2024-03-29T17:44:39Z
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/oai
oai:ojs.localhost:article/13
2016-02-19T04:24:10Z
jky:ART
Gambaran Low Back Pain pada Komunitas Fitness Center Dengan Instruktur dan Tanpa Instruktur di Yogyakarta
Nugraha, M. Ardiansyah Adi
Daniswara, Daniswara
Low Back Pain
fitness center
exercise
warming up
Prevalensi Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah sepanjang hidup adalah antara 60-90% dan di AS sebanyak 30% atlet pernah mengalami LBP akut karena efek latihan yang mereka lakukan. Pada saat ini di Indonesia telah muncul komunitas-komunitas pusat kebugaran yang melakukan berbagai macam latihan untuk membentuk tubuh atau memperbaiki kebugaran mereka. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui demografi nyeri punggung bawah pada komunitas fitness center di Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan pendekatan secara observasi. Populasinya adalah semua anggota komunitas pusat kebugaran baik laki-laki maupun perempuan yang diambil secara acak sejumlah 90 sampel. Berdasarkan umur, sampel dibagi menjadi 3 kelompok umur yaitu 18-30, 31-50, dan >50 tahun. Penelitian dilakukan di 3 tempat yaitu Kartika Dewi Group, Lembah Fitness, dan Bahtera Fitness Center. Setelah diperoleh data yang dibutuhkan, kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan frequency, cross tabulation, dan uji Chi Square. Hasil analisis deskriptif menunjukkan sebanyak 36 dari 90 sampel atau 40% menyatakan pernah mengalami nyeri punggung bawah LBP setelah selama ini melakukan latihan di pusat kebugaran. Hasil uji statistik dengan menggunakan cross tabulation dan Chi square test menunjukkan tidak signifikannya pengaruh umur, jenis kelamin, dilatih oleh instruktur, lama dan frekuensi berlatih dengan timbulnya kejadian LBP dengan nilai p>0.05. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara umur, jenis kelamin, dilatih oleh instruktur, lama berlatih dan frekuensi berlatih dengan timbulnya kejadian LBP pada komunitas pusat kebugaran dan kejadian LBP yang cukup tinggi pada komunitas pusat kebugaran yaitu sebesar 40%.The prevalence of life long low back pain (LBP) is about 60-90% and approximately 30% athletes in the US ever suffered from acute LBP because of exercise effect they had practiced. Nowadays, fitness communities have been growing in Indonesia with so many exercises for keeping body shape or health. This study was performed to find out LBP demography in fitness centre communities in Yogyakarta. A cross sectional study design was employed and an observational approach was used for data collection. Population and subject selected were all of community member either male or female taken by purposive method. Based on the age, samples were divided into 3 groups i.e. group of 18-30, 31-50, and >50 years. This study was done in 3 community fitness centers i.e. Kartika Dewi Group, Lembah Fitness, and Bahtera Fitness Centre. A special questionnaire was used to collect the data and frequency distribution, cross-tabulation and Chi-Square test were used for statistical analysis. Descriptive analysis result showed 36 out of 90 subjects or 40% ever suffered from LBP following exercise in fitness center. Statistical analysis by using cross tabulation and Chi square test showed that the influence of age, gender, trained by instructor, duration and frequency of exercise on LBP incidence was not significant and the P value was > 0.05. In conclusion, age, gender, trained by instructor, long duration and exercise frequency had no influence on LBP incidence in fitness center community. The LBP incidence was relatively high in fitness center community i.e. about 40% of the sample.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2015-06-25
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/13
10.33476/jky.v21i1.13
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 21 No. 1 (2013): JANUARI - APRIL 2013; 001-007
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 21 No 1 (2013): ISSN: 0854 - 1159, VOL. 21 NO. 1 JANUARI – APRIL 2013; 001-007
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v21i1
ind
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/13/5
Copyright (c) 2015 Jurnal Kedokteran YARSI
oai:ojs.localhost:article/15
2016-02-19T04:24:10Z
jky:ART
Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kola (Cola nitida) Pada Kualitas Sperma Manusia In Vitro
Susmiarsih, T.
Endrini, Susi
Cola nitida
sperm quality
motility
membrane integrity
Studi terhadap tanaman yang berpengaruh terhadap proses reproduksi masih menjadi skala prioritas. Salah satunya adalah Kola (Cola nitida), yang dikenal mempunyai efek stimulan. Telah dilakukan studi untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun Kola terhadap viabilitas, motilitas dan integritas membran spermatozoa manusia in vitro. Sampel sperma diperoleh dari 20 orang pria dengan kategori normozoospermia. Sampel semen dibagi menjadi 1 kelompok kontrol ( kontrol negatif) dan 2 kelompok perlakuan dengan ekstrak daun Kola (0.05% dan 0.025%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun Kola tidak berpengaruh terhadap viabilitas spermatozoa tetapi secara bermakna meningkatkan motilitas dan integritas membran spermatozoa (p<0.05). Hasil ini mengindikasikan bahwa ekstrak daun Kola berpengaruh terhadap kualitas spermatozoa manusia in vitro.Study on medicinal plants that have potential effect on reproductive process is still important to be done. One of the plant is Kola (Cola nitida) that has a stimulant effect. This study evaluated the effects of Kola leaf extract toward viability, motility and membrane integrity on human sperm in vitro. Normozoospermia semens from twenty volunteers were taken and divided into 3 groups: 1 group was treated as control and 2 groups were treated with Kola leaf extracts (0.05% dan 0.025%). The results showed that Kola leaf extract had no significant effect in viability but increased significantly (p<0.05) the motility and membrane integrity. It indicates that Kola leaf extract influences human semen quality in vitro.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2015-06-25
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/15
10.33476/jky.v21i1.15
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 21 No. 1 (2013): JANUARI - APRIL 2013; 008-013
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 21 No 1 (2013): ISSN: 0854 - 1159, VOL. 21 NO. 1 JANUARI – APRIL 2013; 008-013
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v21i1
ind
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/15/76
Copyright (c) 2015 Jurnal Kedokteran YARSI
oai:ojs.localhost:article/16
2016-02-19T04:24:10Z
jky:ART
Purifikasi Parsial dan Karakterisasi B-Galactosidase dari Lactobacillus plantarum Strain D-210
Nunu Prihantini, Nur
Khusniati, Tatik
Bintang, Maria
Choliq, Abdul
Sulistiani, Sulistiani
B-galactosidase
partial purification
total activity
galactosidase inhibitor
Pemurnian parsial dan karakterisasi B-galaktosidase dari Lactobacillus plantarum strain D-210 belum dilaporkan. L. plantarum strain D-210 ditemukan sebagai bakteri penghasil B-galaktosidase sebagian dimurnikan dengan dialisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas optimum dalam 24 jam dengan dan total protein adalah 0,454 mg/ml pada pH 6.5 aktivitas enzim 252,341 U/ml, dan suhu 45°C dengan aktivitas 0,582 U/ ml. Total aktivitas B-galaktosidase L.plantarum strain D-210 adalah 138,396 U dan endapan dengan amonium sulfat dicapai pada 40% - 50% dengan aktivitas total 87,030 U. Setelah dialisis, aktivitas total adalah 50,420 U. Penghambat B-galaktosidase adalah Hg dan Cu dengan aktivitas relatif adalah 56,82% dan 1,04%, sedangkan aktivator adalah Mg, Mn, Ca, Co, Zn. Vmaks dari enzim adalah 0.093 µmol/menit dan KM enzim B-galaktosidase L. plantarum adalah 0,491 mM. Berdasarkan karakteristik B-galaktosidase, dapat disimpulkan bahwa L. plantarum strain D-210 adalah bakteri baik dan unggul yang dapat memproduksi B-galaktosidase. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi kemungkinan menggunakan bakteri ini dalam pengolahan susu pada bayi dengan intoleransi laktosa.Partial purification and characterization of Lactobacillus plantarum strain D-210 B-galactosidase has not been reported yet. L. plantarum strain D-210 known as bacteria producing B-galactosidase was partially purified by membrane dialysis. The results showed that optimum activity in 24 hour with total protein yield 0.454 mg/ml at pH 6.5 the enzyme activity was 252.341 U/ml, and at 45°C the activity was 0.582 U/ml. The total activity of B-galactosidase L.plantarum strain D-210 was 138.396 U and precipitated by sulphate ammonium at 40%-50% with total activity was 87.030 U. Following dialysis, the total activity was 50.420 U. The inhibitors of B-galactosidase were Hg and Cu with relative enzyme activities of 56.82% and 1.04% respectively, while the activators were Mg,Mn,Ca,Co,Zn. Vmax of the enzyme was 0.093 µmol/min and KM was 0.491 mM. Based on the characteristics of the enzyme, it can be concluded that L. plantarum strain D-210 was a good B-galactosidase producing bacteria. Further studies are required to explore the possibility of using this bacteria in milk processing for lactose intolerance babies.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2015-06-25
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/16
10.33476/jky.v21i1.16
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 21 No. 1 (2013): JANUARI - APRIL 2013; 014-026
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 21 No 1 (2013): ISSN: 0854 - 1159, VOL. 21 NO. 1 JANUARI – APRIL 2013; 014-026
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v21i1
ind
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/16/77
Copyright (c) 2015 Jurnal Kedokteran YARSI
oai:ojs.localhost:article/17
2016-02-19T04:24:10Z
jky:ART
Efek Ekstrak Etanol Akar Anting- Anting (Acalypha indica) terhadap Libido Mencit
Yasmin, Cut
Eriani, Kartini
Sari, Widya
Acalypha indica
mice
and sexual arousal
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi efek pemberian ekstrak etanol akar anting-anting (Acalypha indica) terhadap libido mencit. Penelitian ini meng-gunakan Rancangan Acak Lengkap, terdiri atas empat perlakuan dengan lima ulangan. Perlakuan terdiri atas pemberian ekstrak etanol akar anting-anting dengan dosis: 0, 150, 300, dan 600 mg/kg bb yang diberikan sekali sehari selama 7 hari. Parameter libido yang diamati adalah mounting latency, intromission latency, dan jumlah orgasme. Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis varian dan dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol akar anting-anting berpengaruh nyata dalam penyingkatan bermulanya mounting dan intromission, serta meningkatkan jumlah orgasme. Pemberian ekstrak etanol akar anting-anting dengan dosis 300 dan 600 mg/kg bb merupakan dosis yang dapat meningkatkan libido.This research was aimed to evaluate the effect of anting-anting (Acalypha indica) root ethanol extract on sexual arousal of mice. The experimental method with completely randomized design was applied, that consisted of four treatments and five repetition. The treatments were 0, 150, 300, dan 600 mg/kg bw anting-anting root ethanol extract given once a day for 7 days. Observed parameter were mounting latency, intromission latency, and the number of orgasm. The data was analyzed by analysis of variance and continued by Duncan’s multiple range test. The result showed that anting-anting root ethanol extract was significantly difference to shorten the starting of mounting, intromission, and increasing the number of orgasm. The application of anting-anting ethanol extract with dose of 300 and 600 mg/kg bw was able to increase sexual arousal.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2015-06-25
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/17
10.33476/jky.v21i1.17
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 21 No. 1 (2013): JANUARI - APRIL 2013; 027-032
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 21 No 1 (2013): ISSN: 0854 - 1159, VOL. 21 NO. 1 JANUARI – APRIL 2013; 027-032
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v21i1
ind
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/17/78
Copyright (c) 2015 Jurnal Kedokteran YARSI
oai:ojs.localhost:article/20
2016-02-19T04:24:10Z
jky:ART
Pengaruh Infusa Wortel (Daucus carota L.) Terhadap Histopatologi Ginjal Tikus Jantan Yang Diinduksi Uranium
W., Windhartono
Kamal, Zainul
Sasmito, Ediati
kidney cell disorder
uranium
carrot
Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh dengan fungsi utama yaitu filtrasi oleh glomerulus, reabsorbsi dan sekresi tubulus. Kerusakan sel ginjal sampai kematian sel akan menyebabkan fungsi ginjal terganggu. Efek paparan senyawa radioaktif salah satunya dapat menyebabkan terjadinya gangguan sel-sel ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh infusa wortel (Daucus carota L.) dalam mencegah gangguan sel ginjal akibat paparan uranium. Uji proteksi dilakukan dengan membagi 30 tikus jantan dewasa menjadi enam kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor. Kelompok I tanpa diberi perlakuan, kelompok II diberi uranium 8 ppm dosis 0,01 mL/g BB sebagai kontrol negatif, kelompok III sebagai kontrol positif dengan vitamin C 200 mg/70 kg BB yang diberikan 15 menit sebelum pemajanan uranium, kelompok IV,V, dan VI sebagai kelompok uji proteksi kerusakan sel ginjal diberi infusa wortel (Daucus carota L.) berturut-turut 10%, 20%, 30% dengan dosis 0,01 mL/g BB 15 menit sebelum diberi uranium 8 ppm dosis 0,01 mL/g BB. Lima hari kemudian hewan dikorbankan dan diambil organ ginjalnya untuk dilakukan pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis berupa pengamatan kondisi fisik organ ginjal, pengamatan terhadap nekrosis sel ginjal, dan skoring tipe kerusakan untuk menganalisis efek proteksinya. Hasil pemeriksaan histopatologi menyimpulkan bahwa infusa wortel dapat mengurangi kerusakan sel ginjal akibat paparan senyawa radioaktif uranium.Kidney is the vital organ which has an importance role in maintaining environmental stability of the body, with the main functions are glomerulus filtration, reabsorption and secretion by tubulus. The damage of kidney cells will reduce kidney function. If a kidney is exposed to radioactive substance it could deteriorate the kidney. The aim of this research was to find out the effect of carrot infusion used to prevent kidney cells disorder due to uranium exposure. Thirty rats wistar strain divided into 5 groups were used in this study, comprising of 5 rats in each groups throughout the experiment. Group I was a normal control group. Group II was given uranium of 8 ppm 0,01 mL/g BW as negative control group. Group III was given vitamin C of 200 mg/70 kgBW 15 minute prior to uranium exposure. Group IV-VI were given carrot infusion at 10%, 20%, 30% dose of 0,01 mL/g BW 15 minutes prior to uranium exposure. The rats were sacrificed in day-5, to observe the kidney’s damage upon macroscopy and microscopy examination, involving physical condition of the kidney, necrosis of kidney cells and scoring the damage of kidney cells. The microscopic examination toward necrosis of kidney cells showed that carrot infusion can reduce cell damage due to radioactive compound of uranium.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2015-06-25
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/20
10.33476/jky.v21i1.20
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 21 No. 1 (2013): JANUARI - APRIL 2013; 033-040
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 21 No 1 (2013): ISSN: 0854 - 1159, VOL. 21 NO. 1 JANUARI – APRIL 2013; 033-040
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v21i1
ind
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/20/79
Copyright (c) 2015 Jurnal Kedokteran YARSI
oai:ojs.localhost:article/21
2016-02-19T04:24:10Z
jky:Kep
Disfungsi Telomer Pada Penyakit Autoimun
Purwaningsih, Endang
telomere
immune
rheumatoid arthritis
systemic lupus erythematosus
Telomer merupakan bagian ujung kromosom yang terdiri atas nukleotida non koding dan berfungsi mencegah terjadinya aberasi kromosom. Pemendekan telomer pada setiap kali siklus replikasi sel berhubungan dengan proses penuaan sel. Proses penuaan akan meningkatkan resiko penyakit autoimun. Faktor genetik dapat memicu hilangnya telomer yang diikuti dengan berkembangnya penyakit autoimun. Beberapa penyakit autoimun seperti rematoid artritis (RA), Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau lupus mengalami disfungsi telomer. Pada penderita SLE telomer sel-sel darahnya mengalami pemendekan bermakna terutama pada usia di bawah 45 tahun, yaitu sebesar 35 – 40 bp pertahun, sedangkan usia di atas 60 tahun, pemendekan telomer kurang bermakna. Tetapi aktifitas telomerase sel-sel darah pada pasien SLE cukup tinggi. Pada penderita rematoid artritis, pemendekan telomer mulai terjadi pada usia 25 – 40 tahun. Pada rematoid artritis HLA –DR+ mengalami pemendekan telomer 26 bp lebih besar pertahun dibandingkan HLA-DR-. Telomer pada penderita rematoid artritis laki-laki lebih pendek daripada penderita perempuan. Reduksi panjang telomer tidak berhubungan dengan lamanya menderita rematoid tetapi dipengaruhi oleh genotip HLA-DRB1. Aktivitas telomerase sel T penderita rematoid rendah sehingga mempercepat apoptosis.Telomeres are the natural ends of linear chromosomes, consisting of non coding nucleotides and function to prevent chromosome abberation, whereas aging is considered as the effect of telomere shortening due to cell replication. In addition aging will increase the risk of autoimmune diseases. Genetic factor can trigger telomere loss, followed by the development of autoimmune diseases. Dysfuntion of telomeres occurs in some of autoimmune diseases such as Rheumatoid Arthritis (RA) and Systemic Lupus Erythematosus (SLE). Telomere in blood cells of SLE patient significantly shortened in those under 45 years old, around 35-40 bps per year. However, in patients above 60 years old, no significant different is observed. Regardless the age, telomerase activity in blood cells in SLE patient is quite high. Telomere shortening occurs at the age of 25-40 years in RA patients. In RA patients, telomere in HLA –DR+ is shortened by 26 bp higher than HLA-DR- per year. RA male patients have shorter telomere than the female patients. Reduction of telomere length is not related with the period of rheumatic but affected by HLA-DRB1 genotype. Telomerase activity in T cells of RA patient are in ssufficent and lead to advance apoptosis.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2015-06-25
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/21
10.33476/jky.v21i1.21
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 21 No. 1 (2013): JANUARI - APRIL 2013; 041-049
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 21 No 1 (2013): ISSN: 0854 - 1159, VOL. 21 NO. 1 JANUARI – APRIL 2013; 041-049
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v21i1
ind
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/21/80
Copyright (c) 2015 Jurnal Kedokteran YARSI
oai:ojs.localhost:article/65
2016-01-04T03:01:23Z
jky:ART
Abortion from the islamic viewpoint
Uddin, Jurnalis
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2015-07-02
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/65
10.33476/jky.v10i1.65
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 10 No. 1 (2002): JANUARI - APRIL 2002; 1-5
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 10 No 1 (2002): JANUARI - APRIL 2002; 1-5
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v10i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/65/pdf
Copyright (c) 2015 Journal of Medicine Faculty
oai:ojs.localhost:article/66
2016-01-04T03:01:23Z
jky:ART
Incidence of ocular Chamydia trachomatic infection in jakarta
Sardjito, R.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2015-07-02
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/66
10.33476/jky.v10i1.66
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 10 No. 1 (2002): JANUARI - APRIL 2002; 6-13
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 10 No 1 (2002): JANUARI - APRIL 2002; 6-13
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v10i1
Copyright (c) 2015 Journal of Medicine Faculty
oai:ojs.localhost:article/67
2016-01-04T03:01:23Z
jky:ART
Deteksi resistensi larva Culex quinquefasciatus sae larvae resistance to malathion insecticides using filter paper spot techique in Sleman, Yogyakarta Special Region
Kusbaryanto, Kusbaryanto
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2015-07-02
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/67
10.33476/jky.v10i1.67
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 10 No. 1 (2002): JANUARI - APRIL 2002; 14-25
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 10 No 1 (2002): JANUARI - APRIL 2002; 14-25
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v10i1
Copyright (c) 2015 Journal of Medicine Faculty
oai:ojs.localhost:article/68
2016-01-04T03:01:23Z
jky:ART
Pengaruh puasa Ramadhan pada ibu hamil
Meida, Nur Shani
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2015-07-02
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/68
10.33476/jky.v10i1.68
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 10 No. 1 (2002): JANUARI - APRIL 2002; 26-29
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 10 No 1 (2002): JANUARI - APRIL 2002; 26-29
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v10i1
Copyright (c) 2015 Journal of Medicine Faculty
oai:ojs.localhost:article/69
2016-01-04T03:01:23Z
jky:ART
Molecular study in G6PD deficiency, a pedigree analysis af Javanese-Chinese family in Surabaya, Indonesia
Suhartati, Suhartati
Martini, Tri
Soewono, Imam
Shirakawa, Thaku
Nishiyama, Kaoru
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2015-07-02
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/69
10.33476/jky.v10i1.69
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 10 No. 1 (2002): JANUARI - APRIL 2002; 30-34
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 10 No 1 (2002): JANUARI - APRIL 2002; 30-34
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v10i1
Copyright (c) 2015 Journal of Medicine Faculty
oai:ojs.localhost:article/70
2016-01-04T03:01:23Z
jky:ART
Survey penderita vertigo yang dirawat selama tahun 1999 di Rumah Sakit Cinere Jakarta
Iswadi, Soeparto
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2015-07-02
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/70
10.33476/jky.v10i1.70
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 10 No. 1 (2002): JANUARI - APRIL 2002; 35-38
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 10 No 1 (2002): JANUARI - APRIL 2002; 35-38
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v10i1
Copyright (c) 2015 Journal of Medicine Faculty
oai:ojs.localhost:article/83
2015-07-29T08:06:12Z
jurnal-fk-yarsi:ART
oai:ojs.localhost:article/84
2015-07-29T08:06:12Z
jurnal-fk-yarsi:ART
oai:ojs.localhost:article/88
2015-07-30T07:38:46Z
jurnal-fk-yarsi:ART
oai:ojs.localhost:article/89
2016-02-09T07:18:51Z
jky:ART
Pengaruh Pemberian Ekstrak Kedelai (Glycine max) Terhadap Kuantitas dan Kualitas Spermatozoa Tikus Putih Jantang (Rattus norvegicus) Strain Sprague Dawley
Andriani, Andriani
Nita, Sri
ekstrak kedelai
kuantitas dan kualitas spermatozoa
studi eksperimental
Kedelai mengandung fitoestrogen, yaitu senyawa yang memiliki khasiat yang sama dengan hormon estrogen dan dapat berinteraksi dengan reseptor estrogen. Salah satu kelompok senyawa yang terdapat pada fitoestrogen adalah Isoflavon. Konsumsi isoflavon diduga dapat berpengaruh buruk pada kesuburan pria, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kedelai terhadap jumlah, morfologi, motilitas dan viabilitas spermatozoa tikus putih jantan (Rattus norvegicus) strain Sprague Dawley. Ekstrak kedelai diberikan secara oral dengan dosis 2,52 mg, 3,78 mg, dan 5,04 mg, sedangkan kelompok kontrol diberi aquades. Penelitian eksperimental ini dilakukan terhadap 24 tikus putih jantan selama 48 hari, setelah itu dilakukan pemeriksaan pada jumlah, morfologi abnormal, motilitas, dan viabilitas sperma. Analisis data menggunakan uji Homogenitas, One Way ANOVA, dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Bonferroni. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada penurunan jumlah sperma, peningkatan morfo-logi abnormal, penurunan motilitas, dan penurunan viabilitas sperma tikus putih jantan pada dosis ekstrak kedelai 3,78 mg dan 5,04 mg. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak kedelai memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan jumlah, peningkatan morfologi abnormal, penurunan motilitas, dan penurunan viabilitas spermatozoa tikus putih jantan.Soy bean contains phytoestrogens, the compound that have properties similar to the estrogen hormone and can interact with estrogens receptors. Isoflavones is one of compound group which can be found in phytoestrogens. Consumption of isoflavones could be expected have adversely affected to male fertility. The study aims to determine the effect of soybean extract on sperm number, morphology, motility and viability of spermatozoa white male rats (Rattus norvegicus) of Sprague Dawley strain. Soybean extract was administered orally at a dose of 2.52 mg, 3.78 mg, and 5.04 mg, while the control group was given distilled water. Experimental studies were conducted on 24 white male rats for 48 days, after which we examine the number, abnormal morphology, motility, and sperm viability. Data was analyzed by homogeneity test, One Way ANOVA, followed by post hoc Bonferroni test. The results show that there was a significant effect on the decrease of sperm count, an increase in abnormal morphology, decrease motility and viability of white male rat’s sperm at a dose of 3.78 mg and 5.04 mg of soybean extract. From the results of this study it can be concluded that soybean extract has significant effect to decrease the number of spermatozoa, increased abnormal morphology, reduced motility and viability of spermatozoa white male rats.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-04
