Program CommunityTB Care Sebagai Wahana Pendidikan Kedokteran Komunitas Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

Authors

  • Artha Budi Susila Duarsa Department of Public Health, Faculty of Medicine, YARSI University, Jakarta YARSI TB Care,YARSI University, Jakarta
  • Titiek Djannatun Department of Microbiology, Faculty of Medicine, YARSI University, Jakarta YARSI TB Care,YARSI University, Jakarta

https://doi.org/10.33476/jky.v20i3.170

Keywords:

DOTS, Kedokteran komunitas, wahana pendidikan komunitas

Abstract

WHO telah mengembangkan strategi penanggulangan TB dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost effective). Tujuan program adalahmeningkatkan keterlibatan pasien TB dan masyarakat dalam penanggulanganTB melalui peran komunitas dan UPK (UnitPelayanan Kesehatan) pemerintah dan swasta. Mahasiswa kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas YARSI, dalam mempelajari permasalahan TB secara komprehensif belajar untuk mengetahui dan memahami bagaimana terjadinya penularan TB di masyarakat dan faktor faktor yang menyebabkan terjadinya TB di masyarakat, mendeteksi adanya TB di masyarakat, bagaimana penderita mengakses pelayanan kesehatan yang ada dan faktor faktor yang meyebabkan penderita mengakses pelayanan kesehatan tersebut. Proses pembelajaran tersebut berada dalam kegiatan diagnosis komunitas yang masuk dalam Blok Kedokteran Komunitas di Semester 6. Pembelajaran tersebut memanfaatkan kegiatan Program Community GF ATM Round 8 YARSI TB Care yang digunakan sebagai wahana pendidikan Kedokteran Komunitas. Mahasiswa akan mengunjungi pasien TByang sedang menjalanipengobatan untuk melakukan diagnosis komunitas dengan5langkah: menentukan area permasalahan, menentukan instrumen pengumpulan data, mengumpulkan data, menganalisis data, menyusun intervensi pemecahan masalah. Mahasiswadalam melakukan diagnosis komunitas tersebut berinteraksi dengan pasien TByang sedang menjalani pengobatan, keluarga pasien, dan komunitas yang berada disekitar keluarga pasien berada. Diharapkan dengan memahami permasalahanTBsecara komprehensif, mahasiwa kedokteran akan menjadi profil dokter masa depan menurut WHO: Five Star Doctor yang mencakup: Health Care Provider, Decision Maker, Educator, Manager  dan Community Leader.

References

Budiningsih S 2011. Diagnosis Komunitas, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FK. Universitas Indonesia

Depkes RI 2008. Tuberkulosis Secara Global, Dalam Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis

Depkes RI 2008. Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia, Dalam Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.

Gani Ascobat 1993. Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Perencanaan vs Mekanisme Pasar, Dalam Politik Ekonomi Kesehatan Indonesia. Jakarta, Kerjasama Yayasan Padi dan Kapas dan PT.Askes Indonesia.

Gani, Ascobat 1998. Reformasi Pendanaan Kesehatan, Dalam Seminar KepedulianUniversitas Indonesia 30 Maret–1 April 1999, Kampus UI Depok. FKM UI.

Retnaningsih E 2005. Inekuitas Akses Layanan Kesehatan Suspek Penderita Tuberkulosis Pada Tujuh Provinsi Di Indonesia Tahun 2004; Analisis Multilevel. Program Doktor IKM, Program Pasca Sarjana FKM UI, Jakarta.

Thabrany H 2000. Rasional Pembayaran Kapitas. Yayasan Penerbit Ikatan DokterIndonesia.

Downloads

Published

2016-01-22