Perbandingan efektivitas beberapa pelarut terhadap kelarutan Cerumen Obturans secara In Vitro

Authors

  • Syahrijuita Syahrijuita Department of Biochemistry, Faculty of Medicine Hasanuddin University, Makassar
  • Sutji Pratiwi Rahardjo Department of Otorhinolaryngology, Faculty of Medicine Hasanuddin University, Makassar
  • Nani I. Djufri Department of Otorhinolaryngology, Faculty of Medicine Hasanuddin University, Makassar
  • Riskiana Djamin Department of Otorhinolaryngology, Faculty of Medicine Hasanuddin University, Makassar

https://doi.org/10.33476/jky.v17i3.216

Keywords:

efektivitas, pelarut, cerumen obturans, in vitro

Abstract

Cerumen obturans merupakan suatu keadaan patologis yang tidak membahayakan jiwa tetapi dapat mengakibatkan perasaan tidak nyaman seperti rasa penuh di telinga, nyeri, gangguan pendengaran dan ketulian serta penurunan kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektivitas enam pelarut yaitu aquadest, larutan garam NaCl 0,9%, minyak kelapa, minyak zaitun, karbogliserin 10% dan sodium dokusat 0,5% terhadap cerumen obturans secara in vitro serta untuk mengetahui lama waktu kontak yang paling efektif suatu pelarut terhadap kelarutan serumen. Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium dengan menggunakan 30 spesimen cerumen obturans yang telah dipadatkan dengan berat masingmasing 40 mg. Tingkat kelarutan serumen diukur dengan menggunakan spektrofotometer Spectronic 21. Perbandingan efektifitas pelarut diuji dengan menggunakan uji One Way Anova dengan alfa < 0,05. Didapatkan hasil bahwa efektivitas pelarut yang berbeda bermakna didapatkan pada menit ke 20, 25 dan 30 hanya antara aquadest dan NaCl 0,9% terhadap minyak kelapa dan minyak zaitun menggunakan spektrofotometer.Waktu kontak yang efektif secara in vitro adalah ? 20 menit dan cenderung meningkat sampai batas 30 menit. Pada menit ke 20 dan 25, NaCl 0,9% merupakan pelarut yang paling efektif sedang pada menit ke 30 yang paling efektif adalah aquadest. Minyak zaitun dan minyak kelapa merupakan pelarut yang efektivitasnya paling rendah. Pelarut berbasis air lebih efektif dibanding pelarut berbasis lemak.

References

Bellini MJ, Terry RM, Lewis FA 1989. An Evaluation of Common Cerumenolytic Agent: An In-Vitro Study. Blackwell Synergy-ClinOtolaryngol.Vol 14 Issue 1: 23-23.

GuestJF, GreenerMJ, Robinson AC, Smith AF 2004. Impacted Cerumen: Composition, Production, Epidemiology and Management. Q.J. Med. 97:77488.

Hawke M 2007. Update Cerumen and Cerumenolytics. http:/ www.ENT Journal. Com/ search.htm.02/20/2007

Muhammad & Farida 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PrevalensiOtitis Media Pada Murid Sekolah Dasar di Makassar. Thesis.BagianI.K.THTK.FK.UNHAS.Makassar. Hal 5-40.

Rahayu ML, Sudipta MI, Setiawan EP2008. Perbedaan Daya Larut Karbogliserin 10%, Hidrogen Peroksida 3%, Olium Koos, Akuades dan Natrium Dokusat 0,5% Dalam Gliserin Terhadap Serumen Obturans (Suatu Uji in Vitro), Abstract the 2nd Head and Neck Surgery, The 3rd Annual Otology Meeting (PITO) Conference, Jakarta, November 13-15, 2008

Roland PS, Smith TL 2008. Clinical Practice Guideline: Cerumen Impaction. American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery Foundation 139: S1-S21.

Soewotto H, Sadikin M 2001. Biokimia Eksperimen Laboratorium Cetakan I. Bagian Biokimia FKUI. Jakarta

Syahrijuita 2005. Profil Sepuluh Penyakit Terbanyak di Poliklinik THT RSUP dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar.Bagian THT Fakultas Kedokteran universitas Hasanuddin. Makassar (Unpublished).

Downloads

Published

2009-10-10