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/89
10.33476/jky.v23i1.89
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 23 No. 1 (2015): JANUARI - APRIL 2015; 012-027
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 23 No 1 (2015): JANUARI - APRIL 2015; 012-027
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v23i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/89/61
Copyright (c) 2015 Journal of Medicine Faculty
oai:ojs.localhost:article/90
2015-07-30T08:05:13Z
jurnal-fk-yarsi:ART
oai:ojs.localhost:article/91
2016-02-09T07:18:51Z
jky:ART
Penentuan Jenis Dengan Analisis Gen 16SrRNA dan Uji Daya Reduksi Bakteri Resisten Merkuri Yang Diisolasi Dari Feses Pasien Dengan Tambalan Amalgam Merkuri di Puskesmas Bahu Manado
Umar, Fatimawali
Bakteri resisten merkuri
Gen 16SrRNA
reduksi merkuri
CV-AAS
Paparan merkuri secara kontinyu dalam saluran pencernaan, dapat menyebabkan kresistensi bakteri terhadap merkuri. Bakteri resisten merkuri bermanfaat pada proses detoksifikasi merkuri anorganik dengan mereduksinya menjadi logam merkuri yang tidak toksik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gen 16SrRNA dan menguji daya reduksinya terhadap merkuri HgCl2 dari bakteri resisten merkuri anorganik Isolat F2.1 dan F2.2 yang diisolasi dari feses pasien dengan tambalan amalgam gigi di Puskesmas Bahu Manado. Analisis Gen 16SrRNA menggunakan metode Polymerase chain reaction (PCR) dan kadar merkuri dianalisis dengan menggunakan metode Cold-Vapor Atomic Absorption Spectrophotometry (CV-AAS). Hasil BLAST urutan nukleotida gen 16SrRNA menunjukkan bahwa kedua isolat bakteri tersebut mempunyai kemiripan 100% terhadap gen 16SrRNA bakteri Escherichia coli yang terdapat pada GenBank. Hasil analisis daya reduksi merkuri diperoleh bahwa dalam waktu 1, 12, dan 24 jam dapat menurunkan kadar merkuri dalam media berturut-turut untuk isolat F2.1: 82,2%, 87,1% dan 99,2% dan untuk isolat F2.2: 79,5%, 89,2% dan 99,3%.Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri isolat F2.1 dan F2.2 yang diisolasi dari feses ialah bakteri Escherichia coli dan dapat mereduksikan HgCl2 hampir 100% dalam waktu 24 jam sehingga bakteri tersebut dapat digunakan pada penelitian selanjutnya untuk proses detoksifikasi merkuri organik.Continuous exposure to mercury in the digestive tract, can cause mercury-resistance bacteria. Mercury resistance bacteria are useful in detoxifying processes of inorganic mercury to the reduct form of non toxic metallic mercury.This study aims to analyze 16SrRNA gene and test for mercury reduction ability of inorganic mercury resistant bacteria isolates F2.1 and F2.2, isolated from feces of patients with tooth amalgam at Puskesmas Bahu in Manado. 16SrRNA gene analysis was done using polymerase chain reaction (PCR) and mercury levels were analyzed by using the method of Cold - Vapor Atomic Absorption Spectrophotometry (CV - AAS). BLAST results of nucleotide sequence of 16SrRNA gene showed that both the bacterial isolates had 100% similarity to the 16SrRNA gene of Escherichia coli bacteria found in GenBank. The results of the analysis showed that the reduction ability of mercury in 1 , 12 , and 24 hours can reduce levels of mercury in a row for a media F2.1 isolates: 82.2%, 87.1% and 99.2% and for isolates F2.2: 79.5%, 89.2% and 99.3%. The results showed that the bacterial isolates F2.1 and F2.2 isolated from fecal is Escherichia coli bacteria and may reduce the HgCl2 almost 100% within 24 hours so that the bacteria can be used in future studies to inorganic mercury detoxification process.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-04
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/91
10.33476/jky.v23i1.91
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 23 No. 1 (2015): JANUARI - APRIL 2015; 045-055
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 23 No 1 (2015): JANUARI - APRIL 2015; 045-055
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v23i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/91/54
Copyright (c) 2015 Journal of Medicine Faculty
oai:ojs.localhost:article/92
2016-02-09T07:18:51Z
jky:ART
Nilai Spirometri Penderita Batuk Setelah Minum Seduhan Asam Jawa (Tamarindus indica L.) Sebagai Obat Tradisional
Saminan, Saminan
Batuk
spirometri
Asam Jawa
Aceh Besar
Seduhan
Batuk merupakan gejala umum yang ditemukan dalam prevalensi cukup tinggi di Indonesia. Batuk dapat diobati dengan menggunakan obat modern maupun dengan ramuan tradisional yang diekstrak dari sumber alam. Asam Jawa (Tamarindus indica L.) merupakan salah satu tanaman yang buahnya telah diketahui bermanfaat meredakan batuk pada populasi Indonesia. Sebuah penelitian quasi telah dilakukan untuk mengkaji pengaruh dari seduhan asam Jawa terhadap performa pernapasan dari ibu penderita batuk. Delapan puluh orang wanita tidak hamil, yang terdiri dari 40 wanita penderita batuk dan 40 wanita sehat di Kabupaten Aceh Besar terlibat dalam penelitian ini. Subjek dipilih dengan menggunakan non-random sampling dan diberikan 500 ml seduhan asam Jawa yang dipersiapkan dari 21, 18 and 15 g daging buah asam Jawa dua kali sehari selama tiga hari berturut-turut. Peningkatan performa pernapasan dari setiap subjek dianalisis dengan membandingkan nilai spirometri subjek tersebut sebelum dan setelah minum seduhan asam Jawa terhadap control. Sebagai kesimpulan, minum seduhan asam Jawa secara teratur dapat meningkatkan performa respirasi ibu tidak hamil penderita batuk di Kabupaten Aceh Besar.Cough is a common symptom found in appreciable prevalence in our community. It can be treated using modern prescriptions or using traditional medicines extracted from natural sources. Tamarind (Tamarindus indica L.) is one of plants in which the fruit has been known its benefits to relief cough in Indonesia populations. A quasi experimental study design was employed to investigate effects of tamarind infusion on the respiratory performance of mothers suffering from cough. Eighty non-pregnant women consisting of 40 women suffering from cough and 40 healthy with no cough women in the Regency of Great Aceh were involved in the study. They were selected using non-random sampling and treated with 500 ml tamarind infusion prepared from 21, 18 and 15 g meat of tamarind fruits twice a day for three consecutive days. Respiratory improvement of each subject was analysed by comparing spirometric value of subjects before and after taking tamarind infusion versus control. In conclusion, regular drinking of tamarind infusion can improve respiratory performance of non-pregnant mothers suffering from cough.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-04
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/92
10.33476/jky.v23i1.92
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 23 No. 1 (2015): JANUARI - APRIL 2015; 028-034
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 23 No 1 (2015): JANUARI - APRIL 2015; 028-034
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v23i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/92/55
Copyright (c) 2015 Journal of Medicine Faculty
oai:ojs.localhost:article/93
2016-02-09T07:18:51Z
jky:ART
Profil Distribusi Nyeri Punggung Bawah Di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2005-2007 Ditinjau Dari Berbagai Faktor
Syukran Akbar, Syifa Mahmud
Ardiansyah, Muhammad
nyeri punggung bawah
faktor usia
jenis kelamin
pekerjaan
kausa nyeri punggung bawah
Low Back Pain (LBP) menjadi masalah kesehatan di hampir semua negara. Hampir bisa dipastikan 50–80% orang berusia 20 tahun ke atas pernah mengalami nyeri punggung bawah atau yang disebut low back pain. Nyeri punggung bawah disebabkan oleh berbagai macam keadaan yang mendasarinya, seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan & faktor penyebabnya. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran umum nyeri punggung bawah menurut kelompok tertentu di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Gambaran yang ada diharapkan dapat membantu memberikan solusi terhadap dampak negative low back pain.Penelitian dilakukan secara retrospektif deskriptif terhadap pasien nyeri punggung bawah yang pernah menjalani rawat inap / rawat jalan di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta selama rentang waktu 3 tahun sejak 1 Januari 2005 – 31 Desember 2007. Hal yang dicatat adalah umur, jenis kelamin, pekerjaan & faktor penyebab nyeri punggung bawah. Data diperoleh dengan melihat rekam medis pasien di Bagian Rekam Medis RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta, dan kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabulasi.Selama 3 tahun terdapat 52 kasus nyeri punggung bawah yang terdiri dari pasien laki-laki berjumlah 19 orang (36,5%) dan pasien wanita 33 orang (63,5%). Insidensi nyeri punggung bawah terbanyak pada kelompok usia 41–50 tahun dan tidak didapatkan pada kelompok umur 0–10 tahun dan kelompok umur 11-20 tahun. Pekerjaan pasien nyeri punggung bawah terbanyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 16 orang (30,8%) dan petani sebanyak 12 orang (23,1%). Penyebab nyeri punggung bawah terdiri dari causa non-trauma sebanyak 25 kasus (48,1%) dan causa trauma sebanyak 27 kasus (51,9%). Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk pencatatan status pasien, anamnesis, pemeriksaan untuk menentukan diagnosis, dan terapi yang benar bagi pasien nyeri punggung bawah.Low back pain (LBP) has become a serious health concern in almost every country. It was predicted that 50-80% of people above 20 years old ever suffer from low back pain. Many conditions may underly this problem, such as age, gender, occupation, and many other etiological factors. This study was aimed to describe a better picture about low back pain in various group of patients at RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Understanding factors underlying this disorder would hopefully reduce its negative impact.A descriptive study was conducted retrospectively on LBP patients who had ever been recorded as in-patient or out-patient of RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta within 3 year periods since January 1st, 2005 until December 31st, 2007. Related informations were recorded i.e. age, gender, occupation and other possible etiologies of LBP. Data was obtained collection from the Medical Record.There were 52 incident of LBP cases in 3 years, consisted of 19 males (36.5%), and 33 females (63.5%). The highest incidence was in the age group of 41-50 years, and no cases were found in the age group of 0-10 years, and 11-20 years. The must frequent occupation LBP patients were housewife (16 people, 30.8%), and farmer (12 people, 23.1%). The etiology was classified as trauma and non trauma cases i.e. 27 cases (51.9%) and 25 cases (48.1%) respectively. This result is expected to be used as an input for patients’ status recording, history taking, and examination to determine the diagnosis, and appropriate therapy for LBP patient.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-04
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/93
10.33476/jky.v23i1.93
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 23 No. 1 (2015): JANUARI - APRIL 2015; 035-044
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 23 No 1 (2015): JANUARI - APRIL 2015; 035-044
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v23i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/93/56
Copyright (c) 2015 Journal of Medicine Faculty
oai:ojs.localhost:article/94
2016-02-17T03:01:13Z
jky:ART
Gambaran Status Kesehatan Masyarakat Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten
Wijayanti, Erlina
Ernawati, Kholis
Yusnita, Yusnita
Wulansari, Rifda
Widianti, Dini
Prabowo, Sugma Agung
Status kesehatan
masyarakat
Kesehatan merupakan modal utama bagi seseorang untuk dapat hidup produktif. Spectrum sehat paling minimal adalah bebas dari penyakit. Beberapa faktor dapat menyebabkan terjadinya penyakit pada seseorang, termasuk faktor perilaku. Kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat Desa Tanjung Pasir mengakibatkan risiko munculnya penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status kesehatan masyarakat Desa Tanjung Pasir, Tangerang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pengumpulan data melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dikatakan sehat apabila tidak ditemukan gejala/keluhan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dalam batas normal. Populasi dalam penelitian ini adalah warga Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten (N=9.595). Subjek penelitian adalah anggota keluarga pada daerah binaan Universitas YARSI di Desa Tanjung Pasir. Teknik pengambilan sampel menggunakan quota sampling. Data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan SPSS menggunakan analisis deskriptif. Data didapat dari 68 responden. Responden perempuan lebih banyak yaitu 57,4% dan kelompok dewasa sebanyak 41,2%. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa terdapat 22,1% responden yang sehat sedangkan 77,9% menderita sakit. Lima penyakit terbanyak adalah ISPA sebesar 15,1% kemudian cefalgia sebesar 11,3%, dermatitis 9,4%, dispepsi 9,4% dan hipertensi 9,4%. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menilai hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian penyakit pada masyarakat Desa Tanjung Pasir.Health is the main capital for a person to be able to have productive life. The lowest health status is that the disease free. Several factors can cause disease, including behavioral factors. The lack of clean and healthy lifestyles resulting in increasing risk of disease to people living in Tanjung Pasir Village. This study aims to describe the health status of Tanjung Pasir community. This research is a descriptive that collects data through history and physical examination. A person is categorized as health if there is no symptoms from history taking and the physical examinations are normal. Population in this research was a resident of the village of Tanjung Pasir, Teluk Naga, Tangerang, Banten (N=9.595). Subjects were family members at the Universitas YARSI’s target of public health service in the village of Tanjung Pasir. The sampling technique used in this study was quota sampling. The descriptive analysis of the obtained data was done using SPSS versi 17. Data was obtained from 68 respondents. About 57.4% respondents were female and 41.2% were adult. The descriptive analysis showed that 22.1% of respondents were healthy, while 77.9% were sick. Five most present diseases are acute respiratory tract infection (15.1%), cefalgia (11.3%) dermatitis (9.4%), dyspepsia (9.4%) and hypertension (9.4%). Further research is needed to assess the relationship between hygiene and healthy behaviors and the incidence of the disease in the village of Tanjung Pasir.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-07
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/94
10.33476/jky.v23i2.94
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 23 No. 2 (2015): MEI - AGUSTUS 2015; 083-090
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 23 No 2 (2015): MEI - AGUSTUS 2015; 083-090
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v23i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/94/57
Copyright (c) 2015 Journal of Medicine Faculty
oai:ojs.localhost:article/95
2016-02-09T07:18:51Z
jky:ART
Penyakit Waldenstrom Makroglobulinemia
Purnamasari, Endah
Wirawan, Riadi
Waldenstrom Makroglobulinemia
sel limfoplasmasitoid
monoklonal immunoglobulin
Penyakit Waldenstrom Makroglobulinemia adalah kelainan limfoproliferatif sel B yang tidak umum, ditandai dengan infiltrasi sumsum tulang dan produksi immunoglobulin monoklonal IgM. Kami melaporkan suatu kasus penyakit Waldenstrom Makroglobulinemia. Sampel darah EDTA dan sediaan sumsum tulang diterima di laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan hematologi lengkap, gambaran darah tepi, dan pemeriksaan sediaan sumsum tulang.Waldenstrom’s macroglobulinemia (WM) is an uncommon B-cell lymphoproliferative disorder characterized by bone marrow infiltration and production of monoclonal immunoglobulin (Ig) M. We reported a case of Waldenstrom’s disease. An EDTA blood and bone marrow biopsy sample from a man of 58 years old was ordered to be analyzed for routine peripheral blood assessment and morphology, erythrocyte sedimentation rate (ESR), and bone marrow morphology.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-04
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/95
10.33476/jky.v23i1.95
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 23 No. 1 (2015): JANUARI - APRIL 2015; 056-066
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 23 No 1 (2015): JANUARI - APRIL 2015; 056-066
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v23i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/95/58
Copyright (c) 2015 Journal of Medicine Faculty
oai:ojs.localhost:article/98
2016-02-17T03:01:13Z
jky:ART
Deteksi Mutasi Langka, Delesi 619 bp, pada Gen Beta-Globin dari Etnis Melayu Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
Kenconoviyati, Kenconoviyati
Prayuni, Kinasih
Susilowati, RW
Yuliwulandari, Rika
Salam M. Sofro, Abdul
Beta-thalassemia
gen Beta-globin
Etnis Melayu
gap-PCR
elektroforesis gel
Delesi 619 bp
Beta-thalassemia merupakan gangguan hematologis autosomal yang secara genetis mengakibatkan berkurangnya sintesis beta-globin di hemoglobin. Beta-talasemia sebagian besar disebabkan oleh mutasi titik, insersi atau delesi dalam gen beta-globin yang terletak pada lengan pendek kromosom 11. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan terdapat sekitar 1,5% dari populasi global (80-90 juta orang) adalah pembawa ?-thalassemia. Tidak ada studi komprehensif untuk mendeteksi pembawa beta-thalassemia di Indonesia, terutama untuk mutasi delesi 619 bp, yang mencakup ekson 3 dan memiliki prevalensi yang tinggi. Kami menggunakan metode gap-PCR yang di-kombinasikan dengan metode elektroforesis gel untuk memper-kirakan adanya mutasi delesi 619 bp pada 48 siswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI dengan etnis Melayu. Analisis Blast hasil sekuensing dari ketiga sampel menunjukkan bahwa terdapat similaritas 98% antara hasil amplifikasi dengan ke daerah gen beta-globin pada kromosom 11 (No. Aksesi U01317.1). Berdasarkan hasil visualisasi elektroforesis gel, semua produk PCR dari 48 sampel, menunjukkan bahwa semua sampel tidak membawa mutasi delesi 619 bp yang ditunjukkan dengan ukuran produk PCR yang sama dari semua sampel, yaitu berukuran 1.457 bp dan 2.291 bp dari PCR I dan 1.212 bp dari PCR II.Beta-thalassaemia is an autosomal haematological disorder resulting in a genetically deficient synthesis of the ?-globin chain in haemoglobin. It is mostly caused by point mutations, a small deletions or insertions within the beta-globin gene which is located as a cluster on the short arm of chromosome 11. The World Health Organization has estimated that about 1.5% of the global population (80 to 90 million people) were carriers of ?-thalassemia. There are no comprehensive study to detect carrier of ?-thalassemia in Indonesia especially for 619 bp deletion mutation, which encompasses exon 3, that has greater prevalence. We used gap-PCR combined with gel electrophoresis methods to roughly screen the presence of major indel mutation in 48 Medical Faculty, Universitas YARSI students with Malay ethnic. To validate whether the PCR product obtained is the beta-globin gene, a direct sequencing of 3 PCR products were performed. The Blast analysis of the sequence was also done using NCBI database. The result showed that the PCR products obtained in this study showed 98% identity to human beta-globin gene region on chromosome 11 (No. Acc. U01317.1). In the electrophoresis of all PCR products of 48 samples, the result showed that all the samples did not carry any major indel mutation showing by the presence of similar length of PCR products in gel electrophoresis, which has 1.457 bp and 2.291 bp product from PCR I and 1.212 bp product from PCR II.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-07
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/98
10.33476/jky.v23i2.98
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 23 No. 2 (2015): MEI - AGUSTUS 2015; 067-075
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 23 No 2 (2015): MEI - AGUSTUS 2015; 067-075
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v23i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/98/59
Copyright (c) 2015 Journal of Medicine Faculty
oai:ojs.localhost:article/111
2015-08-20T03:10:14Z
jurnal-fk-yarsi:ART
oai:ojs.localhost:article/112
2016-02-09T07:18:51Z
jky:ART
Relationship Between TNF-238G>A Polymorphism and Predisposition to Pulmonary Tuberculois Infection in The Indonesian Population (A Pilot Study)
Putri, Syurlia
Rasmiyyah, Sausan
Huskany, Evita Amalia
Razari, Intan
Wicaksono, Britanto Dani
Yuliwulandari, Rika
Tuberculosis
Susceptibility
Single Nucleotide Polymorphism
Tumor Necrosis Factor
Previous studies suggested that genetic factors exerted huge influence in susceptibility to Tuberculosis. Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF-a), which is encoded by the TNF gene, play a role on pulmonary macrophage function in isolating and controlling Mycobacterium tuberculosis infection. Polymorphisms on the promoter region of the TNF gene have been predicted to affect its transcriptional activity. Therefore, these polymorphisms are an excellent candidate to further study the role of TNF-a in susceptibility to Tuberculosis. 100 pulmonary tuberculosis patients (case) and 100 healthy individuals (controls) were recruited for this pilot study. DNA samples from cases and controls were genotyped for the TNF -238G>A SNP (rs361525) using LightSNip genotyping assay. Our results showed no significant difference in the distribution of TNF -238 genotypes in case and control subjects (P = 0.4335). Further investigation on TNF -238 allele frequencies between case and control studies also yields no significant difference (P=1.000; OR=1.000; %95CI [0.246597 – 4.055200]) which may suggest that there are no association with predisposition to Tuberculosis infection. In conclusion, this pilot study showed that the TNF -238G>A SNP is not associated with susceptibility to Tuberculosis.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-04
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/112
10.33476/jky.v23i1.112
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 23 No. 1 (2015): JANUARI - APRIL 2015; 001-011
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 23 No 1 (2015): JANUARI - APRIL 2015; 001-011
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v23i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/112/62
Copyright (c) 2015 Jurnal Kedokteran YARSI
oai:ojs.localhost:article/113
2016-02-17T03:01:13Z
jky:ART
Kadar Superoksida Dismutase Mahasiswa Perokok Di Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Sriwijaya
Albasyam, Subandrate
Safyudin, Safyudin
Arifin, Mutmainah
Oktalisa, Wenni
Merokok
Radikal Bebas
SOD
Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat Indonesia dan ancaman besar bagi kesehatan di dunia. Asap rokok mengandung komponen gas dan partikel yang berpotensi untuk menimbulkan radikal bebas, peroksidasi lipid (MDA) dan menurunkan kadar antioksidan endogen (SOD). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar superoksida dismutase mahasiswa perokok di Program Studi Pendidikan Dokter FK Unsri. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan potong lintang yang dilakukan dari bulan April sampai Desember 2014. Jumlah sampel yang didapat di dalam penelitian ini adalah 20 mahasiswa perokok dan 10 mahasiswa bukan perokok. Kadar superoksida dismutase darah ditentukan secara biokimia menggunakan kit RanSOD®. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata kadar SOD subjek penelitian yang merokok adalah 0,76 u/mL dan yang tidak merokok adalah 0,87 u/mL. Hasil uji statistik kadar SOD menunjukkan nilai signifikansi p=0,860. Kadar SOD mahasiswa perokok Program Pendidikan Dokter FK Unsri lebih rendah daripada kadar SOD mahasiswa nonperokok. Pada mahasiswa Program Pendidikan Dokter FK, merokok tidak berpengaruh signifikan terhadap penurunan kadar SOD.Smoking is a public health problem in the world. Cigarette smoke contains gas and particle which leads to generate free radicals, lipid peroxidation (MDA) and reduced levels of endogenous antioxidants (SOD). This study aimed to determine the levels of superoxide dismutase of smoker student in Medical Education of Sriwijaya University. We used a cross sectional study from April to December 2014. Subject of this study consisted of 20 smoker students and 10 nonsmoker students. Blood levels of superoxide dismutase was determined biochemically using RanSOD® kit. The results showed that average of SOD level in smokers was 0.76 U/mL and nonsmokers was 0.87 U/mL (p= 0.860). SOD levels of smoker students were lower than nonsmoker students. In Medical Education of Sriwijaya University, smoking had no significant effect on reducing the levels of SOD.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-07
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/113
10.33476/jky.v23i2.113
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 23 No. 2 (2015): MEI - AGUSTUS 2015; 076-082
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 23 No 2 (2015): MEI - AGUSTUS 2015; 076-082
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v23i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/113/63
Copyright (c) 2015 Jurnal Kedokteran YARSI
oai:ojs.localhost:article/114
2016-02-17T03:01:13Z
jky:ART
Potensi Ekstrak Air Dan Etanol Kulit Batang Kayu Manis Padang (Cinnamomum Burmanii) Terhadap Aktivitas Enzim A-Glukosidase
Roswiem, Anna Priangani
Anggriawan, Made B.
