
Ripsin CM, Kang H, Urban RJ. 2009. "Management of blood glucose in type 2 diabetes melitus". Am Fam Physician 79 (1): 29–36.
Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Sunjaya, I Nyoman. 2009. “Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali sebagai Faktor Risiko Diabetes mellitus Tipe 2 di Tabanan.” Jurnal Skala Husada Vol. 6 No. 1: 75-81
Wild S., Roglic G., Green A., et al. 2004. Global Prevalence of Diabetes: Estimates for for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes Care, 27, 1047-1053.