Hubungan Self Efficacy Dengan Burnout Pada Guru Di Sekolah Dasar Inklusi

Authors

  • Shalia Septianisa Fakultas Psikologi Universitas YARSI
  • Riselligia Caninsti Fakultas Psikologi Universitas YARSI

https://doi.org/10.24854/jps.v4i1.523

Abstract

Meningkatnya jumlah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang belum bersekolah mendorong berdirinya sekolah inklusi sebagai salah satu inovasi pendidikan bagi penyandang cacat (disabilitas). Sekolah inklusi menerima ABK dan menyediakan layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan Anak Tanpa Kebutuhan Khusus (ATBK) dan ABK, seperti penyesuaian kurikulum, pembelajaran, penilaian, dan sarana prasarananya. Adanya tugas tambahan terhadap guru sekolah inklusi dapat menyebabkan guru mengalami stres yang tinggi dan merasa tertekan saat meghadapi keanekaragaman karakter siswa, hal ini dapat menimbulkan burnout pada guru. Kondisi burnout yang dialami guru diasumsikan berhubungan dengan kondisi self efficacy. Self efficacy seseorang dapat mempengaruhi aktifitas, besarnya usaha yang dikeluarkan dan daya tahan dalam menghadapi rintangan. Penelitian ini  bertujuan untuk melihat hubungan antara self efficacy dengan burnout pada guru di sekolah dasar inklusi. Diharapkan dengan diketahuinya burnout dan self efficacy, guru dapat menangani permasalahannya dan lebih profesional dalam menangani siswa berkebutuhan khusus. Penelitian dilakukan dengan penyebaran skala self efficacy dan skala burnout kepada 80 orang guru pada 12 sekolah inklusi di Jakarta Pusat dengan karateristik yang sudah ditentukan sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan nilai r yaitu -0,112 dan angka signifikansi 0,324 (p > 0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara self efficacy dengan burnout pada guru di sekolah dasar inklusi.

Kata kunci: Sekolah Inklusi, Self- efficacy, Burnout, Anak Berkebutuhan Khusus

References

Andiny, L. (2008). Perbedaan self efficacy antara guru SMA ‘plus’ dengan guru SMA ‘non plus’.lib.ui.ac.id. Diakses 29 Agustus 2014.

Attami, M. (2013).Jumlah guru sekolah inklusi DIY belum memadai. http://www.antarayogya.com. Diakses 8 Desember 2013.

Bandura, A. (1986). Social foundations of thought and action: A social cognitive theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

Bandura, A. (2006). Guide for constructing self efficacy scale. www.uky.edu. Diakses 15 Mei 2014.

Chrandall, R & Pamela R. P. (1995).Occupational stres.United State of America: British Library.

Danim, S. 2002. Inovasi pendidikan dalam upaya peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan. Bandung: Pustaka Setia

Dewi, S L. (2013). Tingkat burnout ditinjau dari karakteristik demografi (Usia, Jenis Kelamin, Masa Kerja) Guru SDN Inklusi di Surabaya. http://www.journal.unair.ac.id. Diakses 29 Mei 2014.

Farber, B. A, (1991). Crisis in education : Stress and burnout in the american teacher. Jossey-Bass Publishers, San Fransisco.

Feist ,J& Feist J.G. (2009). Teori kperibadian edisi 7. Jakarta: Salemba Humanika.

Hans. (2011). Pendidikan sekolah inklusi ; Guru dan Siswa Belum Seimbang. http://www.pendis.kemenag.go.id. Diakses 8 Desember 2013.

Kaplan, R. M., & Saccuzzo, D. P. (2005). Psychological testing: Principles, applications, and issues. USA: Wadsworth.

Maharani, D R. (2011). Hubungan self Efficacy dengan burnout pada guru di sekolah dasar negeri X di kota Bogor. http://www.papers.gunadarma.ac.id. Diakses 20 Oktober 2013

Maslach.,C& Michael P. L. (1997). The thurt about burnout : How Organizations cause personal stress and what to do about it. San Fransisco : Bass Publishers

Maslach, C., Schaufeli, W.B., & Leiter, M.P. (2001).Job burnout.Annual Review of Psychology.

Mujito, Harizal, & Elfindri.(2013). Pendidikan inklusif. Jakarta: Baduose Media.

Rafiah, D. 2010. Hubungan self efficacy dengan burnout pada guru sekolah luar biasa.Artikel. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Diakses 8 Desember 2013.

Ramayulis.(2013). Profesi dan etika keguruan. Jakarta: Kalam Mulia.

Rusdianti, S Dra.Potret sekolah inklusi di Indonesia. http://staff.uny.ac.id. Diakses 13 Oktober 2013.

Rostiana, D. N. (2004).Kejenuhan kerja (burnout) pada karyawan. Phronesis Universitas Tarumanagar.

Skaalvik, E. M., Skaalvik, S. (2009). Teacher self efficacy and teacher burnout: A study of relations. Journal. Norway: Norwegian University of Science and Technology, 7491 Trondheim

Stainback, W dan Stainback, S. (1996). Inclusion, a guide for educators. Maryland: Paul H. Brookes Publishing Co., Inc.

Sofa.(2008). Permasalahan guru yang dihadapi di Indonesia.Artikel. http://massofa.wordpress.com. Diakses tanggal 20 Oktober 2013.

Sugiyono, Prof., Dr. (2010). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta

Downloads

Published

20-03-2018

How to Cite

Septianisa, S., & Caninsti, R. (2018). Hubungan Self Efficacy Dengan Burnout Pada Guru Di Sekolah Dasar Inklusi. Jurnal Psikogenesis, 4(1), 126–137. https://doi.org/10.24854/jps.v4i1.523

Issue

Section

Articles