Nurcholis, Waras
Antidiabetes
Cinnamomum Burmanii
Enzim a-Glukosidase
Kayu Manis Padang
Py-GC-MS
Penelitian mengenai potensi ekstrak air dan etanol 30%, 70%, serta 96% dari kulit batang kayu manis Padang (Cinnamomum burmannii) terhadap aktivitas enzim a-glukosidase secara in vitro telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas inhibisi ekstrak air dan etanol (30%, 70% dan 96%) dari kulit batang kayu manis Padang terhadap aktivitas enzim a-glukosidase (dengan akarbosa sebagai kontrol positif), identifikasi senyawa pada ekstrak yang mempunyai daya inhibisi tertinggi dengan GC-MS pyrolisis (Py-GC-MS) serta uji fitokimianya. Kulit batang kayu manis di ekstraksi dengan metode maserasi 3 kali 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak air dan etanol 30% kayu manis Padang mempunyai daya inhibisi berturut-turut sebesar 94.88% dan 94.51% yang tidak berbeda nyata dengan daya inhibisi a-glukosidase dari akarbosa 1%. Hasil fitokimia menunjukkan adanya kandungan flavonoid, tanin, senyawa fenolik dan karbohidrat, pada kedua ekstrak tersebut.Sedangkan hasil analisis kualitatif pada ketiga ekstrak dengan Py-GC-MS menunjukkan adanya senyawa fenolik-fenolik sederhana seperti pyrocatechol, catechol, guaiacol,dan hidroquinone yang diduga merupakan hasil penguraian senyawa golongan polifenol dan diduga sebagai agen antidiabetik oral. Selain dari itu, kedua ekstrak mengandung 1,6-anhidro-beta-D-glukosapiranosa (Levo glukosan) yang tidak menyebabkan peningkatan kadar gula darah.Research about inhibition activity of aqueous and 30%, 70% and 96% ethanolic bark extracts of Cinnamon Padang (Cinnamomum burmannii) against a-Glukosidase enzyme activities throught in vitro assay has been done. The aim of this research are to determine activity of aqueous and ethanolic (30% 70%, and 96%) bark extracts of Cinnamon Padang against activity of a-glucosidase enzyme (with acorbose as a positive control), identification compunds by GC-MS pyrolysis from those extract that the result showed have the highest inhibition activity and its phytochemical assay. Cinnamon was extracted by maseration method 3 times 24 hours. The result showed that the aqueous and 30% ethanolic extract of cinnamon Padang inhibited a-Glukosidase enzyme on 94.88% and 94.51% respectively, but not significantly different with the inhibition to a-Glucosidase from 1% of acarbose. Those extracts contain flavonoids, tannin, phenolic and carbohydrate compounds, while the qualitative analyzed from those extracts by Py-GC-MS, presence the phenolic compounds such as pyrocatechol, catechol, guaiacol, and hydroquinone from polyphenol compound that act as antidiabetic oral agent. Instead of that, those extracts contain 1,6–anhydro– beta – D – glucopyranose (Levoglucosan), but its compound could not increase blood glucose level.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-07
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/114
10.33476/jky.v23i2.114
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 23 No. 2 (2015): MEI - AGUSTUS 2015; 091-102
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 23 No 2 (2015): MEI - AGUSTUS 2015; 091-102
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v23i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/114/64
Copyright (c) 2015 Jurnal Kedokteran YARSI
oai:ojs.localhost:article/115
2016-02-17T03:01:13Z
jky:ART
Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Timbulnya Kejadian Placenta Previa
Trianingsih, Indah
Mardhiyah, Dian
Susila Duarsa, Artha Budi
Placenta Previa
Faktor yang berpengaruh
Salah satu penyumbang terbesar angka kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, dimana placenta previa menyumbang 3% dari perdarahan di Indonesia. Pada tahun 2010 Angka kematian ibu di provinsi Lampung sebanyak 144 kasus dengan perdarahan 54 orang (37,5%), dimana kasus perdarahan terbanyak di Bandar Lampung yaitu 12,97%. Kejadian placenta previa Provinsi Lampung yaitu sebesar 2,12%. Pada tahun 2011 di RSUDAM Provinsi Lampung terdapat 3856 persalinan dan 117 (3.034%) merupakan perdarahan antepartum dengan placenta previa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh dengan kejadian Placenta Previa. Penelitian ini menggunakan rancangan analitik case control dan dilakukan pada 306 ibu yang bersalin di RSUDAM Provinsi Lampung dari tahun 2010 sampai tahun 2012, terdiri dari 153 kasus dan 153 kontrol. Hasil penelitian didapatkan ada pengaruh umur, paritas, riwayat kuretage, operasi caesar, dan riwayat placenta previa terhadap kejadian placenta previa. Tidak ada pengaruh kehamilan ganda, dan tumor terhadap kejadian placenta previa. Riwayat placenta previa merupakan variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap kejadian placenta previa setelah mengendalikan variabel umur, paritas, riwayat kuretage, operasi caesar, dan kehamilan ganda dengan nilai OR 6,668. Saran yang diberikan perlu adanya penyuluhan atau konseling usia reproduksi sehat termasuk konseling KB pada pasutri, disamping itu Tenaga Kesehatan hendaknya melaksanakan pemeriksaan Antenatal Care yang intensif pada ibu-ibu hamil dengan usia dan paritas berisiko, yang memiliki riwayat kureatage, riwayat SC, dan riwayat placenta previa sebelumnya.One of the biggest contributor to the number of maternal mortality in Indonesia is bleeding, in which 3% contribution of the bleeding cases comes from placenta previa. The number of maternal mortality in 2010 were 54 bleeding out of 144 cases (37.5%) in Lampung Province, beeing the highest were bleeding cases about 12.97% from BandarLampung. Placenta previa cases in Lampung province is equal to 2.12%. In 2011, in RSUDAM of Lampung Province, 3856 babies were delivered and 117 (3.034%) were antepartum due to placenta previa. The objective of this study is to examine factors underlying the occurrence of placenta previa. A case-control study was carried out encompassing 306 post partum mothers in RSUDAM Lampung Province from 2010–2013 devided in to 153 cases and 153 controls respectively. The result showed that there are effects of age, paritas, the history of curettage, sectiocaesaria, and placenta previa influence the development of the next cases of placenta previa. In contrast, double pregnancy ang tumor had no influence on the occurrence of placenta previa. Placenta previa history was the most dominant variable that influences the next placenta previa cases after controlling variables of age, parity, curettage of history, sectiocaesaria, and double pregnancy with OR 6.668. It is suggested that education and counselling particularly on family planning should be promoted for child-bearing age women as well as couple. In addition, health personnel are encouraged to provide intensive antenatal care for pregnant women with the history of high risk parity, curretage, caesarean sectio, and previous placenta previa.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-07
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/115
10.33476/jky.v23i2.115
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 23 No. 2 (2015): MEI - AGUSTUS 2015; 103-113
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 23 No 2 (2015): MEI - AGUSTUS 2015; 103-113
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v23i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/115/65
Copyright (c) 2015 Jurnal Kedokteran YARSI
oai:ojs.localhost:article/116
2016-02-17T03:01:13Z
jky:ART
Hipertensi Resisten
Rampengan, Starry H
Hipertensi resisten
Tekanan darah
Manajemen
Hipertensi resisten merupakan faktor risiko utama dari berbagai penyakit, sehingga terjadi peningkatan kejadian penyakit jantung iskemik, gagal jantung, kejadian serebrovaskular, dan disfungsi ginjal. Hipertensi dikatakan resisten terhadap pengobatan ketika strategi terapi yang mencakup modifikasi gaya hidup yang tepat ditambah penggunaan diuretik dan dua obat antihipertensi lain dari kelas yang berbeda pada dosis yang memadai (tapi tidak harus termasuk antagonis reseptor mineralokortikoid) gagal untuk menurunkan angka tekanan darah ke < 140/90mmHg. Lebih jauh, prevalensi hipertensi yang tidak terkontrol juga meningkat, meskipun terjadi kemajuan dalam farmakoterapi. Pasien dengan pengobatan hipertensi resisten (tekanan darah ? 140/90 mmHg) meskipun telah menggunakan ? 3 obat antihipertensi, termasuk diuretik, sering memiliki faktor risiko tinggi untuk kejadian penyakit jantung dan akibatnya beresiko lebih tinggi mengalami kerusakan organ serta morbiditas kardiovaskular. Penyebab hipertensi resisten bervariasi seperti hipertensi white-coat, ketidakpatuhan terhadap terapi obat, dan pilihan obat atau dosis yang tidak tepat, maka estimasi proporsi pasien dengan rentang dirawat karena hipertensi 5-16%.Resistant hypertension is a major risk factor of numerous diseases, that resulting the increase of incidence of ischemic heart disease, heart failure, cerebrovascular events, and renal dysfunction. Hypertension is defined resistant to the treatment if therapeutic strategy that includes appropriate lifestyle modification and the using of diuretic and two antihypertensive drugs from different classes in adequate doses (without mineralocorticoid receptor antagonist) fails to reduce blood pressure level to < 140/90mmHg. Furthermore, the prevalence of uncontrolled hypertension is also increase, in spite of advances in pharmacotherapy. The treatment of patients with resistant hypertension (blood pressure ? 140/ 90 mmHg despite ? 3 antihypertensive medications, including a diuretic) often have other risk factors for cardiovascular disease and consequently they have higher risk for end-organ damage and cardiovascular morbidities. The proportion of patients with resistant hypertension ranges from 5 to 16%, when confounding causes, such as white-coat hypertension, non-adherence to drug therapy, and inappropriate drug selection or dosing, are eliminated.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-07
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/116
10.33476/jky.v23i2.116
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 23 No. 2 (2015): MEI - AGUSTUS 2015; 114-127
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 23 No 2 (2015): MEI - AGUSTUS 2015; 114-127
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v23i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/116/66
Copyright (c) 2015 Jurnal Kedokteran YARSI
oai:ojs.localhost:article/118
2021-02-16T04:49:20Z
jky:ART
Gangguan fungsi sitoskeleton pada proses vitrifikasi keratinosit primer manusia
Kusuma, Indra
Hadi, Restu Syamsul
Sandra, Yurika
Keratinosit
Sitoskeleton
Vitrifikasi
Kriopreservasi
Basal keratinocytes retained a multipotency capacity which required a serum-free system to avoid spontaneous differentiation during expansion culture. Keratinocytes isolation and culture enable research and therapeutical exploration of bioengineered skin comprised of an epidermal and dermal layer. Vitrification method for crypreservation expected to protect keratinocytes viability and function in a serum-free condition. Foreskin sample of 7 school-age children undergone the khitan procedure were collected with informed consent provided by their parents. Keratinocytes isolation used a combined enzymatic approach using dispase and trypsin/EDTA. Viability and cellular proliferation measured using tryphan blue exclusion method and WST-1 reagent at 450 nm respectively. Resulting data were analyze using student t-test in Microsoft Excel 2015. Cryopreservation using vitrification method result in 80% post thaw viability without significance difference (p is more than 0.05) with standard slow-freezing method with serum as one of the cryomedium component. However, only 30% of those cells retained the ability to grow attachment to plastic culture vessel. This result was significantly different with those preserve using the standard slow-freezing method with atttacment measured at 70% (p is less than 0.05). Post-thaw fotomicrograph shows that some cells have a blebbing morphology which indicate a cytoskeletal disfunction commonly caused by hyperosmotic shock. Cellular preservation using vitrification method caused changes in viability, attachment and cellular proliferation capacity. Hyperosmotic shock was considered to be the caused of cytoskeletal disfunction that leads to decrease in post-thaw cellular attachment dan proliferative capacity of vitrified keratinocytes
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2017-09-05
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/118
10.33476/jky.v25i2.118
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 25 No. 2 (2017): MEI - AGUSTUS 2017; 075-083
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 25 No 2 (2017): MEI - AGUSTUS 2017; 075-083
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v25i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/118/ARTICLE
Copyright (c) 2017 Jurnal Kedokteran YARSI
oai:ojs.localhost:article/121
2017-03-02T01:48:19Z
jky:ART
Studi Leptospira sp Pada Beberapa Daerah Rawan Banjir di Jakarta
Widiyanti, S.Si, M.Si, PhD, Dian
Irmawati Purbo Astuti, Ike
Leptospira
banjir
flaB
patogenik
Leptospirosis termasuk re-emerging disease dan sering menjadi wabah setelah bencana banjir. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Leptospira patogen yang ditansmisikan secara langsung lewat hewan terinfeksi atau tidak langsung melalui lingkungan yang terkontaminasi urin hewan tersebut. Studi mengenai Leptospira yang ada di lingkungan perairan daerah rawan banjir dilakukan untuk mengetahui penyebaran Leptospira, terutama strain patogen, sehingga dapat dilakukan antisipasi pencegahan. Sampel dikumpulkan dan diukur pHnya dari 20 penampungan air, seperti waduk, danau, sungai, selokan air, di daerah rawan banjir di Jakarta, dan dikultur pada medium Korthof modifikasi mengandung 5-fluorouracil. Pengamatan hasil kultur dilakukan dengan mikroskop lapang gelap selama satu bulan. Diferensiasi Leptospira dilakukan dengan deteksi gen flaB. Hasil menunjukkan bahwa 75% dari sampel yang diperoleh, positif Leptospira. Ph sampel air sebesar 6,6–7,9 masih sesuai untuk pertumbuhan Leptospira. Analisis dengan gen flaB menunjukkan bahwa Leptospira yang diisolasi termasuk jenis saprofit.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2017-01-26
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/121
10.33476/jky.v24i2.121
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 24 No. 2 (2016): MEI - AGUSTUS 2016; 080-088
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 24 No 2 (2016): MEI - AGUSTUS 2016; 080-088
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v24i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/121/FULL%20PAPPER
Copyright (c) 2016 Jurnal Kedokteran YARSI
oai:ojs.localhost:article/123
2017-03-24T00:53:47Z
jurnal-fk-yarsi:ART
oai:ojs.localhost:article/124
2017-05-02T03:53:50Z
jky:ART
Pengembangan Survelians Vektor Dalam Penularan Demam Berdarah Dengue
Boesri, Hasan
Survalance DHF
Permasalahan wabah penyakit demam berdarah sering terjadi di masyarakat yang berujung dengan kematian, masih merupakan permasalahan kesehatan utama di Indonesia. Survalance entomologi yang digunakan untuk memprediksi akan terjadinya penularan DBD masih kurang peka, maka perlu adanya pengembangan sehingga diperoleh model survalance yang lebih peka. Oleh karena itu, telah dilakukan penelitian pengembangan survalance dengan pengamatan terhadap telur, larva, pupa, nyamuk Aedes aegypti, parity rate, dilatasi, Container indek, House indek, Breteau indek, di daerah endemis dan bebas DBD. Ternyata dari 14 indikator yang diteliti, hanya 5 indikator yang ada korelasinya dengan kasus DBD, sedangkan yang mempunyai korelasi tertinggi (0,66 ) adalah dilatasi dua dengan kontribusi ( R ) = 66% di daerah endemis DBD.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2017-01-26
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/124
10.33476/jky.v24i3.124
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 24 No. 3 (2016): SEPTEMBER - DESEMBER 2016; 175-185
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 24 No 3 (2016): SEPTEMBER - DESEMBER 2016; 175-185
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v24i3
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/124/FULL%20PAPPER
Copyright (c) 2016 Jurnal Kedokteran YARSI
oai:ojs.localhost:article/125
2017-03-31T08:10:30Z
jky:ART
Modal Sosial Kader Kesehatan dan Kepemimpinan Tokoh Masyarakat Dalam Penemuan Penderita Tuberkulosis
Sutisna, Endang
Reviono, Reviono
Setyowati, Arry
social capital
leadership
tuberculosis
case detection rate
Tuberkulosis (TB) merupakan kedaruratan global bagi kemanusiaan. WHO menggulirkan Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) dan Strategi Stop TB Partnership bertujuan untuk menjangkau semua penderita TB. Kedua strategi tersebut belum mampu mencapai target CDR (Case Detection Rate) secara konsisten. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh dan peran modal sosial kader kesehatan dan kepemimpinan tokoh masyarakat dalam penemuan TB paru BTA positif (CDR). Metode yang digunakan adalah survei dan studi kasus. Sasaran penelitian adalah Tim Penanggulangan TB di Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten, serta kader kesehatan, tokoh masyarakat, penderita TB, dan mantan penderita TB di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Hasil penelitian survei dengan analisis jalur menunjukkan, besaran pengaruh langsung modal sosial kader kesehatan terhadap CDR adalah 8,64%; pengaruh langsung kepemimpinan tokoh masyarakat terhadap CDR adalah 33%; dan pengaruh modal sosial kader kesehatan dan kepemimpinan tokoh masyarakat secara simultan terhadap CDR adalah 27,7%. Hasil penelitian studi kasus menyimpulkan, peran modal sosial kader kesehatan dalam CDR terdiri dari dimensi kognitif, relasional dan struktural. Dimensi kognitif meliputi kepedulian, saling percaya dan rasa memiliki antar anggota keluarga, warga masyarakat, serta kader dan petugas kesehatan. Dimensi relasional meliputi kerjasama dan komunikasi yang dilandasi nilai-nilai bersama. Dimensi struktural meliputi jaringan sosial, perkumpulan dan persatuan masyarakat. Peran kepemimpinan tokoh masyarakat dalam CDR adalah memberikan motivasi, tempat bertanya dan konsultasi, mengadakan pertemuan rutin, serta mengelola kegiatan dan menggalang donasi.Tuberculosis (TB) is a global emergency for humanity. WHO launches DOTS (Directly Observed Treatment Short-Course) and Stop TB Partnership strategies aiming to reach all people with TB. Both strategies have not been able to reach the target of CDR (case detection rate) consistently. This research aimed to analyze the effect and the role of health cadres’ social capital and community figures’ leadership in finding the people with positive-BTA pulmonary tuberculosis (CDR). The methods employed were survey and case study. The target of research was TB management team in Puskesmas (Public Health Centre) and Regency Health Service, and health cadres, community figures, people with TB, and people with TB previously in Sukoharjo Regency, Central Java. The result of research with path analysis showed that the size of direct effect of health cadres’ social capital on CDR was 8.64%; that of community figures’ leadership on CDR was 33%; and that of health cadres’ social capital and community figures’ leadership simultaneously on CDR was 27.7%. The result of case study research concluded that the role of health cadres’ social capital in CDR consisted of cognitive, relational and structural dimensions. Cognitive dimension included care, mutual trust, and sense of belonging among the members of family, members of society, and health cadres and workers. Relational dimension included cooperation and communication based on commonness value. Structural dimension included social network, community association and unity. The role of community figures’ leadership in CDR was that it provided motivation, served as the one to which any one asking question and consulting, conducted routine meeting, and managed activity and raised donation.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2017-03-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/125
10.33476/jky.v24i1.125
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 24 No. 1 (2016): JANUARI - APRIL 2016; 020-041
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 24 No 1 (2016): JANUARI - APRIL 2016; 020-041
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v24i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/125/199
Copyright (c) 2016 Jurnal Kedokteran YARSI
oai:ojs.localhost:article/127
2017-03-31T08:10:30Z
jky:Kep
Patentabilitas Antibakteri Dari Tanaman Garcinia
Utami, S.Si, M.Si, Sri
paten
senyawa kimia dalam Garcinia
antibakteri
Garcinia merupakan tanaman khas daerah tropis yang memiliki banyak manfaat. Manfaat ini telah diperoleh dari pengalaman empiris masyarakat setempat yang telah menggunakan buahnya sebagai makanan dalam bentuk buah-buahan, bumbu dapur, maupun sebagai obat untuk penyakit-penyakit tertentu. Penelitian terhadap kandungan senyawa kimia dari tanaman tersebut telah banyak dilakukan. Bahkan, beberapa komposisi maupun formulasinya telah menghasilkan paten, dan produknya telah banyak beredar di pasaran. Untuk menghasilkan paten yang dimulai dari penelitian memerlukan waktu yang cukup panjang.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2017-03-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/127
10.33476/jky.v24i1.127
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 24 No. 1 (2016): JANUARI - APRIL 2016; 069-079
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 24 No 1 (2016): JANUARI - APRIL 2016; 069-079
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v24i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/127/FULL%20PAPPER
Copyright (c) 2016 Jurnal Kedokteran YARSI
oai:ojs.localhost:article/130
2017-03-31T08:10:30Z
jky:ART
Efek Teratogenik Ikan Tuna Yang Mengandung Formalin Pada Fetus Mencit
Almahdy, Almahdy
Kurniasi, Fitra
teratogenic
formaldehyde
tuna fish
Penelitian efek teratogenik ikan tuna yang mengandung formalin pada fetus mencit putih telah dilakukan. Penelitian dilakukan pada 20 ekor mencit betina hamil yang dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok kontrol yang hanya diberi air, kelompok kedua adalah mencit hamil yang hanya diberi formalin 1,82 mg/kg BB, kelompok ketiga diberi ikan tuna yang mengandung formalin 1,82 mg/kg BB, kelompok keempat diperlakukan dengan ikan tuna yang mengandung formalin 3,64 mg / kg BW, dan kelompok kelima adalah ikan tuna mengandung formalin yang dibeli dari pasar tradisional. Perlakuan diberikan pada hari ke-6 sampai hari ke-15 kehamilan. Pada hari ke-18 kehamilan laparotomi telah dilakukan. Dua pertiga dari janin direndam dalam larutan Bouin dan sisanya lebih direndam dalam larutan merah alizarin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mencit yang diperlakukan dengan formalin dosis 1,82 mg/kgBB dan ikan tuna mengandung formalin 3,64 mg/kg BB menyebabkan tapak resorpsi pada janin. Sementara, ikan tuna mengandung formalin pada dosis 1,82 mg/kg BB menyebabkan penjarakan tulang costae pada fetus. Ikan tuna mengandung formalin yang dibeli dari pasar tradisional menyebabkan tapak resorpsi dan penjarakan costae pada fetus.The teratogenic effect of tuna fish containing formalin on white mice fetus has been observed. Twenty pregnant mice were divided into 5 groups. First group is control group, second group was treated with only formaldehyde solution at dose of 1.82 mg/kg BW, third group was treated with tuna fish containing formaldehyde 1.82 mg/kg BW, fourth group was treated with tuna fish containing formaldehyde 3.64 mg/kg BW, and the fifth group was treated with tuna fish containing formaldehyde which were bought from traditional market. Treatment was given on day 6 to day 15 of pregnancy. On the 18th day of pregnancy laparotomy was performed. Two-thirds of the fetus immersed in Bouin solution and the rest is soaked in a solution of alizarin red. The results showed that mice treated with 1.82 mg/kg formaldehyde and tuna fish containing formaldehyde of 3.64 mg/kg caused fetal resorption. Meanwhile, tuna fish contain formaldehyde at a dose of 1.82 mg/kg caused the distance between costae on fetus. Tuna fish containing formaldehyde purchased from traditional markets caused resorption site and the distance between costae on fetus.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2017-03-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/130
10.33476/jky.v24i1.130
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 24 No. 1 (2016): JANUARI - APRIL 2016; 042-050
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 24 No 1 (2016): JANUARI - APRIL 2016; 042-050
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v24i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/130/200
Copyright (c) 2016 Jurnal Kedokteran YARSI
oai:ojs.localhost:article/134
2017-03-31T08:10:30Z
jky:ART
Insidensi panjang jari telunjuk terhadap jari manis (rasio 2D : 4D) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI Angkatan 2013-2014
Purwaningsih, MS, PA, Endang
the index finger
ring finger
sex
student
Panjang jari telunjuk dibandingkan jari manis pada seseorang merupakan suatu karakter yang diwariskan melalui gen yang ekspresinya dipengaruhi oleh jenis kelamin (sex influence gene). Panjang jari telunjuk (2D) dan jari manis (4D) telah menjadi perhatian beberapa ahli karena terkait perbedaan jenis kelamin. Rasio 2 D terhadap 4 D untuk sebagian besar laki-laki ternyata lebih kecil daripada perempuan. Tujuan penelitian adalah mengetahui insidensi panjang telunjuk dibandingkan jari manis pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI. Penelitian dilakukan secara diskriptif terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI angkatan 2013/2014, laki-laki dan perempuan berusia 18-20 tahun sebanyak 347 orang. Pengukuran dilakukan secara tidak langsung dari fotocopi telapak dan jari tangan kanan dan kiri. Hasilnya dibagi dalam tiga kategori, yaitu kategori 1, kategori 2, dan kategori 3. Hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar mahasiswa laki-laki bertelunjuk pendek (kategori 3) dan sebagian besar mahasiswa perempuan bertelunjuk panjang (kategori 1) dan satu orang mahasiswa laki-laki memiliki telunjuk sama panjang dengan jari manis (kategori 2). Dari setiap kategori diperoleh hasil pada kategori 1 sebesar 81% adalah mahasiswa laki-laki, pada kategori 2 sebesar 100% adalah mahasiswa laki-laki, dan pada kategori 3 sebesar 65% adalah mahasiswa perempuan. Disimpulkan bahwa rasio 2 D : 4 D mahasiswa Fakultas Kedokteran Kedokteran Universitas YARSI angkatan 2013/2014 menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa laki-laki memiliki rasio 2D : 4D lebih kecil sedangkan mahasiswa perempuan ratio 2D : 4 D lebih besar . Insidensi telunjuk pendek mahasiswa laki-laki sebesar 15,27% dan insidensi telunjuk panjang mahasiswa perempuan sebesar 45,82%.The length of the index finger than ring finger at someone is a character that is inherited through the genes whose expression by sex influence gene. The length of the index finger (2D) and the ring finger (4D) has been of concern to some experts because of gender -related differences. The ratio of 2 D to 4 D for most of the male is smaller than the female. The purpose of the study was to determine the incidence of long index finger than ring finger on the students of the Faculty of Medicine, YARSI University. Descriptive study was conducted on the students of the Faculty of Medicine, University YARSI force 2013/2014, men and women aged 18-20 years by 347 people. Measurements were made indirectly copy of the palm and fingers of the right and the left hand. The results are divided into three categories, namely category 1, category 2, and category 3. The result showed that most of the male students have the index finger shorter than the ring finger (category 3) and most of the female students have a longer index finger than ring finger (category 1) and one male student has the same index finger length to ring finger (category 2). Of each category of results obtained in category 1 by 81% are male students, in category 2 at 100% were male students, and the third category is 65% female students. Concluded that ratio 2D : 4D the students of the Faculty of Medicine, YARSI University force 2013/2014 shows that most of the male students had a ratio 2D : 4D is smaller while the female students had ratio 2D : 4D is greater. The incidence of short index finger of male students is equal to 15.27% and the incidence of long fore finger female students amounted to 45.82%.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2017-03-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/134
10.33476/jky.v24i1.134
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 24 No. 1 (2016): JANUARI - APRIL 2016; 001-008
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 24 No 1 (2016): JANUARI - APRIL 2016; 001-008
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v24i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/134/FULL%20PAPPER
Copyright (c) 2016 Jurnal Kedokteran YARSI
oai:ojs.localhost:article/137
2015-12-29T06:20:49Z
jurnal-fk-yarsi:Kep
oai:ojs.localhost:article/139
2016-01-20T08:02:16Z
jurnal-fk-yarsi:ART
oai:ojs.localhost:article/140
2016-01-20T08:02:17Z
jurnal-fk-yarsi:ART
oai:ojs.localhost:article/141
2016-01-20T08:02:17Z
jurnal-fk-yarsi:ART
oai:ojs.localhost:article/142
2016-01-20T08:02:17Z
jurnal-fk-yarsi:ART
oai:ojs.localhost:article/143
2016-01-20T08:02:17Z
jurnal-fk-yarsi:ART
oai:ojs.localhost:article/144
2016-01-20T08:02:17Z
jurnal-fk-yarsi:Kep
oai:ojs.localhost:article/153
2020-09-11T04:39:17Z
jky:ART
Pola mRNA Hypoxia Inducible Factor-1a (HIF-1a) dan Exkspresi Protein HIF-1a Ginjal Tikus pada Hipoksia Sistemik Kronik
Suciati, Yulia
Retno Prijanti, Ani
Sadikin, Mohamad
Hipoksia
ekspresi gen HIF-1?
Western Blott
Ekspresi protein HIF-1a pada organ ginjal dari tikus yang mengalamikondisi hipoksia secara sistemik menggunakan Hypoxic Chamber dengankadar O2 8% dan Nitrogen 92% dan kelompok kontrol pada kondisinormoksia. Pola mRNA HIF-1a dilihat berdasarkan hasil RT-PCR denganmembandingkan rasio kelompok normoksia dan kelompok hipoksia yangmenunjukkan terdapat peningkatan ekspresi mRNA HIF-1a sejalan denganlamanya hipoksia yang mencapai puncak pada kelompok hipoksia 3 hari danmulai mengalami penurunan pada kelompok 7 hari. Ekspresi protein HIF-1a dilakukan dengan metode Western Blott yang memperlihatkan terdapatnyapeningkatan ekspresi protein HIF-1a yang mulai mengalami penurunan padakelompok hipoksia 14 hari.enelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola mRNA HIF-1a dan ekspresi protein HIF-1a pada organ ginjal dari tikus yang mengalamikondisi hipoksia secara sistemik menggunakan Hypoxic Chamber dengankadar O2 8% dan Nitrogen 92% dan kelompok kontrol pada kondisinormoksia. Pola mRNA HIF-1a dilihat berdasarkan hasil RT-PCR denganmembandingkan rasio kelompok normoksia dan kelompok hipoksia yangmenunjukkan terdapat peningkatan ekspresi mRNA HIF-1a sejalan denganlamanya hipoksia yang mencapai puncak pada kelompok hipoksia 3 hari danmulai mengalami penurunan pada kelompok 7 hari. Ekspresi protein HIF-1a dilakukan dengan metode Western Blott yang memperlihatkan terdapatnyapeningkatan ekspresi protein HIF-1a yang mulai mengalami penurunan padakelompok hipoksia 14 hari.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-21
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/153
10.33476/jky.v20i1.153
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 20 No. 1 (2012): JANUARI - APRIL 2012; 01-13
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 20 No 1 (2012): JANUARI - APRIL 2012; 01-13
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v20i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/153/89
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/154
2016-02-19T04:24:36Z
jky:ART
Optimalisasi Real Time PCR untuk Diagnosis Filariasis Bancrofti pada Sediaan Hapus Darah Tebal
Ferlianti, Rika
filariasis bancrofti
diagnostic
Real Time PCR
sediaan hapus darah tebal
Penelitian ini bertujuan untuk menggunakan sediaan hapus darah tebal sebagaisampel untuk amplifikasi DNA dalam mendeteksi DNA Wuchereria bancroftidengan metode Real Time PCR. Uji Diagnostik, dengan pemeriksaan mikroskopik sebagai gold standard. Sampel adalah 63 sediaan hapus darah tebal dengan pewarnaan giemsa yangsudah diperiksa dengan mikroskop. Sampel positif terinfeksi filariasis bancrofti25 sampel, dan negatif terinfeksi 38 sampel dikumpulkan dari daerah endemikNusa Tenggara Timur. Sediaan hapus darah tebal dikerok dengan skalpel sterildan hasil kerokan sampel dimasukkan ke dalam tabung steril yang berisiphosphate buffered saline (PBS). DNA diamplifikasi dengan target Ssp I repeatuntuk W. bancrofti. Hasil dari PCR akan dibandingkan dengan mikroskopikdan tes konfirmasi yaitu tes ICT (immune chromatographic card-type). Metode Real Time PCR pada sediaan hapus darah tebal mempunyai sensitivitasdan negative predictive value yang tinggi terhadap mikroskopik. Dan hasilkonfirmasi dengan metode mikroskopik dan ICT, PCR pada sediaan hapusdarah tebal memberikan hasil sensitivitas, spesifisitas, positive and negativepredictive value yang tinggi. Korelasi Spearman menunjukkan korelasi yangkuat antara mikroskopik dan PCR pada sediaan hapus darah tebal (r = 0,937).Dan korelasi negatif antara nilai Ct dengan densitas mikrofilaria (r = -0,726). Sediaan hapus darah tebal yang mempunyai densitas mikrofilaria yangtinggi, memberikan nilai Ct yang rendah pada metode Real Time PCR.Metode Real Time PCR pada sediaan hapus darah tebal dapat digunakan untukmembantu mengevaluasi program eliminasi filariasis. Penelitian ini bertujuan untuk menggunakan sediaan hapus darah tebal sebagaisampel untuk amplifikasi DNA dalam mendeteksi DNA Wuchereria bancroftidengan metode Real Time PCR. Uji Diagnostik, dengan pemeriksaan mikroskopik sebagai gold standard. Sampel adalah 63 sediaan hapus darah tebal dengan pewarnaan giemsa yangsudah diperiksa dengan mikroskop. Sampel positif terinfeksi filariasis bancrofti25 sampel, dan negatif terinfeksi 38 sampel dikumpulkan dari daerah endemikNusa Tenggara Timur. Sediaan hapus darah tebal dikerok dengan skalpel sterildan hasil kerokan sampel dimasukkan ke dalam tabung steril yang berisiphosphate buffered saline (PBS). DNA diamplifikasi dengan target Ssp I repeatuntuk W. bancrofti. Hasil dari PCR akan dibandingkan dengan mikroskopikdan tes konfirmasi yaitu tes ICT (immune chromatographic card-type). Metode Real Time PCR pada sediaan hapus darah tebal mempunyai sensitivitasdan negative predictive value yang tinggi terhadap mikroskopik. Dan hasilkonfirmasi dengan metode mikroskopik dan ICT, PCR pada sediaan hapusdarah tebal memberikan hasil sensitivitas, spesifisitas, positive and negativepredictive value yang tinggi. Korelasi Spearman menunjukkan korelasi yangkuat antara mikroskopik dan PCR pada sediaan hapus darah tebal (r = 0,937).Dan korelasi negatif antara nilai Ct dengan densitas mikrofilaria (r = -0,726). Sediaan hapus darah tebal yang mempunyai densitas mikrofilaria yangtinggi, memberikan nilai Ct yang rendah pada metode Real Time PCR.Metode Real Time PCR pada sediaan hapus darah tebal dapat digunakan untukmembantu mengevaluasi program eliminasi filariasis.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-21
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/154
10.33476/jky.v20i1.154
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 20 No. 1 (2012): JANUARI - APRIL 2012; 14-22
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 20 No 1 (2012): JANUARI - APRIL 2012; 14-22
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v20i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/154/90
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/155
2016-02-19T04:24:36Z
jky:ART
Hubungan Penebalan Dinding Kandung Kemih pada Ultrasonografi dengan Nitrit Urin pada Penderita Klinis Sistitis
Majdawati, Ana
ISK
Ultrasonografi
Pemeriksaan Nitrit Urin
Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan infeksi berupa pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme dalam saluran kemih yang meliputi ginjal sampai kandung kemih, salah satu jenis ISK adalah sistitis. Ultrasonografi (USG) dasawarsa terakhir ini merupakan pemeriksaan yang sering digunakan sebagai pilihan penunjang diagnostik pada beberapa kasus yang berhubungan dengan ISK. Pemeriksaan nitrit urin diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya bakteriuria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penebalan dinding kandung kemih pada pemeriksaan USG dengan nitrit urin pada penderita dengan klinis ISK. Desain penelitian ini adalah observasional dengan studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari catatan rekam medis pasien RS PKU Muhammadiyah 1-2 Yogyakarta untuk semua kasus ISK periode 1 Juli 2010 sampai 31 Agustus 2011. Data rekam medis yang digunakan adalah subyek penelitian dengan suspek ISK yang mempunyai hasil laboratorium urin rutin (nitrit urin) dan tebal dinding kandung kemih potongan transversal dan longitudinal pada pemeriksaan USG. Hasil analisa data dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p (0,190) > 0,05, CI 0,555 – 14,119. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara penebalanUSG kandung kemih dengan hasil pemeriksaan sedimen urin leukosit. Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan infeksi berupa pertumbuhan danperkembangbiakan mikroorganisme dalam saluran kemih yang meliputi ginjalsampai kandung kemih, salah satu jenis ISK adalah sistitis. Ultrasonografi(USG) dasawarsa terakhir ini merupakan pemeriksaan yang sering digunakansebagai pilihan penunjang diagnostik pada beberapa kasus yang berhubungandengan ISK. Pemeriksaan nitrit urin diperlukan untuk mengetahui ada tidaknyabakteriuria.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antarapenebalan dinding kandung kemih pada pemeriksaan USG dengan nitrit urinpada penderita dengan klinis ISK. Desain penelitian ini adalah observasionaldengan studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari catatanrekam medis pasien RS PKU Muhammadiyah 1-2 Yogyakarta untuk semuakasus ISK periode 1 Juli 2010 sampai 31 Agustus 2011. Data rekam medisyang digunakan adalah subyek penelitian dengan suspek ISK yang mempunyaihasil laboratorium urin rutin (nitrit urin) dan tebal dinding kandung kemih potongan transversal dan longitudinal pada pemeriksaan USG. Hasil analisa data dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p (0,190) > 0,05, CI 0,555 –14,119. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara penebalanUSG kandung kemih dengan hasil pemeriksaan sedimen urin leukosit.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-21
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/155
10.33476/jky.v20i1.155
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 20 No. 1 (2012): JANUARI - APRIL 2012; 23-28
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 20 No 1 (2012): JANUARI - APRIL 2012; 23-28
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v20i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/155/91
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/156
2016-02-19T04:24:36Z
jky:ART
Hubungan Kadar Transaminase terhadap Mortalitas dan Lama Perawatan Pasien Infark Miokard
Boy Kurniawan, Liong
infark miokard
SGOT
SGPT
mortalitas
lama perawatan
Infark miokard ditandai dengan pelepasan enzim-enzim yang terdapat pada selotot jantung yang mengalami nekrosis maupun petanda-petanda spesifikjantung lainnya. Enzim-enzim yang dilepaskan termasuk juga enzimtransaminase yaitu serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) danserum glutamic pyruvic transaminase (SGPT). Kedua enzim tersebut tidakspesifik jantung tetapi meningkat kadarnya pada infark miokard. Penelitian inidilakukan untuk mengetahui hubungan kadar enzim transaminase terhadapmortalitas dan lama perawatan pasien infark miokard. Penelitian ini merupakanstudi retrospektif dengan mengambil data sekunder dari rekam medik 72 pasieninfark miokard yang dirawat di Intensive Cardiac Care Unit Rumah Sakit dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Juli 2010 hingga Juni 2011. Sampeldibagi menjadi dua kelompok yaitu pasien infark miokard yang survive selamaperawatan dan yang meninggal selama perawatan. Rerata kadar SGOT padapasien infark miokard yang survive maupun yang meninggal selama perawatanberturut-turut 80,87+79,13 U/l dan 243,82+401,78 U/l, Uji Mann-Whitneymenunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara keduanya (p=0,019). Reratakadar SGPT pada pasien infark miokard yang survive maupun yang meninggalselama perawatan berturut-turut 45,02+45,53 U/l dan 178,30+375,45 U/l, UjiMann-Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antarakeduanya (p=0,065). Pada pasien yang survive, Uji Korelasi Spearman’smenunjukkan kadar SGOT dan SGPT berkorelasi positif terhadap lamanyarawat inap, masing-masing dengan nilai p=0,006, r=0,389 dan p=0,019,r=0,335. Pada pasien yang meninggal selama perawatan, Uji KorelasiSpearman’s menunjukkan kadar SGOT dan SGPT tidak berkorelasi terhadaplamanya rawat inap, masing-masing dengan nilai p=0,209, r=-0,267 danp=0,506, r=-0,146). Kadar SGOT lebih tinggi pada pasien yang meninggaldibandingkan dengan pasien survive, tetapi kadar SGPT tidak berbedabermakna antara keduanya. Pada pasien yang survive, semakin tinggi kadarSGOT dan SGPT semakin lama masa rawat inap pasien tersebut.Dipresentasikan dalam presentasi oral pada Pertemuan Ilmiah Berkala XVIIFakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, 27-29 Januari 2012.Infark miokard ditandai dengan pelepasan enzim-enzim yang terdapat pada selotot jantung yang mengalami nekrosis maupun petanda-petanda spesifikjantung lainnya. Enzim-enzim yang dilepaskan termasuk juga enzimtransaminase yaitu serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) danserum glutamic pyruvic transaminase (SGPT). Kedua enzim tersebut tidakspesifik jantung tetapi meningkat kadarnya pada infark miokard. Penelitian inidilakukan untuk mengetahui hubungan kadar enzim transaminase terhadapmortalitas dan lama perawatan pasien infark miokard. Penelitian ini merupakanstudi retrospektif dengan mengambil data sekunder dari rekam medik 72 pasieninfark miokard yang dirawat di Intensive Cardiac Care Unit Rumah Sakit dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Juli 2010 hingga Juni 2011. Sampeldibagi menjadi dua kelompok yaitu pasien infark miokard yang survive selamaperawatan dan yang meninggal selama perawatan. Rerata kadar SGOT padapasien infark miokard yang survive maupun yang meninggal selama perawatanberturut-turut 80,87+79,13 U/l dan 243,82+401,78 U/l, Uji Mann-Whitneymenunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara keduanya (p=0,019). Reratakadar SGPT pada pasien infark miokard yang survive maupun yang meninggalselama perawatan berturut-turut 45,02+45,53 U/l dan 178,30+375,45 U/l, UjiMann-Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antarakeduanya (p=0,065). Pada pasien yang survive, Uji Korelasi Spearman’smenunjukkan kadar SGOT dan SGPT berkorelasi positif terhadap lamanyarawat inap, masing-masing dengan nilai p=0,006, r=0,389 dan p=0,019,r=0,335. Pada pasien yang meninggal selama perawatan, Uji KorelasiSpearman’s menunjukkan kadar SGOT dan SGPT tidak berkorelasi terhadaplamanya rawat inap, masing-masing dengan nilai p=0,209, r=-0,267 danp=0,506, r=-0,146). Kadar SGOT lebih tinggi pada pasien yang meninggaldibandingkan dengan pasien survive, tetapi kadar SGPT tidak berbedabermakna antara keduanya. Pada pasien yang survive, semakin tinggi kadarSGOT dan SGPT semakin lama masa rawat inap pasien tersebut.Dipresentasikan dalam presentasi oral pada Pertemuan Ilmiah Berkala XVIIFakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, 27-29 Januari 2012.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-21
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/156
10.33476/jky.v20i1.156
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 20 No. 1 (2012): JANUARI - APRIL 2012; 29-35
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 20 No 1 (2012): JANUARI - APRIL 2012; 29-35
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v20i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/156/92
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/157
2016-02-19T04:24:36Z
jky:ART
Ekspresi Fenotipe dan Distribusi Serotipe Streptokokus Grup B Isolat dari Ibu Hamil dengan Komplikasi Obstetri
Hayati, Zinatul
Streptokokus Grup B
komplikasi obstetri
fenotipe
serotipe
Streptokokus Grup B (SGB) adalah penyebab utama infeksi serius padaneonatus yang dapat menyebabkan pneumonia, septikemia dan meningitisneonatal. Komplikasi obstetri merupakan faktor resiko penting timbulnyainsidensi infeksi neonatal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuiekspresi fenotipe dan distribisi serotipe SGB yang diisolasi dari penderitakomplikasi obstetri. Identifikasi bakteri dilakukan dengan uji CAMP dan ujiserologis melalui teknik imunodifusi menggunakan serum spesifik terhadapSGB. Streptokokus Grup B dapat diisolasi sebanyak 10 isolat dari 38 kasuspenderita komplikasi obstetri (26,32%). Hasil karakterisasi fenotipe dari 10isolat SGB yang diperoleh, 90% isolat tumbuh keruh pada media cair danmemperlihatkan bentuk koloni yang difus pada soft-agar. Streptokokus Grup Byang tumbuh keruh dan koloni difus mengekspresikan karakter hidrofilik padasalt aggregation test (SAT). Sebaliknya satu isolat SGB lainnya tumbuh dengansupernatan yang jernih dan sedimen di dasar tabung media cair, bentuk kolonipada soft-agar terlihat kompak dan memiliki karakter hidrofobik. Hasilpenentuan serotype diperoleh distribusi serotipe SGB adalah tipe VI (40%), VII(30%), III (20%) dan VIII (10%). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwaSGB yang diisolasi dari penderita komplikasi obstetri umumnya memilikivirulensi yang tinggi karena mengekspresikan keberadaan kapsul yang dominanpada permukaan selnya.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-21
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/157
10.33476/jky.v20i1.157
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 20 No. 1 (2012): JANUARI - APRIL 2012; 36-44
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 20 No 1 (2012): JANUARI - APRIL 2012; 36-44
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v20i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/157/93
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/158
2016-02-19T04:24:36Z
jky:Kep
Mencari Penyebab Nyeri Dada?: Kardiak dan Nonkardiak
H Rampengan, Starry
Nyeri dada kardiak iskemik
bukan iskemik
nyeri dada bukan jantung
Nyeri dada merupakan salah satu keluhan yang paling banyak dijumpai padaruang perawatan akut. Penyebab utama dari nyeri dada akut meliputi: kardiak,gastroesofageal, muskuloskeletal, pulmonal, dan psikologis. Penyebab kardiakiskemik meliputi penyakit jantung koroner, stenosis aorta, spasme arteri koroner,dan kardiomiopati hipertrofi. Penyebab kardiak noniskemik meliputi perikarditis,diseksi aorta, aneurisma aorta, dan prolaps katup mitral. Angina pektorismerupakan nyeri dada kardiak yang disebabkan oleh insufisiensi pasokan oksigenmiokardium. Pasien seringkali mengemukakan rasa ditekan beban berat ataudiremas yang timbul setelah aktivitas atau stress emosional. Nyeri dada aortastenosis bergantung pada aktivitas, berhubungan dengan sinkop dan padapemeriksaan fisik disertai murmur ejeksi sistolik pada daerah aorta. Kardiomiopatihipertrofi menyebabkan nyeri dada disertai adanya murmur sistolik yangbertambah keras pada valsalva maneuver. Vasospasme koroner menimbulkannyeri dada pada saat istirahat. Diseksi aorta menyebabkan rasa nyeri dada hebatanterior menjalar ke belakang atas. Nyeri perikarditis biasanya berkurang apabilapasien condong ke depan. Nyeri prolaps katup mitral bersifat tajam. Adanyamurmur sistolik akhir didahului klik midsistolik merupakan ciri khas prolapskatup mitral. Penyebab nyeri dada nonkardiak bisa disebabkan oleh kelainanesofagus, kondisi abdomen atas, pulmonal, muskuloskeletal, herpes zoster, danpsikologis. Kondisi abdomen atas dapat disebabkan kolesistitis akut, pankreatitisakut, dan perforasi ulkus peptikum. Nyeri dada pulmonal bersifat pleuritik.Emboli paru dicurigai pada keadaan dispnea, nyeri pleuritik, hipoksia berat, danadanya faktor risiko. Nyeri dada yang disebabkan muskuloskeletal berhubungandengan palpasi. Herpes zoster juga dapat menimbulkan nyeri dada khas sesuaidistribusi dermatomal. Nyeri dada psikologis dapat dicurigai bila terdapatriyawat gangguan emosional sebelumnya. Nyeri dada merupakan salah satu keluhan yang paling banyak dijumpai padaruang perawatan akut. Penyebab utama dari nyeri dada akut meliputi: kardiak,gastroesofageal, muskuloskeletal, pulmonal, dan psikologis. Penyebab kardiakiskemik meliputi penyakit jantung koroner, stenosis aorta, spasme arteri koroner,dan kardiomiopati hipertrofi. Penyebab kardiak noniskemik meliputi perikarditis,diseksi aorta, aneurisma aorta, dan prolaps katup mitral. Angina pektorismerupakan nyeri dada kardiak yang disebabkan oleh insufisiensi pasokan oksigenmiokardium. Pasien seringkali mengemukakan rasa ditekan beban berat ataudiremas yang timbul setelah aktivitas atau stress emosional. Nyeri dada aortastenosis bergantung pada aktivitas, berhubungan dengan sinkop dan padapemeriksaan fisik disertai murmur ejeksi sistolik pada daerah aorta. Kardiomiopatihipertrofi menyebabkan nyeri dada disertai adanya murmur sistolik yangbertambah keras pada valsalva maneuver. Vasospasme koroner menimbulkannyeri dada pada saat istirahat. Diseksi aorta menyebabkan rasa nyeri dada hebatanterior menjalar ke belakang atas. Nyeri perikarditis biasanya berkurang apabilapasien condong ke depan. Nyeri prolaps katup mitral bersifat tajam. Adanyamurmur sistolik akhir didahului klik midsistolik merupakan ciri khas prolapskatup mitral. Penyebab nyeri dada nonkardiak bisa disebabkan oleh kelainanesofagus, kondisi abdomen atas, pulmonal, muskuloskeletal, herpes zoster, danpsikologis. Kondisi abdomen atas dapat disebabkan kolesistitis akut, pankreatitisakut, dan perforasi ulkus peptikum. Nyeri dada pulmonal bersifat pleuritik.Emboli paru dicurigai pada keadaan dispnea, nyeri pleuritik, hipoksia berat, danadanya faktor risiko. Nyeri dada yang disebabkan muskuloskeletal berhubungandengan palpasi. Herpes zoster juga dapat menimbulkan nyeri dada khas sesuaidistribusi dermatomal. Nyeri dada psikologis dapat dicurigai bila terdapatriyawat gangguan emosional sebelumnya.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-21
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/158
10.33476/jky.v20i1.158
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 20 No. 1 (2012): JANUARI - APRIL 2012; 45-53
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 20 No 1 (2012): JANUARI - APRIL 2012; 45-53
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v20i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/158/94
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/159
2016-02-19T04:24:53Z
jky:ART
Peningkatan Konduktansi Maksimal Ion Kalium Setelah Pemberian 7-Ketokolesterol pada sel PC-12 SecaraIn vitro
Kusuma, Indra
7-ketokolesterol
Kanal Kv
Lipid raft
Patch clamp
Stroke menyebabkan kondisi hipoksia-iskemia yang menimbulkan berbagaikerusakan. Perubahan neurokimia otak pada stroke menyebabkan oksidasikolesterol. Produk oksidasi kolesterol yaitu 7-ketokolesterol diketahui mengubahkomposisi lipid raft, sifat protein membran dan meningkatkan eksositosisneurotransmitter. Kanal Kv berperan pada terminasi eksositosis danmempertahankan keseimbangan ionik sel saraf. Pemberian 7-ketolesterol padasel PC-12 bertujuanmelihat respon kanal Kv. Perekaman patch clamp dilakukandengan tehnik whole-cell secara voltage clamp. Hasil eksperimen terekamkenaikan arus listrik (p<0.05) pada potensial membran negatif, penurunanreversal potensial (p>0.05) dan peningkatan konduktansi maksimal ion kalium(p<0.05). Hasil eksperimen berupa perubahan konduktansi maksimalmenunjukkan pengaruh 7-ketokolesterol pada kinetika dan fungsi kanal Kv yangdiperkirakan sebagai akibat perubahan interaksi lipid-protein pada lipid raft.Pada konteks stroke respon kanal Kv turut berkontribusi pada prosesneurotoksisitas yang berujung pada kematian sel.Stroke menyebabkan kondisi hipoksia-iskemia yang menimbulkan berbagaikerusakan. Perubahan neurokimia otak pada stroke menyebabkan oksidasikolesterol. Produk oksidasi kolesterol yaitu 7-ketokolesterol diketahui mengubahkomposisi lipid raft, sifat protein membran dan meningkatkan eksositosisneurotransmitter. Kanal Kv berperan pada terminasi eksositosis danmempertahankan keseimbangan ionik sel saraf. Pemberian 7-ketolesterol padasel PC-12 bertujuanmelihat respon kanal Kv. Perekaman patch clamp dilakukandengan tehnik whole-cell secara voltage clamp. Hasil eksperimen terekamkenaikan arus listrik (p<0.05) pada potensial membran negatif, penurunanreversal potensial (p>0.05) dan peningkatan konduktansi maksimal ion kalium(p<0.05). Hasil eksperimen berupa perubahan konduktansi maksimalmenunjukkan pengaruh 7-ketokolesterol pada kinetika dan fungsi kanal Kv yangdiperkirakan sebagai akibat perubahan interaksi lipid-protein pada lipid raft.Pada konteks stroke respon kanal Kv turut berkontribusi pada prosesneurotoksisitas yang berujung pada kematian sel.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2012-06-07
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/159
10.33476/jky.v20i2.159
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 20 No. 2 (2012): MEI - AGUSTUS 2012; 54-62
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 20 No 2 (2012): MEI - AGUSTUS 2012; 54-62
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v20i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/159/95
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/160
2016-02-19T04:24:53Z
jky:ART
Pemurnian Antibodi Monoklonal terhadap Virus Hepatitis B yang diisolasi dari Asites Mencit Balb/c Menggunakan “Homemade” Protein A Spin Mini Kolom
Ngongu Depamede, Sulaiman
Analisis biaya
Renograf diagnostic
diseminasi produk
Penelitian ini bertujuan mengembangkan pemurnian antibodi monoklonal menggunakan eksmini kolom yang isinya diganti dengan partikel gelassilika yang terkonjugasi dengan Protein A. Matriks Protein A yang digunakan adalah Prosep vA, sedangkan antibodi target adalah antibodi monoklonal (MAb) terhadap antigen permukaan virus hepatitis B yang diisolasi dari asites mencit Balb/c. Sebelum pemurnian, sampel asites dibagi menjadi 3 yang masingmasing diinkubasikan dengan Protein A dalam 3 perlakuan. Perlakuan A dan B adalah inkubasi 30 dan 60 menit pada suhu kamar, sedangkan perlakuan C adalah inkubasi semalam pada suhu 4°C. Hasil pemurnian menunjukkan bahwa aktivitas spesifik dan tingkat kemurnian MAb secara berurutan adalah 358.45 U/mg, 237.83 U/mg untuk perlakuan C dan B, dan 229.67 U/mg untukperlakuan A. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 'homemade' mini kolom yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk memurnikan MAb untuk kebutuhan riset skala laboratorium.Penelitian ini bertujuan mengembangkan pemurnian antibodi monoklonalmenggunakan eks-mini kolom yang isinya diganti dengan partikel gelassilikayang terkonjugasi dengan Protein A. Matriks Protein A yang digunakan adalahProsep vA, sedangkan antibodi target adalah antibodi monoklonal (MAb)terhadap antigen permukaan virus hepatitis B yang diisolasi dari asites mencitBalb/c. Sebelum pemurnian, sampel asites dibagi menjadi 3 yang masingmasingdiinkubasikandenganProteinAdalam3perlakuan.PerlakuanAdanBadalahinkubasi30dan60menitpadasuhukamar,sedangkanperlakuanCadalahinkubasisemalampadasuhu4°C.HasilpemurnianmenunjukkanbahwaaktivitasspesifikdantingkatkemurnianMAbsecaraberurutanadalah358.45U/mg,237.83 U/mg untuk perlakuan C dan B, dan 229.67 U/mg untukperlakuan A. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 'homemade' mini kolomyang dikembangkan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk memurnikanMAb untuk kebutuhan riset skala laboratorium.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-21
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/160
10.33476/jky.v20i2.160
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 20 No. 2 (2012): MEI - AGUSTUS 2012; 63-68
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 20 No 2 (2012): MEI - AGUSTUS 2012; 63-68
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v20i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/160/96
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/161
2016-02-19T04:24:53Z
jky:ART
Isolasi dan Karakterisasi Gen merB pada Bakteri Pseudomonas sp. Sebagai Gen ResistensiMerkuriOrganik
J. Kepel, Billy
merB
Pseudomonas sp.
Merkuri Organik
Patogenesis penyakit dimana merkuri sebagai agen penyebab akan melewati komponen lingkungan sebagai media transmisi sebelum sampai pada manusia. Terdapat beberapalokasi pertambangan emas rakyat di Sulawesi Utarayang menggunakanmerkuri. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi jenis bakteri yanghidup pada sedimentanahtercemar merkuri, mengisolasi dan mengidentifikasi karakter gen merB pada bakteritersebut. Dilakukan uji resistensi pada fenil merkuri, identifikasi Gram dan 16S rRNA, amplifikasi dan sekuensing gen merB, pensejajaran dan pembuatan pohonfilogenetik gen merB pada isolat bakteri resisten fenil merkuri. Terdapat 2 isolat bakteri Pseudomonas sp. yang resisten terhadap fenil merkuri. Gen merB pada bakteri ini mempunyai homologi sebesar 98-100% dibandingkan dengan gen merB pada bakteri yang terdapat pada GenBank. Sisi aktif enzim organomerkuri liase (MerB) yang dikode oleh gen merB pada posisi Cys-96, Cys-159 dan Asp-99 tetap dipertahankan oleh gen merB kedua isolat bakteri hasil penelitian. Terdapat 3 tempat perbedaan nukleotida merB antara keduaisolat hasil penelitian dengan P. aeruginosa galur ARY1. Terjadi mutasi substitusi transisi pada merB posisi Val-124 (GTC?GTT) dan Val-136 (GTT?GTC) maupun Glu-132 (GAG) ?Gly-132 (GGG) dimana isolat 2B.2 dan 4B.2 Pseudomonas sp. sama dengan Klebsiella sp. ND3 tapi berbeda dengan P. aeruginosa galur ARY1 walaupun genus yang sama. Walaupun asam amino glutamat diganti oleh glisin yang berbeda sifatpolaritas tapi tidak berpengaruh pada aktifitas bioremediasi karena tempat tersebut bukan merupakan sisi aktif. Gen merB terdapat pada isolat bakteri lokal, Pseudomonas sp., di Sulawesi Utara. Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk menghasilkan kloning enzim MerB(organomerkuri liase) dalam mengatasi masalah pencemaran merkuri. Patogenesis penyakit dimana merkuri sebagai agen penyebab akan melewati komponen lingkungan sebagai media transmisi sebelum sampai pada manusia. Terdapat beberapalokasi pertambangan emas rakyat di Sulawesi Utarayangmenggunakanmerkuri. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi jenisbakteri yanghidup pada sedimentanahtercemar merkuri, mengisolasi danmengidentifikasi karakter gen merB pada bakteritersebut.Dilakukan uji resistensi pada fenil merkuri, identifikasi Gram dan 16S rRNA,amplifikasi dan sekuensing gen merB, pensejajaran dan pembuatan pohonfilogenetik gen merB pada isolat bakteri resisten fenil merkuri.Terdapat 2 isolat bakteri Pseudomonas sp. yang resisten terhadap fenil merkuri.Gen merB pada bakteri ini mempunyai homologi sebesar 98-100% dibandingkandengan gen merB pada bakteri yang terdapat pada GenBank. Sisi aktif enzimorganomerkuri liase (MerB) yang dikode oleh gen merB pada posisi Cys-96,Cys-159 dan Asp-99 tetap dipertahankan oleh gen merB kedua isolat bakterihasil penelitian. Terdapat 3 tempat perbedaan nukleotida merB antara keduaisolat hasil penelitian dengan P. aeruginosa galur ARY1.Terjadi mutasi substitusi transisi pada merB posisi Val-124 (GTC?GTT)danVal-136 (GTT?GTC) maupun Glu-132 (GAG) ?Gly-132 (GGG) dimanaisolat 2B.2 dan 4B.2 Pseudomonas sp. sama dengan Klebsiella sp. ND3 tapiberbeda dengan P. aeruginosa galur ARY1 walaupun genus yang sama.Walaupun asam amino glutamat diganti oleh glisin yang berbeda sifatpolaritastapi tidak berpengaruh pada aktifitas bioremediasi karena tempat tersebut bukanmerupakan sisi aktif.Gen merB terdapat pada isolat bakteri lokal, Pseudomonas sp., di SulawesiUtara. Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk menghasilkan kloning enzimMerB(organomerkuri liase) dalam mengatasi masalah pencemaran merkuri.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-21
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/161
10.33476/jky.v20i2.161
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 20 No. 2 (2012): MEI - AGUSTUS 2012; 69-80
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 20 No 2 (2012): MEI - AGUSTUS 2012; 69-80
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v20i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/161/97
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/162
2016-02-19T04:24:53Z
jky:ART
Fauna Nyamuk Aedes dan Kemungkinan Perannya dalam Penularan Demam Berdarah Dengue di Banjar Graha Kerti dan Banjar Kerta Petasikan, Denpasar
Sutisna, Putu
Aedes larvae
House Index
Bruteau Index
Dengue Hemorrhagic Fever
Biological characteristics
Indonesia, seperti banyak negara di wilayah tropis dan subtropis lainnya, merupakan wilayah endemik penyakit Demam Berdarah Dengue (DHF). Di Kodya Denpasar, kasus DHF terus meningkat dari tahun ke tahun selama kurun 2002-2008. Penelitian cross sectional ini dilakukan di di Banjar Graha Kerti dan Banjar Kerta Petasikan, Kelurahan Sidakarya, Denpasar, dengan tujuan untuk mengetahui adanya larva nyamuk Aedes dan tingkat kepadatannya di rumah penduduk di kedua lokasi tsb. Semua rumah di kedua Banjar tsb diikutkan sebagai sampel penelitian. Semua tempat air yang ditemukan di dalam rumah diperiksa untuk kemungkinan adanya larva nyamuk dan ditetapkan speciesnya (Aedes, Culex dan Anopheles). Dari 262 rumah, didapatkan sebanyak 869 tempat air tergenang dan 68 di antaranya mengandung larva Aedes, terdiri dari 37Aedes aegypti, 14A. albopictus, dan campuranA. aegypti danA. albopictus. House Indexuntuk Aedes adalah 17.2% danBruteau Indexuntuk Aedes adalah 20.6%, yang menunjukkan bahwa Aedes di Br Graha Kerti dan Banjar Kerta Petasikan mempunyai potensiuntuk menularkankasus-kasus DHF. Disarankan agar pelaksana program pengendalian kasus DHF di Kota Denpasar mengenali sifat-sifat biologis dari Aedes, termasuk lokasinya dalam tempat-tempat air di rumah tangga.Indonesia, seperti banyak negara di wilayah tropis dan subtropis lainnya,merupakan wilayah endemik penyakit Demam Berdarah Dengue (DHF). DiKodya Denpasar, kasus DHF terus meningkat dari tahun ke tahun selamakurun 2002-2008. Penelitian cross sectional ini dilakukan di di Banjar GrahaKerti dan Banjar Kerta Petasikan, Kelurahan Sidakarya, Denpasar, dengantujuan untuk mengetahui adanya larva nyamuk Aedes dan tingkatkepadatannya di rumah penduduk di kedua lokasi tsb. Semua rumah di keduaBanjar tsb diikutkan sebagai sampel penelitian. Semua tempat air yangditemukan di dalam rumah diperiksa untuk kemungkinan adanya larva nyamukdan ditetapkan speciesnya (Aedes, Culex dan Anopheles). Dari 262 rumah,didapatkan sebanyak 869 tempat air tergenang dan 68 di antaranyamengandung larva Aedes, terdiri dari 37Aedes aegypti, 14A. albopictus, dancampuranA. aegypti danA. albopictus. House Indexuntuk Aedes adalah17.2% danBruteau Indexuntuk Aedes adalah 20.6%, yang menunjukkanbahwa Aedes di Br Graha Kerti dan Banjar Kerta Petasikan mempunyai potensiuntuk menularkankasus-kasus DHF. Disarankan agar pelaksana programpengendalian kasus DHF di Kota Denpasar mengenali sifat-sifat biologis dariAedes, termasuk lokasinya dalam tempat-tempat air di rumah tangga.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-21
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/162
10.33476/jky.v20i2.162
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 20 No. 2 (2012): MEI - AGUSTUS 2012; 81-86
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 20 No 2 (2012): MEI - AGUSTUS 2012; 81-86
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v20i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/162/98
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/163
2016-02-19T04:24:53Z
jky:ART
Kondisi Rumah dan Pencemaran Udara Dalam Rumah Sebagai Faktor Risiko Kejadian Pneumonia Balita
Budiati, Endang
Pneumonia
balita
pencemaran
Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu terdiri dari sepuluh Puskesmas, dengan cakupan ISPA menempati urutan yang pertama dari sepuluh besar penyakit sebesar 30,53% pada tahun 2009. Jumlah kasus Pneumonia Balita masih di bawah angkaNasional yaitu 1,81% pada tahun 2009 dari target 10%. Pada tahun 2009 pengelola program P2ISPA yang terlatih di Puskesmas sebesar 60%, cakupan Rumah Sehat pada tahun 2009 sebesar 79,99% dari target 80%. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kondisi rumah,kepadatan hunian, dan pencemaran udara dalam rumah. Disain penelitian kasus kontrol dengan jumlah responden 240 orang yang terdiri atas kasus 120 orang dan kontrol 120. Sampel adalah seluruh balita usia 12- 59 bulan yang tinggal di seluruh wilayah Puskesmas Kabupaten Pringsewu. Hasil Penelitian menunjukkan ada hubungan kondisi rumah dengan kejadian Pneumoniadi Kabupaten Pringsewu. Balita dengan Kondisi Rumah yang tidak memenuhi syarat berisiko 4,65 (95% Cl: 1,99–10.86) kali terkenaPneumonia dibandingkan dengan balita yang kondisi rumahnya tidak memenuhi syarat setelah dikontrol dengan variabel Pencemaran Udara, Berat Bayi Lahir, Status Gizi Balita, dan interaksi antara kondisi rumah dan pencemaran udara dalam rumah. Pencemaran udara dalam rumah berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di Kabupaten Pringsewu tahun 2010. Balita dengan adanya Pencemaran Udara dalam rumah berisiko 7,73 (95% CI: 2,99-20,01)kali terkena Pneumonia dibandingkan dengan balita yang tidak ada pencemaran udara dalam rumah setelah dikontrol dengan variabel confounding kondisi rumah, pendidikan Ibu dan interaksi antara pencemaran udara dalam rumah dengan kondisi rumah. Upaya yang dilakukan untuk pengendalian penyakit Pneumonia Balita di Kabupaten Pringsewu adalah promosi dan preventif kepada masyarakat tentang penyakit pneumonia dan rumah sehat.Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu terdiri dari sepuluh Puskesmas, dengancakupan ISPA menempati urutan yang pertama dari sepuluh besar penyakitsebesar 30,53% pada tahun 2009. Jumlah kasus Pneumonia Balita masih dibawah angkaNasional yaitu 1,81% pada tahun 2009 dari target 10%. Padatahun 2009 pengelola program P2ISPA yang terlatih di Puskesmas sebesar60%, cakupan Rumah Sehat pada tahun 2009 sebesar 79,99% dari target 80%.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kondisi rumah,kepadatan hunian, dan pencemaran udara dalam rumah. Disain penelitiankasus kontrol dengan jumlah responden 240 orang yang terdiri atas kasus 120orang dan kontrol 120. Sampel adalah seluruh balita usia 12- 59 bulan yangtinggal di seluruh wilayah Puskesmas Kabupaten Pringsewu.Hasil Penelitian menunjukkan ada hubungan kondisi rumah dengan kejadianPneumoniadi Kabupaten Pringsewu. Balita dengan Kondisi Rumah yang tidakmemenuhi syarat berisiko 4,65 (95% Cl: 1,99–10.86) kali terkenaPneumoniadibandingkan dengan balita yang kondisi rumahnya tidak memenuhi syaratsetelah dikontrol dengan variabel Pencemaran Udara, Berat Bayi Lahir, StatusGizi Balita, dan interaksi antara kondisi rumah dan pencemaran udara dalamrumah. Pencemaran udara dalam rumah berhubungan dengan kejadianpneumonia pada balita di Kabupaten Pringsewu tahun 2010. Balita denganadanya Pencemaran Udara dalam rumah berisiko 7,73 (95% CI: 2,99-20,01)kali terkena Pneumonia dibandingkan dengan balita yang tidak ada pencemaranudara dalam rumah setelah dikontrol dengan variabel confounding kondisirumah, pendidikan Ibu dan interaksi antara pencemaran udara dalam rumahdengan kondisi rumah. Upaya yang dilakukan untuk pengendalian penyakitPneumonia Balita di Kabupaten Pringsewu adalah promosi dan preventifkepada masyarakat tentang penyakit pneumonia dan rumah sehat.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-21
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/163
10.33476/jky.v20i2.163
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 20 No. 2 (2012): MEI - AGUSTUS 2012; 87-101
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 20 No 2 (2012): MEI - AGUSTUS 2012; 87-101
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v20i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/163/99
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/164
2016-02-19T04:24:53Z
jky:Kep
Aplikasi Klinik Renograf IR-03 untuk Rumah Sakit: Teknologi dan Analisis Biaya
Isaris, Rill
Analisis biaya
Renograf diagnostic
diseminasi produk
Teknik Renografi menggunakan Alat Renograf adalah salah satu modalitas pemeriksaan fungsi ginjal selain dengan pemeriksaanlaboratorium dan teknik Sinar-X. Prototip Renograf IR-03 untuk pemeriksaan fungsi ginjal hasil rancangbangun BATAN telah dikonstruksi dan menjalani uji laboratorium di PRPN-BATAN Serpong dan uji klinis di RSUP DR.Sardjito Jogyakarta. Biaya yang berkaitan dengan pemakaian klinik Alat Renograf di rumahsakit telah dianalisis yang terdiri dari komponen nilai radiofarmaka dan nilai investasi alatRenograf. Perhitungan biaya radiofarmaka hippuran Iodine per tahun dengan estimasi jumlah pasien 2000 orang sebesar Rp 30 juta, Total Direct Cost adalah Rp 212,5 juta dan biaya modal satu Alat Renograf sebesar Rp 250 juta. Nilai Titik Impas (Break Event Point) Investasi satu Alat Renograf adalah 1194 (0,597%) atau setara Rp 209,475 juta, dengan biaya per prosedur adalah Rp 85.000,-. Harga ini tergantung pada beberapa variable terutama volume (kapasitas pelayanan pasien). Perhitungan analisis Cash-Flow untuk melihat seberapa jauh investasi tersebut menarik dan memberi prospek ke masa depan menunjukkan nilai Rate of Return yang diperoleh yaitu ROR (i) adalah 22,6%, jauh diatas suku bunga simpanan Bank saat ini yaitu <10%. Perhitungan analisa Payback Period menunjukkan nilai 1,818 tahun, sangat prospektif secara ekonomi.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-21
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/164
10.33476/jky.v20i2.164
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 20 No. 2 (2012): MEI - AGUSTUS 2012; 102-117
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 20 No 2 (2012): MEI - AGUSTUS 2012; 102-117
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v20i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/164/100
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/165
2016-02-19T04:25:09Z
jky:ART
Relationship Between Somatotype and Blood Pressure Among 30 -70 Years Old Javanese People in Sleman, Yogyakarta Province
Trilusiana Rahmawati, Neni
endomorfi
mesomorfi
ektomorfi
tekanan darah
lansia
Konsep somatotipe merupakan klasifikasi bentukbadan yang dapat dinyatakan dengan angka sederhana. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara somatotipe dengan tekanan darah pada populasi orang Jawa. Studi cross sectional dilakukan terhadap penduduk di daerah kabupaten Sleman Yogyakarta, terdiri dari 149 orang laki-laki dan 253 orang perempuan, usia antara 30-70 tahun. Subjek penelitian dibagi dalam 4 kelompok usia, yaitu 30-40, 41-50, 51-60 dan 61-70 tahun. Penentuan somatotipe menggunakan metode Heath Carter. Analisa varian digunakan untuk mengetahui perbedaan antar jenis kelamin dan antar kelompok usia. Koefisien korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui hubungan antara tiap komponen somatotipe dengan tekanan darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kelompok perempuan secara signifikan lebihendomorfikdan kurangektomorfikdibandingkan kelompok lakilaki. Tekanan Darah Sistolik (TDS) dan Tekanan Darah Diastolik (TDD) menunjukkan kecenderungan meningkat dengan bertambahnya usia. Pada perempuan, korelasi antarasomatotipedan tekanan darahcenderunglebih kuat padakelompok usia31-40dan41-50, sedangkan pada laki-laki pola ini kurang konsisten. Pada umumnya, adahubungan positif antara tekanandarah dan komponenendomorfi pada kedua kelompok, sedangkanantaratekanandarah dan komponen ektomorfi cenderung negatif. Hal ini menunjukkan bahwa ponderositydanmuskularitasmemiliki efek sebaliknya, namunlinearitasfisik bisa menawarkankeuntunganadaptif. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk memahami mekanisme dari bentuk badanmana yangberhubungandengan faktorrisiko penyakit.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-22
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/165
10.33476/jky.v20i3.165
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 20 No. 3 (2012): SEPTEMBER - DESEMBER 2012; 118-127
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 20 No 3 (2012): SEPTEMBER - DESEMBER 2012; 118-127
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v20i3
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/165/101
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/166
2016-02-19T04:25:09Z
jky:ART
Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kemampuan Mengidentifikasi Masalah Kesehatan : Studi Pada Program Desa Siaga
Sutisna Sulaeman, Endang
Karsid, Ravik
Murti, Bhisma
Tri Kartono, Drajat
Hartanto, Rifai
Modelpemberdayaan masyarakat
identifikasi masalah kesehatan
keberdayaan masyarakat
Masalah pemberdayaan masyarakat adalah lemahnya kemampuan mengidentifikasi masalahkesehatan. Tujuan penelitianadalahmengkaji dan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat dalamkemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan, dan merumuskan model pemberdayaan masyarakat dalamkemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan.Penelitianinimenggunakan metode gabungan antara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif berupapenelitian survei dengan analisis jalur,sedangkan penelitian kualitatif menggunakanstudi kasus. Sasaran penelitian adalah Bidan Pos Kesehatan Desa danForum Kesehatan Desa di 30Desa Siaga. Hasil penelitian: (1) Faktor-faktor yang berhubungan denganpemberdayaan masyarakat dalamkemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan meliputi: tingkat pendidikan, pengetahuan, kesadaran, kepedulian, kebiasaan, kepemimpinan, modal sosial, Survei Mawas Diri, akses informasi kesehatan,peran petugas kesehatan,danperan fasilitator kesehatan; (2)Model pemberdayaan masyarakat dalam kemampuan mengidentifikasi masalah kesehatanterdiri dari unsur-unsurmasukan, proses, dan keluaran. Unsur masukan terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal komunitas. Faktor internal meliputi: tingkat pendidikan, pengetahuan, kesadaran,kepedulian, kebiasaan, kepemimpinan, modal sosial, serta Survei Mawas Diri. Sedangkan faktor ekternal meliputi: akses informasi kesehatan,peran petugas kesehatan, dan peran fasilitator. Sementara itu proses pemberdayaanmasyarakat meliputi proses pendayagunaan dan pemanfaatan sumber daya di dalam masyarakat serta proses fasilitasi dan dukungan sumber daya dari luar masyarakat. Keluaran pemberdayaanmasyarakat berupakeberdayaanmasyarakatdalamkemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan.Masalah pemberdayaan masyarakat adalah lemahnya kemampuan mengidentifikasimasalahkesehatan.Tujuan penelitianadalahmengkaji dan menganalisisfaktor-faktor yang berhubungan dengan pemberdayaan masyarakatdalamkemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan, dan merumuskan modelpemberdayaan masyarakat dalamkemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan.Penelitianinimenggunakanmetodegabunganantarakuantitatifdankualitatif.Penelitian kuantitatif berupapenelitian survei dengan analisis jalur,sedangkan penelitian kualitatif menggunakanstudi kasus. Sasaran penelitianadalah Bidan Pos Kesehatan Desa danForum Kesehatan Desa di 30Desa Siaga.Hasil penelitian: (1) Faktor-faktor yang berhubungan denganpemberdayaanmasyarakat dalamkemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan meliputi:tingkat pendidikan, pengetahuan, kesadaran, kepedulian, kebiasaan, kepemimpinan,modalsosial,Survei Mawas Diri, akses informasi kesehatan,peran petugaskesehatan,danperan fasilitator kesehatan; (2)Modelpemberdayaan masyarakatdalamkemampuan mengidentifikasi masalah kesehatanterdiri dariunsur-unsurmasukan, proses, dan keluaran. Unsur masukan terdiri dari faktor internal danfaktor eksternal komunitas. Faktor internal meliputi: tingkat pendidikan, pengetahuan,kesadaran,kepedulian,kebiasaan,kepemimpinan,modalsosial,sertaSurveiMawasDiri.Sedangkan faktor ekternal meliputi: akses informasi kesehatan,peranpetugaskesehatan,danperanfasilitator.Sementaraituprosespemberdayaanmasyarakatmeliputi proses pendayagunaan dan pemanfaatansumber daya di dalam masyarakat serta proses fasilitasi dan dukungan sumberdaya dari luar masyarakat. Keluaran pemberdayaanmasyarakat berupakeberdayaanmasyarakatdalamkemampuanmengidentifikasimasalahkesehatan.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-22
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/166
10.33476/jky.v20i3.166
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 20 No. 3 (2012): SEPTEMBER - DESEMBER 2012; 128-142
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 20 No 3 (2012): SEPTEMBER - DESEMBER 2012; 128-142
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v20i3
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/166/102
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/167
2016-02-19T04:25:09Z
jky:ART
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Ibu Untuk Menimbang Balita ke Posyandu
Reihana, Reihana
Budi Susila Duarsa, Artha
Gizi
balita
makanan tambahan
Salah satu tujuan Posyandu adalah memudahkan memantau keadaan gizi anakbalita serta membantu pencegahan dini masalah gizi. Kasus kurang gizi dangizi buruk sulit ditemukan di masyarakat, karena ibu tidak menimbangbalitanya ke Posyandu. Di Kota Bandar Lampung tahun 2009 cakupan D/S dancakupan N/D pada balita belum mencapai standar KW-SPM, pada PuskesmasPanjang sejak tahun 2006 sampai tahun 2008 menunjukkan trend yangmenurun dari 89,2% pada tahun 2006, menjadi 75,8% tahun 2007, dan tahun2008 hanya 70,71%. Tahun 2009 meningkat menjadi 82,6% namun di wilayahkerja Puskesmas Panjang masih ditemukan 2 kasus gizi buruk. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengantingkat partisipasi ibu menimbang Balita ke Posyandu. Penelitian dengandesain studi croos sectional, dilakukan pada bulan Desember 2010 pada 407orang ibu yang mempunyai balita sampai umur 60 bulan.Hasil penelitian didapatkan 54,8% ibu berpartisipasi aktif menimbang balita kePosyandu, hal ini menunjukan bahwa partisipasi ibu untuk menimbang balitake Posyandu di wilayah Puskesmas Panjang belum optimal. Hasil uji statistikmenunjukan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu, pengetahuanibu, dukungan keluarga, kehadiran petugas, pemberian makanan tambahan,motivasi, dan umur balita dengan partisipasi ibu. Variabel yang palingdominan pengaruhnya adalah interaksi antara pengetahuan ibu denganpendidikan ibu setelah dikontrol variabel pendidikan ibu, umur balita, motivasidan dukungan keluarga dengan nilai OR 4,614.Saran yang diberikan adalah perlu dilakukan pendekatan secara Komprehensifdalam meningkatkan kunjungan ibu datang ke Posyandu melalui pengaktifanPokjanal, pemberian makanan tambahan, penyuluhan pada saat hari bukaPosyandu, peningkatan sumber daya manusia dalam pengadaan PMTpenyuluhan dan pemulihan.Salah satu tujuan Posyandu adalah memudahkan memantau keadaan gizi anakbalita serta membantu pencegahan dini masalah gizi. Kasus kurang gizi dangizi buruk sulit ditemukan di masyarakat, karena ibu tidak menimbangbalitanya ke Posyandu. Di Kota Bandar Lampung tahun 2009 cakupan D/S dancakupan N/D pada balita belum mencapai standar KW-SPM, pada PuskesmasPanjang sejak tahun 2006 sampai tahun 2008 menunjukkan trend yangmenurun dari 89,2% pada tahun 2006, menjadi 75,8% tahun 2007, dan tahun2008 hanya 70,71%. Tahun 2009 meningkat menjadi 82,6% namun di wilayahkerja Puskesmas Panjang masih ditemukan 2 kasus gizi buruk. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengantingkat partisipasi ibu menimbang Balita ke Posyandu. Penelitian dengandesain studi croos sectional, dilakukan pada bulan Desember 2010 pada 407orang ibu yang mempunyai balita sampai umur 60 bulan.Hasil penelitian didapatkan 54,8% ibu berpartisipasi aktif menimbang balita kePosyandu, hal ini menunjukan bahwa partisipasi ibu untuk menimbang balitake Posyandu di wilayah Puskesmas Panjang belum optimal. Hasil uji statistikmenunjukan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu, pengetahuanibu, dukungan keluarga, kehadiran petugas, pemberian makanan tambahan,motivasi, dan umur balita dengan partisipasi ibu. Variabel yang palingdominan pengaruhnya adalah interaksi antara pengetahuan ibu denganpendidikan ibu setelah dikontrol variabel pendidikan ibu, umur balita, motivasidan dukungan keluarga dengan nilai OR 4,614.Saran yang diberikan adalah perlu dilakukan pendekatan secara Komprehensifdalam meningkatkan kunjungan ibu datang ke Posyandu melalui pengaktifanPokjanal, pemberian makanan tambahan, penyuluhan pada saat hari bukaPosyandu, peningkatan sumber daya manusia dalam pengadaan PMTpenyuluhan dan pemulihan.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-22
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/167
10.33476/jky.v20i3.167
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 20 No. 3 (2012): SEPTEMBER - DESEMBER 2012; 143-157
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 20 No 3 (2012): SEPTEMBER - DESEMBER 2012; 143-157
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v20i3
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/167/103
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/168
2016-02-19T04:25:09Z
jky:ART
Pola dan Sensitivitas Antibiotik Bakteri Yang Berpotensi Sebagai Penyebab Infeksi Nosokomial di Ruang Rawat Bedah RSUDZA Banda Aceh
Hayati, Zinatul
Azwar, Azwar
Puspita, Ira
Infeksi nosokomial
Pola bakteri
Sensitivitas antibiotik
Infeksi Nosokomial masih menjadi masalah serius di rumah sakit baik di Indonesia maupun di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola bakteri dan sensitivitasnya terhadap antibiotik serta sumber penularan yang berpotensi sebagai penyebab infeksi nosokomial di Ruang Rawat Bedah RSUDZA. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif melalui metode observasional laboratorium. Sampel penelitian diambil dari Ruang Rawat Bedah RSUDZA berupa spesimen yang terdiri dari usap tangan/hidung/luka pasien, tangan/hidung tenaga kesehatan, peralatan, mobiler ruangan dan udara ruangan. Spesimen yang diperoleh dilakukan kultur dan uji sensitivitas antibiotik di Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUDZA. Data dianalisis secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 64spesimenyang diperoleh, 36 spesimen(56,25%) diantaranya terisolasi bakteri sebanyak 38 isolat, sementara 28 spesimen (43,75%) lainnya steril. Hasil identifikasi dari 38 isolat bakteri ditemukan bakteri patogen sebanyak 10 isolat (26,31%) dan non patogen sebanyak 28 isolat (76,32%). Pola kuman patogen yang berpotensi sebagai penyebab infeksi nosokomial di Ruang Rawat Bedah RSUDZA terbanyak adalah Staphylococcus aureus (70%), diikuti P. aeruginosa, E. coli danAcinetobacter sp. masing-masing 10%. Sumber penularan terbanyak yang berpotensimenyebabkan infeksi nosokomial adalah mobiler ruangan, kemudian diikuti dengan pasien dan tenaga kesehatan. Staphylococcus aureus masih sensitif terhadap vankomycin dan clindamycin masing-masing sebesar 100% dan 85,71%, namun demikian semuanya telah resisten terhadap oxacillin sehingga bakteri ini digolongkan ke dalam MRSA. Pseudomonas aeruginosa hanya sensitif terhadap meropenem sehingga digolongkan ke dalam bakteri penghasil ESBL. Escherichia coli masih sensitif terhadap antibiotik golongan cephalosporin, fluoroquinolon dan meropenem sedangkan Acinetobacter sp sudah resisten terhadapantibiotik golongan cephalosporin, fluoroquinolon dan meropenemnamun masih sensitif terhadap gentamisin dan tobramisin. Infeksi Nosokomial masih menjadi masalah serius di rumah sakit baik diIndonesia maupun di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui polabakteri dan sensitivitasnya terhadap antibiotik serta sumber penularan yangberpotensi sebagai penyebab infeksi nosokomial di Ruang Rawat BedahRSUDZA. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif melalui metodeobservasional laboratorium. Sampel penelitian diambil dari Ruang Rawat BedahRSUDZA berupa spesimen yang terdiri dari usap tangan/hidung/luka pasien,tangan/hidung tenaga kesehatan, peralatan, mobiler ruangan dan udararuangan. Spesimen yang diperoleh dilakukan kultur dan uji sensitivitasantibiotik di Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUDZA. Data dianalisissecara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa 64spesimenyang diperoleh, 36 spesimen(56,25%) diantaranya terisolasi bakteri sebanyak 38 isolat, sementara 28spesimen (43,75%) lainnya steril. Hasil identifikasi dari 38 isolat bakteriditemukan bakteri patogen sebanyak 10 isolat (26,31%) dan non patogensebanyak 28 isolat (76,32%). Pola kuman patogen yang berpotensi sebagaipenyebab infeksi nosokomial di Ruang Rawat Bedah RSUDZA terbanyak adalahStaphylococcus aureus (70%), diikuti P. aeruginosa, E. coli danAcinetobactersp. masing-masing 10%. Sumber penularan terbanyak yang berpotensimenyebabkan infeksi nosokomial adalah mobiler ruangan, kemudian diikutidengan pasien dan tenaga kesehatan. Staphylococcus aureus masih sensitifterhadap vankomycin dan clindamycin masing-masing sebesar 100% dan85,71%, namun demikian semuanya telah resisten terhadap oxacillin sehinggabakteri ini digolongkan ke dalam MRSA. Pseudomonas aeruginosa hanyasensitif terhadap meropenem sehingga digolongkan ke dalam bakteri penghasilESBL. Escherichia coli masih sensitif terhadap antibiotik golongancephalosporin, fluoroquinolon dan meropenem sedangkan Acinetobacter spsudah resisten terhadapantibiotik golongan cephalosporin, fluoroquinolon danmeropenemnamun masih sensitif terhadap gentamisin dan tobramisin.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-22
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/168
10.33476/jky.v20i3.168
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 20 No. 3 (2012): SEPTEMBER - DESEMBER 2012; 158-166
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 20 No 3 (2012): SEPTEMBER - DESEMBER 2012; 158-166
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v20i3
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/168/104
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/169
2016-02-19T04:25:09Z
jky:ART
Pengaruh Pajanan Gelombang Telepon Seluler Terhadap Struktur Histologi Limpa pada Mencit (Mus musculus)
Husain, Mayfuza
Nabawiyati Nurul Makiyah, Sri
Limpa
mencit
radiasi gelombang telepon seluler
pulpa putih
sistem imun
Radiasi elektromagnetik yang dihasilkan oleh gelombang telepon seluler dapat berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan apabila seseorang terpajan melampaui ambang batas pemajanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pajanan radiasi gelombang telepon seluler terhadap sistem imunitas mencit (Mus musculus) dengan mengukur diameter pulpa putih limpa. Jenis penelitian adalah eksperimental menggunakan mencit (Mus musculus) jantan, berat badan ± 30 gram, selama 30 hari perlakuan. Perlakuan dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok perlakuan dengan telepon seluler GSM jenis monophonic, kelompok perlakuan dengan telepon seluler GSM jenis polyphonic dan kelompok perlakuan dengan telepon seluler CDMA, masing-masing terdiri dari lima ekor mencit. Dengan Lama pemajanan ±120 menit selama 30 hari. Pada hari ke-31dilakukan dekapitasi pada mencit, organ limpa diambil, dibuat preparat histologi dengan teknik pewarnaan HE dan diukur diameter pulpa putih limpa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diameter pulpa putih limpa pada mencit yang diberi perlakuan tampak lebih besar bila dibandingkan dengan mencit kontrol secara bermakna(p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa antara kelompok perlakuan radiasi gelombang telepon seluler dan kelompok kontrol berbeda secara bermakna, khususnya pada kelompok CDMA. Disimpulkan bahwa radiasi elektromagnetik mempunyai efek mengaktivasi sistem imun di daerah perifer.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-22
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/169
10.33476/jky.v20i3.169
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 20 No. 3 (2012): SEPTEMBER - DESEMBER 2012; 167-173
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 20 No 3 (2012): SEPTEMBER - DESEMBER 2012; 167-173
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v20i3
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/169/105
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/170
2016-02-19T04:25:09Z
jky:Kep
Program CommunityTB Care Sebagai Wahana Pendidikan Kedokteran Komunitas Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
Budi Susila Duarsa, Artha
Djannatun, Titiek
DOTS
Kedokteran komunitas
wahana pendidikan komunitas
WHO telah mengembangkan strategi penanggulangan TB dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost effective). Tujuan program adalahmeningkatkan keterlibatan pasien TB dan masyarakat dalam penanggulanganTB melalui peran komunitas dan UPK (UnitPelayanan Kesehatan) pemerintah dan swasta. Mahasiswa kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas YARSI, dalam mempelajari permasalahan TB secara komprehensif belajar untuk mengetahui dan memahami bagaimana terjadinya penularan TB di masyarakat dan faktor faktor yang menyebabkan terjadinya TB di masyarakat, mendeteksi adanya TB di masyarakat, bagaimana penderita mengakses pelayanan kesehatan yang ada dan faktor faktor yang meyebabkan penderita mengakses pelayanan kesehatan tersebut. Proses pembelajaran tersebut berada dalam kegiatan diagnosis komunitas yang masuk dalam Blok Kedokteran Komunitas di Semester 6. Pembelajaran tersebut memanfaatkan kegiatan Program Community GF ATM Round 8 YARSI TB Care yang digunakan sebagai wahana pendidikan Kedokteran Komunitas. Mahasiswa akan mengunjungi pasien TByang sedang menjalanipengobatan untuk melakukan diagnosis komunitas dengan5langkah: menentukan area permasalahan, menentukan instrumen pengumpulan data, mengumpulkan data, menganalisis data, menyusun intervensi pemecahan masalah. Mahasiswadalam melakukan diagnosis komunitas tersebut berinteraksi dengan pasien TByang sedang menjalani pengobatan, keluarga pasien, dan komunitas yang berada disekitar keluarga pasien berada. Diharapkan dengan memahami permasalahanTBsecara komprehensif, mahasiwa kedokteran akan menjadi profil dokter masa depan menurut WHO: Five Star Doctor yang mencakup: Health Care Provider, Decision Maker, Educator, Manager dan Community Leader.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-22
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/170
10.33476/jky.v20i3.170
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 20 No. 3 (2012): SEPTEMBER - DESEMBER 2012; 174-177
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 20 No 3 (2012): SEPTEMBER - DESEMBER 2012; 174-177
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v20i3
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/170/106
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/174
2016-02-19T04:27:06Z
jky:ART
Primordial Follicles Development of Immature Mice Ovary after FSH and Ovary Cutting Treatments
Djuwita, Ita
ovary
primordial follicles
in vitro culture
development
The aims of the study were to investigate the influence of FSH and the ovary cutting treatments on the development of primordial follicles into preantral and antral follicles. Ovaries were grouped as whole ovary (without cutting); partially cut ovary and completely cut ovary (hemi ovary). All ovary groups were cultured in Dubellco’s Modified Eagle Medium (DMEM) containing 5ug/ml insulin, 10ug/ml transferrin, 5ug/ml selenium (ITS), 5% FBS, 50ug/ml gentamycin with and without 100uIU/ml Follicle Stimulating Hormone (FSH). Cultures were done in 5% CO2 incubator at 37oC. Results showed that after 8 days in vitro cultured in DMEM containing FSH, the average number of preantral follicles isolated from each whole, partially-cut and completely-cut ovaries were 16.1 + 3.3, 26.8 ± 7.7 and 12.3 + 1.9, respectively. On the other hand, those cultured in DMEM without FSH they were 17.3 + 3.8, 23.3 ± 5.2 and 17.8 + 2.8, respectively. After additional cultured for 8 days, the percentage of preantral follicles developing into the antral follicles in DMEM with and without FSH were 26.7 + 5.7 and 11.7 + 2.9, respectively. In conclusion, the supplementation of FSH in the culture medium did not increase the number of preantral follicles, but significantly increased the number of antral follicles. The ovary cutting treatment significantly increased the average number of collected preantral follicles.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2010-03-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
inode/x-empty
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/174
10.33476/jky.v18i1.174
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 18 No. 1 (2010): JANUARI - APRIL 2010; 001-008
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 18 No 1 (2010): JANUARI - APRIL 2010; 001-008
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v18i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/174/110
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/175
2020-01-07T03:42:56Z
jky:ART
Kepuasan pasien terhadap pelayanan tenaga kesehatan di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara Tahun 2009
Umniyati, Helwiah
Pusat Kesehatan Masyarakat
Kepuasan pasien
Pelayanan kesehatan yang bermutu dari Puskesmas dapat diukur salah satunya dengan mengetahui kepuasan pasien terhadap layanan. Bagi Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok kepuasan pasien merupakan hal yang sangat penting, mengingat visi Puskesmas ini adalah menjadikan Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok sebagai unit pelayan kesehatan prima, merata dan terjangkau oleh masyarakat demi mendukung pencapaian derajat kesehatan yang optimal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kinerja pelayanan kesehatan terhadap masyarakat khususnya di balai pengobatan dengan mengukur tingkat kepuasaan pasien. Penelitian ini merupakan penelitian survei, untuk melihat gambaran kepuasan pasien di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok yang dilaksanakan pada Mei – Juli 2009. Populasi pada penelitian adalah pasien rawat jalan di Balai pengobatan Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara. Tingkat kepuasan pasien diukur berdasarkan metode servqual dan diagram kartesius dengan melakukan wawancara pada 63 pasien di balai pengobatan umum. Masing-masing pernyataan diberi skor dengan menggunakan skala likert 1-5. Pada penelitian ini dihasilkan sebagian besar responden merasa puas terhadap pelayanan tenaga kesehatan di balai pengobatan umum Puskesmas Tanjung Priok (71,4%). Dimensi bukti fisik (tangible) memiliki persentasi kepuasan yang tertinggi sebesar 84,12% sedangkan persentase kepuasan terendah yaitu pada dimensi jaminan (assurance) sebesar 65,07%. Kepuasan pasien terhadap pelayanan dokter lebih tinggi dari pada kepuasaan terhadap perawat 76,19% vs 65,07%. Puskesmas Tanjung Priok perlu mempertahankan dan meningkatkan prestasi yang sudah ada. Beberapa hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan untuk lebih ditingkatkan misalnya saja kehadiran petugas yang tepat waktu, mempunyai waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan pasien, menanggapi keluhan dengan baik, serta memberikan informasi dengan jelas.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2010-03-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/175
10.33476/jky.v18i1.175
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 18 No. 1 (2010): JANUARI - APRIL 2010; 009-020
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 18 No 1 (2010): JANUARI - APRIL 2010; 009-020
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v18i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/175/111
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/176
2016-02-19T04:27:06Z
jky:ART
Kadar Adiponektin pada subyek obes dengan maupun tanpa Resistensi Insulin
Hariawan, Hariadi
adiponektin
resistensi insulin
obes
Adiponektin adalah suatu adipositokin yang dihasilkan dari jaringan lemak. Adiponektin mempunyai peranan penting dalam regulasi dari metabolisme glukosa dan resistensi insulin. Penelitian klinis menunjukkan bahwa kadar adiponektin lebih rendah pada subyek obes, diabetes dan penderita penyakit arteri koroner. Studi ini meneliti perbedaan kadar adiponektin pada subyek obes dengan resistensi inulin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar adiponektin antara subyek obes dengan resistensi insulin dibandingkan subyek obes normal. Kadar adiponektin plasma diperiksa pada 72 subyek dengan indeks massa tubuh (IMT) >25kg/m2. Resisitensi insulin diukur dengan menggunakan formula homeostasis model assessment insulin resistance (HOMA IR) dari kadar insulin dan glukosa puasa. Kadar adiponektin plasma diukur dengan teknik ELISA. Diperiksa kadar glukosa darah, insulin dan profil lipid puasa. Hasilnya menunjukkan bahwa usia rerata adalah 46.39±6.45 tahun dengan IMT 29.83±3.57 kg/m2 dan kadar adiponektin 4.2±1.79 ?g/ml. Kadar adiponektin lebih rendah bermakna pada subyek obes. Kadar adiponektin tidak berbeda bermakna antara subyek obes dengan dan tanpa resistensi insulin (P=0.41). Tidak ada perbedaan proporsi seks diantara subyek obes dengan dan tanpa resistensi insulin (p=0.374). Analisis regresi logistik menunjukkan perbedaan dalam IMT, lingkar pinggang dan kadar glukosa 2 jam setelah makan pada subyek dengan resistensi insulin. Dari penelitian ini tidak didapatkan adanya perbedaan kadar adiponektin pada subyek obes yang mengalami resistensi insulin dan yang tidak mengalami resistensi insulin.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2010-03-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/176
10.33476/jky.v18i1.176
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 18 No. 1 (2010): JANUARI - APRIL 2010; 021-028
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 18 No 1 (2010): JANUARI - APRIL 2010; 021-028
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v18i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/176/112
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/177
2016-02-19T04:27:06Z
jky:ART
Pengaruh pemberian Ekstrak Etanol Akar Anting-Anting (Acalypha indica L.) terhadap kualitas Spermatozoa Mencit
Yasmin, Cut
Eriani, Kartini
Sari, Widya
Acalypha indica L.
mencit
kualitas sperma
dan sintesis hormon reproduksi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol akar anting-anting (Acalypha indica L.) terhadap kualitas spermatozoa mencit. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas empat perlakuan dengan lima ulangan. Perlakuan terdiri atas pemberian ekstrak etanol akar anting-anting dengan dosis: 0 mg/kg bb (P0), 150 mg/kg bb (P1), 300 mg/kg bb (P2), dan 600 mg/kg bb (P3) yang diberikan sekali sehari selama 7 hari. Parameter kualitas spermatozoa adalah motilitas spermatozoa, keutuhan membran plasma, spermatozoa hidup, dan abnormalitas spermatozoa dari 200 spermatozoa. Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis varian dan dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol akar anting-anting berpengaruh nyata dalam meningkatkan motilitas spermatozoa, jumlah spermatozoa dengan membran plasma utuh, dan jumlah spermatozoa hidup. Pemberian ekstrak etanol akar anting-anting dengan dosis 300 mg/kg bb dan 600 mg/kg bb merupakan dosis yang dapat meningkatkan libido, sedangkan dosis untuk meningkatkan kualitas spermatozoa dosis adalah 600 mg/kg bb.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2010-03-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/177
10.33476/jky.v18i1.177
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 18 No. 1 (2010): JANUARI - APRIL 2010; 029-037
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 18 No 1 (2010): JANUARI - APRIL 2010; 029-037
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v18i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/177/113
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/178
2016-02-19T04:27:06Z
jky:ART
Kadar Hormon Catecholamin dan Cortisol Urin pada Perawat yang bekerja shift
Ibrahim, Ibrahim
Catecholamine
cortisol
urin
shift kerja
perawat
Pola shift kerja telah berjalan di berbagai belahan dunia dengan persentase peshift kerjamalam, atau shift lebih 15-20% di Eropa, 20% di Amerika Serikat, di Asia bervariasi antara 6-32% dari total pekerja. Shift kerja, yang menurut definisi adalah: suatu cara waktu kerja dibagi dalam shift secara bergantian (rotasi) pada tempat kerja yang sama. Shift dapat terus menerus atau tidak, dengan shift kerja membuat pekerjaan pada waktu yang berbeda siang dan malam selama beberapa hari atau minggu, risiko shift kerjaselain ditentukan karena jadwal shift kerja, juga ditentukan oleh waktu kerja total. Untuk menilai pola shift kerja saat ini dalam hal mekanisme adaptasi fisiologis toleransi tubuh menggunakan indikator hormon catecholamin dan kortisol urine. Metode penelitian yang digunakan adalah Kuasi-eksperimen dengan pendekatan crossover design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola shift kerja yang dilakukan sejauh ini masih dapat ditoleransi oleh mekanisme adaptasi fisiologis tubuh pekerja yang menunjukkan bahwa ketiga pola shift kerja yang diteliti, tidak ada perbedaan tingkat hormon yang signifikan, uji yang dilakukan adalah one sampel t-test antara konsentrasi kadar hormon urine dengan nilai acuan normal dengan urutan pola shift kerja2 lebih baik dari dua pola lainnya.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2010-03-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/178
10.33476/jky.v18i1.178
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 18 No. 1 (2010): JANUARI - APRIL 2010; 038-050
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 18 No 1 (2010): JANUARI - APRIL 2010; 038-050
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v18i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/178/114
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/179
2016-02-19T04:27:06Z
jky:ART
Hubungan pajanan debu terigu terhadap kualitas hidup penderita Rinitis akibat kerja
Carolina Manuputty, Anita
Pratiwi Rahardjo, Sutji
Djamin, Riskiana
Perkasa, Fadjar
rinitis akibat kerja
pajanan debu terigu
kualitas hidup
Rinitis akibat kerja dapat mempengaruhi kualitas hidup pekerja, menghilangkan banyak waktu kerja yang dapat menurunkan produktivitas namun masih sedikit informasi yang dimiliki mengenai epidemiologi pada industri terigu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara lama pajanan debu terigu dan kejadian rinitis akibat kerja (RAK) terhadap kualitas hidup penderita rinitis akibat kerja pada pekerja pabrik terigu X diMakassar. Penelitian ini menggunakan kajian potong lintang (cross sectional study). Penelitian dilakukan di pabrik terigu X, yakni di bagian produksi dan pengepakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara lama pajanan debu terigu dan kejadian rinitis akibat kerja (RAK) dengan nilai p<0.05). Akan tetapi tidak terdapat hubungan bermakna antara lama pajanan debu terigu dan penurunan kualitas hiduppenderita RAK. Hubungan antara merokok dan kejadian RAK belum dapat dibuktikan, namun didapatkan bahwa merokok tanpa RAK lebih dominan dibandingkan RAK tanpa merokok dalam menyebabkan pemanjangan waktu transpor mukosiliar. Hubungan penggunaan masker dengan kualitas hidup pada kejadian RAK belum dapat dibuktikan, namun didapati bahwa pada pekerja yang tidak secara rutin menggunakan masker terkenaRAK dengan risiko yang lebih tinggi dan dapat menurunkan kualitas hidupnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara lama pajanan debu terigu dan kejadian rinitis akibat kerja (RAK) dengan nilai p<0.05). Akan tetapi tidak terdapat hubungan bermakna antara lama pajanan debu terigu dan penurunan kualitas hiduppenderita RAK.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2010-03-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/179
10.33476/jky.v18i1.179
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 18 No. 1 (2010): JANUARI - APRIL 2010; 051-062
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 18 No 1 (2010): JANUARI - APRIL 2010; 051-062
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v18i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/179/115
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/180
2016-02-19T04:27:06Z
jky:ART
Hubungan Migrasi Perlekatan Otot pada Tulang Panjang dengan Perubahan Panjang Tulang dan Volume Otot pada Perlakuan Bipedal selama Pertumbuhan
Boer, H. Ardiyan
Migrasi
perlekatan otot
perlakuan bipedal selama pertumbuhan
Dalam penelitian ini diselidiki hubungan antara migrasi perlekatan otot pada tulang panjang dengan penambahan beban dengan perlakuan bipedal selama pertumbuhan. Sebagai hewan percobaandipakai 150 ekor tikus jantan (Rattus norvegicus) strain Lembaga Makanan Rakyat Departemen Kesehatan Republik Indonesia, berumur 6 minggu dan dengan berat rata-rata 70 gr. Perlakuan dibeikan selama 6 bulan. Secara randomisasi hewan percobaan dibagi atas beberapa kelompok, yaitu kelompok Wo pemasangan kawat penunjuk pada corpus tulang, kelompok kontrol sebanyak 60 ekor tikus, sebagai kelompok pembanding, kelompok bipedal sebanyak 60 ekor tikus dan mendapat penambahan berat badan secara bipedal pada tulang. Pada semua kelompok dipasang kawat penunjuk pada pertengahan corpus femoris dan corpus tibiae. Selama perlakuan, hewan percobaan dibiarkan hidup bebas dalam kandang selama 2 sampai 6 bulan, tikus diberi makan dan minum ad libitum. Pada tiap-tiap kelompok, 30 ekor tikus dikorbankan pada waktu 2 bulan dan 6 bulan sesudah perlakuan. M. Gluteus maximus, M. Pectineus, M. adductor brevis, M. addductor magnus dan M. aastrocnemius yang melekat pada femur, dan M. rectus femoris, M.semimembranosus, M.gracilis, M.semitendinosus dan M.tibialis anterior yang melekat pada tibia dipotong dan diukur volumenya serta diukur jarak perlekatannya secara absolut dan secara proporsional terhadap jarak dari kawat penunjuk ke ujung tulang. Femur bagian proximal, femur badian distal dan tibia bagian proximal diukur panjangnya terhadap kawat penunjuk. Dicari korelasi antara selisih panjang tulang dan volume otot antara perlakuan 6 bulan dan 2 bulan dengan selisih jarak absolut (migrasi absolut) dan selisih jarak proporsional (migrasi proporsional) perlekatan otot antara perlakuan 6 bulan dan 2 bulan. Hasil yang didapat dari penelitian ini memberikan gambaran bahwa perlakuan bipedal ada korelasi antara migrasi perlekatan otot dengan perubahan panjang tulang selama pertumbuhan, tetapi tidak ada korelasi dengan perubahan volume otot. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada korelasi selama pertumbuhan, yang berdasarkan pada unsur tulang.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2010-03-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/180
10.33476/jky.v18i1.180
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 18 No. 1 (2010): JANUARI - APRIL 2010; 063-078
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 18 No 1 (2010): JANUARI - APRIL 2010; 063-078
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v18i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/180/116
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/181
2016-02-19T04:27:06Z
jky:Kep
Infeksi Streptokokus Grup B (SGB) pada Ibu Hamil dan Neonatus: Diagnosis dan Pencegahan
Hayati, Zinatul
Streptokokus grup B
ibu hamil
neonatus
profilaksis
Streptokokus Grup B (SGB) merupakan penyebab penting infeksi yang serius pada neonatus antara lain menyebabkan pneumonia, septikemia dan meningitis neonatal. Infeksi neonatal SGB menjadi penyebab utama kematian pada bayi baru lahir dan lebih dari 6000 kasus infeksi ini terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya. Bakteri ini umumnya diperoleh bayi melalui transmisi vertikal dari ibunya baik in utero maupun ketika ia melewati jalan lahir. Angka kejadian infeksi SGB pada neonatus mencapai 1/1000 kelahiran hidup. Insidensi SGB pada wanita hamil sehat di dalam negeri dilaporkan sebanyak 10,09%. Sedangkan pada keadaan komplikasi obstetri insidensinya mencapai 24,6%. Sementara itu prevalensi kolonisasi asimtomatik SGB pada ibu hamil di Luar Negeri antara lain dilaporkan di Israel 5,4%; Arab 1,6%; Jerman 3,8%; Italia 7,5% dan di Inggris sebanyak 28%. Bahan pemeriksaan yang dapat diambil untuk mengisolasi bakteri SGB pada neonatus adalah darah, cairan serebrospinal, trakhea dan lain-lain. Preidentifikasi bakteri dapat dilakukan dengan uji Christie, Atkins and Munch Petersen (CAMP). Identifikasi definitip dapat dideteksi berdasarkan antigen dinding sel spesifik-grup B melalui uji serologi. Pemeriksaan tambahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan jumlah darah komplit, level C-reactive protein (CRP), interleukin-6 (IL-6), IL-8, uji antigen. Pemeriksaan radiografi paru dilakukan untuk mendiagnosa adanya pneumonia. Pencegahan dengan kemoprofilaksis intrapartum (intrapartum antibiotic prophylaxis/IAP) yang telah direkomendasikan oleh American College of Obstetrics and Gynecology (ACOG), American Academy of Pediatrics (AAP) dan Central for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 1996 adalah pemberian ampisilin atau penisilin G intravena intrapartum.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2010-03-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/181
10.33476/jky.v18i1.181
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 18 No. 1 (2010): JANUARI - APRIL 2010; 079-085
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 18 No 1 (2010): JANUARI - APRIL 2010; 079-085
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v18i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/181/117
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/182
2016-02-19T04:27:34Z
jky:ART
Pengelompokan Genotip, Serologi dan Supertipe Gene HLA Kelas I pada Suku Jawa, Indonesia
Yuliwulandari, Rika
Teguh Rochani, Jekti
Indrawati, Isna
Genotip
serologi
supertipe
HLA
Gen Human Leukocyte Antigen (HLA) berperan penting dalam sistim pertahanan tubuh manusia. Gen ini juga terkenal sebagai gen yang paling polimorfik dalam struktur genom manusia. Oleh karena itu identifikasi gen HLA sangat penting dilakukan pada tiap populasi termasuk populasi suku Jawa. Pada penelitian ini, telah dilakukan identifikasi genotipe HLA pada 237 subyek. Namun demikian, selain genotip, perlu juga dilakukan pengelompokan berdasarkan jenis serologi dan supertipe HLA. Makalah ini menyajikan pengelompokan gen HLA kelas I berdasarkan database yang umum dirujuk oleh peneliti-peneliti lainnya.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2010-07-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/182
10.33476/jky.v18i2.182
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 18 No. 2 (2010): MEI - AGUSTUS 2010; 086-093
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 18 No 2 (2010): MEI - AGUSTUS 2010; 086-093
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v18i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/182/118
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/183
2016-02-19T04:27:34Z
jky:ART
Pengaruh Kedelai (Glycine max (L) Merril) terhadap Kadar Glukosa Darah dan Ekspresi Insulin Sel B Pankreas pada Tikus Diabetik
Mustofa, M Samsul
Mukhtar, Diniwati
Susmiarsih Panjiasih, Tri
Royhan, Aan
kedelai
diabetes melitus
ekspresi insulin
isoflavon
Kedelai (Glycine max (L) Merril) telah digunakan di negara-negara Asia selama berabad-abad sebagai sumber protein yang utama dari tanaman. Kedelai mengandung isoflavon genistein, dadzein dan glycitein yang mempunyai aktivitas antioksidan. Ada dugaan isoflavone kedelai mempunyai aktivitas hipoglikemik dan dapat meningkatkan ekspresi insulin sel B pankreas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Kedelai (Glycine max (L) Merril) menurunkan kadar glukosa darah, dan meningkatkan ekspresi insulin pulau Langerhans pada tikus yang diinduksi alloxan. Sejumlah 36 ekor tikus Wistar jantan dibagi menjadi 6 kelompok (3 kelompok perlakuan dan 3 kelompok kontrol). Alloxan disuntikkan secara intraperitoneal dengan dosis 150 mg/kg BB untuk menginduksi tikus menjadi diabetes pada grup perlakuan dan grup kontrol diabetes. Bubur kedelai (100, 200 dan 500 mg/kg BB/hari) diberikan personde pada grup perlakuan selama 4 minggu. Glukosa darah puasa diperiksa dari sampel darah yang diambil dari vena retroorbita sebelum perlakuan, 2 minggu dan 4 minggu setelah perlakuan, dan diukur dengan metode GOD-PAP. Pada hari ke 29 setelah perlakuan tikus didekapitasi dan jaringan pankreas diambil. Terhadap irisan paraffin pankreas dilakukan pewarnaan imunohistokimia menggunakan antibodi anti-insulin. Penilaian kualitatif ekspresi insulin dilihat dengan adanya warna coklat yang timbul pada pulau Langerhans. Data yang dianalisis dengan uji Anova nilai p < 0,05 menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hasil penelitian menunjukkan kadar glukosa darah puasa pada kelompok perlakuan 500 mg/kgBB/hari mengalami penurunan mencapai kadar normal (100,38 mg/dl). Ekspresi insulin pada pulau Langerhans juga memperlihatkan peningkatan pada kelompok tikus DM dengan perlakuan. Sebagai kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa kedelai mempunyai aktivitas hipoglikemik dan meningkatkan ekspresi insulin. Peningkatan ekspresi insulin tersebut diduga disebabkan oleh adanya antioksidan yang berfungsi untuk melindungi sel ? pankreas dari apoptosis.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2010-07-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/183
10.33476/jky.v18i2.183
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 18 No. 2 (2010): MEI - AGUSTUS 2010; 094-103
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 18 No 2 (2010): MEI - AGUSTUS 2010; 094-103
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v18i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/183/119
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/184
2016-02-19T04:27:34Z
jky:ART
Rekayasa Bakteri untuk Ternak dan Manusia: Pembuatan Mutan Escherichia coli Penghasil Protein Rekombinan
Ali, Muhamad
FUKUBA, Takako
NAKANO, Hideo
mutan defisiensi-protease
transduksi phage P1
disrupsi kromosom
Protein rekombinan seperti vaksin, antibodi, hormon, dan obat-obatan, semakin dibutuhkan oleh ternak dan manusia. Hambatan utama untuk menghasilkan protein rekombinan pada Escherichia coli sebagai inang yang digunakan paling luas adalah degradasi oleh enzim proteolitik. Hal ini disebabkan karena E. coli memiliki sejumlah enzim proteolitik yang tersebar di dalam sitoplasmanya. Untuk itu, lebih dari 90% degradasi protein terjadi di dalam sitoplasmanya. Pada penelitian ini, peneliti telah menghasilkan mutant E. coli BW25113 yang tidak memiliki gen penyandi enzim protease dengan menggunakan kombinasi metode pengerusakan kromosom dan metode transduksi phage P1. Pembuatan mutan tersebut dimulai dengan pengerusakan gen penyandi enzim protease pada kromosom bakteri dengan produk PCR yang memiliki bagian yang homolog dengan gen target. Mutan-mutan yang dihasilkan kemudian digunakan untuk menghasilkan mutan ganda dengan metode Transduksi phage P1. Analisis fenotif dan genotif menunjukkan bahwa kombinasi kedua metode tersebut sangat efektif untuk membuat lebih dari satu mutasi pada E. coli. Untuk itu, mutan E. coli yang telah diperoleh akan sangat bermanfaat untuk menghasilkan aneka protein rekombinan untuk ternak dan manusia.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2010-07-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/184
10.33476/jky.v18i2.184
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 18 No. 2 (2010): MEI - AGUSTUS 2010; 104-113
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 18 No 2 (2010): MEI - AGUSTUS 2010; 104-113
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v18i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/184/120
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/185
2016-02-19T04:27:34Z
jky:ART
Korelasi antara Kadar Glukosa Darah dengan Kadar Kalsium Tulang pada Model Tikus (Rattus norvegicus) Hiperglikemia
Olivia Sari, Devi
Suhartono, Eko
Zoelkarnain Akbar, Izaak
hiperglikemia
kalsium tulang
tikus putih
Hiperglikemia merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar glukosa darah melebihi normal. Keadaan hiperglikemia ini memiliki peran terhadap komplikasi diabetes mellitus. Meskipun secara umum osteoporosis tidak digolongkan sebagai komplikasi diabetes, pada pasien diabetes tipe 1 dan 2 terjadi peningkatan resiko terjadinya osteoporosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kadar glukosa darah terhadap kadar kalsium tulang pada tikus putih. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan posttes-only with control group design, menggunakan Rancangan Acak Sederhana, terdiri atas 10 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri atas 5 ekor tikus putih (Rattus norvegicus), yaitu 1 kelompok kontrol dan 9 kelompok perlakuan yang diinduksi streptozotocin dengan dosis 50 mg/kgBB, yang setiap kelompok dilakukan pengukuran kadar glukosa dan kalsium setiap 3 hari sekali. Kadar kalsium tulang diukur dengan metode permanganometri. Data yang diperoleh diuji korelasi Pearson dengan tingkat kepercayaan 99%. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa keadaan peningkatan kadar glukosa darah dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium tulang.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2010-07-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/185
10.33476/jky.v18i2.185
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 18 No. 2 (2010): MEI - AGUSTUS 2010; 114-120
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 18 No 2 (2010): MEI - AGUSTUS 2010; 114-120
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v18i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/185/121
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/186
2016-01-27T07:46:54Z
jurnal-fk-yarsi:ART
oai:ojs.localhost:article/187
2016-02-19T04:27:34Z
jky:ART
Hubungan antara Kadar Anti Streptolisin-O dan Gejala Klinis pada Penderita Tonsilitis Kronis
Mindarti, Fadhilah
Pratiwi Rahardjo, Sutji
Kodrat, Linda
Sulaiman, A. Baso
Tonsilitis kronis
kadar anti streptolisin O
gejala klinis kriteria Centor modifikasi Mc Isaac
Odynophagia
Anti streptolisin O merupakan antibody terhadap antigen streptolisin O yang dihasilkan oleh bakteri streptokokus ? hemolitikus grup A. Kuman ini sering didapatkan pada tonsillitis kronis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kadar anti streptolisin O (ASO) dengan gejala klinis menurut keriteria Centor modifikasi Mc Isaac. Penelitian dilakukan di rumah sakit pendidikan Bagian Ilmu Kesehatan THT Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang merupakan penelitian analitik cross sectional. Sampel penelitian diperoleh dari semua penderita tonsillitis kronik yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada bulan Oktober 2009 sampai Februari 2010. Data dianalisa dengan Chi Square test dengan nilai signifikan 2.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2010-07-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/187
10.33476/jky.v18i2.187
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 18 No. 2 (2010): MEI - AGUSTUS 2010; 121-128
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 18 No 2 (2010): MEI - AGUSTUS 2010; 121-128
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v18i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/187/123
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/188
2016-02-19T04:27:34Z
jky:ART
Biosintesis Antigen Permukaan Hepatitis B “HBsAg100” pada Escherichia coli dalam Rangka Produksi Protein Rekombinan sebagai Model Imunogen untuk Menghasilkan Antibodi
Riyadi, Slamet
RA Maheswari, Rarah
Sudarwanto, Mirnawati
RZ, Fransiska
Ali, Muhamad
Ekspresi protein
protein rekombinan
purifikasi
HBsAg100
Biosintesis protein rekombinan melalui Escherichia coli memberikan alternatif untuk menghasilkan protein antigen yang bermanfaan bagi kepentingan kesehatan yang bebas dari protein manusia. Penelitian ini menggabungkan fragmen DNA dari antigen permukaan virus Hepatitis B dengan gen penyandi enzim gluthation-S-transferase (GST) di dalam plasmid p GEX-4T-2 yang di ekspresikan di dalam sel-sel Escherichia coli. Polypeptida dengan berat molekul sekitar 34,8 kDa telah diproduksi dan diidentifikasi sebagai protein gabungan GST-HB100. Protein gabungan tersebut kemudian dimurnikan menggunakan kolum GSTrap yang disambung dengan kolum HiTrap. Selanjutnya, protein hasil pemurnian tersebut diharapkan bisa digunakan sebagai bahan vaksin atau untuk menghasilkan antibodi.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2010-07-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/188
10.33476/jky.v18i2.188
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 18 No. 2 (2010): MEI - AGUSTUS 2010; 129-136
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 18 No 2 (2010): MEI - AGUSTUS 2010; 129-136
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v18i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/188/124
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/189
2016-02-19T04:27:34Z
jky:Kep
Telomer, Aging dan Karsinogenesis
Purwaningsih, Endang
telomerase
kromosom
kode genetik
replikasi
Telomer adalah segmen DNA yang terletak pada ujung kromosom sel eukariot. Fungsi utama telomer adalah melindungi DNA dari kerusakan dan mempertahankan kestabilan kromosom. Adanya perubahan pada telomer berhubungan dengan proses menua (aging) dan karsinogenesis. Telomer ini dipelihara keutuhannya oleh enzim telomerase. Terjadinya proses menua (aging) berhubungan dengan pemendekan telomer. Pada manusia panjang telomer memendek secara proposional sesuai dengan umur. Sel atau jaringan fetus mempunyai telomer yang lebih panjang daripada sel somatik orang dewasa. Enzim telomerase sangat berperan dalam mempertahankan proliferasi sel kanker. Aktivitas enzim telomerase pada sel kanker atau tumor cukup tinggi, sehingga sel kanker menjadi immortal dan mengalami proliferasi terus menerus. Panjang telomernya menunjukkan lebih pendek dibandingkan sel atau jaringan normal
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2010-07-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/189
10.33476/jky.v18i2.189
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 18 No. 2 (2010): MEI - AGUSTUS 2010; 137-143
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 18 No 2 (2010): MEI - AGUSTUS 2010; 137-143
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v18i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/189/125
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/190
2016-02-19T04:27:34Z
jky:Kep
Imunobiologi Sel Sertoli: Prospek Pemanfaatan Sel Sertoli bagi Alternatif Penanganan Cangkok Jaringan
N Depamede, Sulaiman
allograft
immune privilege
blood testis barrier
diabetes
pancreas
Peran utama sel Sertoli adalah merawat dan mengatur perkembangan spermatozoa di dalam testis. Peran ini dilakukan secara anatomis fisiologis dengan membentuk blood testis barrier dan dengan mensekresikan beberapa faktor seperti Fas ligand dan transforming growth factors. Faktor-faktor tersebut berperan bagi terciptanya kondisi imunologis khusus di testis sehingga spermatozoa terlindung dari serangan sistem autoimun tubuh. Beberapa dekade terakhir, penelitian difokuskan pada upaya pemanfaatan sel Sertoli di luar habitat aslinya, sebagai imunosupresan alami dalam penanganan cangkok jaringan. Dalam tulisan ini dibahas beberapa upaya tersebut, dengan beberapa contoh kombinasi cangkok pankreas dan sel Sertoli dalam upaya menangani masalah diabetes melitus. Hasil-hasil penelitian menunjukkan ko-transplantasi sel Sertoli dan sel pankreas berdampak positif bagi perpanjangan usia cangkokan hingga 100 hari dibanding kontrol dengan efek positif bagi proses normoglycemic hewan coba. Di Indonesia penelitian tentang upaya pemanfaatan sel Sertoli sebagai salah satu upaya penanganan masalah cangkok jaringan masih terbatas, dengan demikian studi ini perlu dikaji lebih mendalam lagi.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2010-07-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/190
10.33476/jky.v18i2.190
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 18 No. 2 (2010): MEI - AGUSTUS 2010; 144-150
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 18 No 2 (2010): MEI - AGUSTUS 2010; 144-150
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v18i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/190/126
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/191
2016-02-19T06:33:23Z
jky:ART
Effect of resistance training on strength and endurance of muscle in chronic heart failure
Wungouw, Herlina
Heart Failure
training
strength and endurance muscle
Resistance training (RT) has been used to increase muscle strength and endurance. In CHF patients, the effect of RT has not been thoroughly investigated. This study was conducted to explore the effect of RT to reverse muscular weaknesses and decreased muscular endurance that have been found in many CHF patients.A prospective-randomized controlled study was used as the research design. The effect of RT on muscular strength and endurance was evaluated in 39 CHF patients with II-III New York Heart Association (NYHA) functional class and left ventricle ejection fraction (LVEF), 27+7 (mean + standard deviation) in the exercise group and 28+6 in the control group. Initial two tests, knee extensor/flexor and elbow extensor/flexor for measuring strength and endurance were performed one week apart using isokinetic machine. After randomization (exercise group=EG and control group=CG), EG performed 3 months supervised RT in hydraulic machine using incremental approach based on individual response. All patientsfollowed the end-point test.The result showed that muscular strength and endurance in EG increased by 20+19% (p <.000) and 25+26% (p < .001), respectively while in the CG, strength and endurance nearly unchanged. The difference between groups was significant (p< .006 for strength and p < .003 for endurance). There was no adverse cardiac event occurred during the test and training sessions.In conclusion, resistance training was safe for stable CHF patients and was able to increase muscular strength and endurance.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
inode/x-empty
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/191
10.33476/jky.v17i1.191
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 17 No. 1 (2009): JANUARI - APRIL 2009; 001-010
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 17 No 1 (2009): JANUARI - APRIL 2009; 001-010
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v17i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/191/127
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/192
2016-02-19T06:33:23Z
jky:ART
Deteksi Mutasi Gen Gyrase A Porphyromonas Gingivalis Resisten terhadap Ciprofloxacin berdasarkan teknik Polymerase Chain Reaction
E.Rieuwpassa, Irene
Hatta, Mochammad
gyrase A
Porphyromonas gingivalis
ciprofloxacin
One of resistance mechanisms to ciprofloxacin shown by bacterium Porphyromonas gingivalis isolated from periodontitis patients is mutations of genes through changes in DNA topoisomerase. Ciprofloxacin is an effective antimicrobial for Gram-negative bacteria effectively used for clinical infections treatment. The purpose of this research was to determine the gene mutation of P. gingivalis on periodontitis patients in relation to the resistance to ciprofloxacin by using disc diffusion and, followed by RFLP-PCR on P.gingivalis samples. Based on sensitivity tests by diffusion method, it was shown that the sensitive samples (n =13) had the highest inhibition zone diameter (mean= 25 mm), while the intermediate samples (n=1) was 19 mm. Examination using RFLP-PCR for 14 samples did not reveal any mutation of gyrase A gene.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/192
10.33476/jky.v17i1.192
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 17 No. 1 (2009): JANUARI - APRIL 2009; 011-020
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 17 No 1 (2009): JANUARI - APRIL 2009; 011-020
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v17i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/192/128
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/193
2016-02-19T06:33:23Z
jky:ART
Efek perawatan luka terkontaminasi dengan ekstrak bawang putih lanang dalam mempercepat penurunan eritema
Wiji Utami, Yulian
Murniati, Anis
Sumarno, Sumarno
Onion extract
wound care
contaminated wound
erythema value
This study was aimed to examine the effect of ”lanang” onion extract to accelerate the reduction of erythema inflammation sign in contaminated wound. A true experimental with posttest only control group design was used. The variable observed was a photograph of wound taken throughout the experiment which was then processed by program corel photopoint suite graphic 12, so it could provide average value of the decrease of erythema inflammation sign. Samples consisted of 4 groups, each group was composed of five rats. A series of extract concentration were applied, e.g. 128 mg/ml,256 mg/ml, and 512 mg/ml for the first, second and third group respectively. In addition, 10% povidone iodine was used for the forth group. The result showed that by the eighth day, the average decrease of mean red color intensity or the erythema values were 49.26, 45.44, 45.32 and 62. 96 in the first, second, third and forth group respectively. Statistical analysis employing one way ANOVA showed significant difference for all groups [o.ooo < (0.05)]. No different was observed on Post hoc result test in group 1 and 2 [0.352 > (0.05)], however, significant difference [0,0000 < (0,05)] was found between group 1 and 3, group 1 and 4, group 2 and 3, group 2 and 4, group 3 and 4. Employing simple regression correlation, significance correlation of less than 0.05 and R 0.705 was found for the extract in reducing the erythema. It was concluded that “Lanang” onion extract was better in accelerating the reduction of erythema inflamation sign than that with povidone iodine. It was suggested that further studies particularly using microbiology method were still required to prove this finding.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/193
10.33476/jky.v17i1.193
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 17 No. 1 (2009): JANUARI - APRIL 2009; 021-030
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 17 No 1 (2009): JANUARI - APRIL 2009; 021-030
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v17i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/193/129
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/194
2016-02-19T06:33:23Z
jky:ART
Gambaran anemia gizi dan kaitannya dengan asupan serta pola makan pada tenaga kerja wanita di Tangerang, Banteng
Suyardi, M. Arifin
Andriani, Ance
L. Priyatna, Benny
Female workers
anemia
food intake
food pattern
Health and nutritional status of female workers are factors determining the quality of human resources in the future. A cross sectional study was done in shoes factory on cutting and trimming department in Tangerang district, Banten. This study was conducted to observe the nutritional enemia profile in this group employing questionaire, anthropometricmeasurement, physical and laboratory examination. The population was female workers. Subjects were chossen using inclusion criteria. A total of 125 persons were admitted in this study. Overall the prevalence of undernutrition was 23 (18.4%). Anemia was found in 78 (62.4%), consisted of 55 (44%) nutritional anemia and 23 (18.4%) unknown caused. Nutritional anemia were separated to iron deficiency anemia 44 (35.2%),B12 deficiency anemia 2 (1.6%), iron + B12 deficiency anemia 4 (3.2%), iron + folic acid deficiency anemia 2 (1.6%), B12 + folic acid deficiency anemia 2 (1.6%), iron + B12 + folic acid deficiency anemia 1 (0.8%). This study concluded that the nutritional anemia was related significantly (p<0.05) to inadequacy protein and iron intake was well as unpair food pattern. In the future, effort should be done to give adequate nutrients intake especially sources of protein, iron, folic acid and B12 vitamin.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/194
10.33476/jky.v17i1.194
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 17 No. 1 (2009): JANUARI - APRIL 2009; 031-039
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 17 No 1 (2009): JANUARI - APRIL 2009; 031-039
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v17i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/194/130
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/195
2016-02-19T06:33:23Z
jky:ART
Aktivitas antioksidan dan efek sitotoksik ekstrak Kola (Cola nitida) pada kulter sel kanker hati (HepG-2)
Endrini, Susi
Marsiati, Himmi
J, Suherman
O, Fauziah
R, Asmah
cytotoxic effects
cola fruit extract
antioxidant
MTT
DPPH
Liver cancer is one among cancers with increasing incidence in the world. Cola fruit (Cola nitida) is a fruit that is rich in properties and has been known since the Dutch colonial era. This fruit contains ingredients such as those contained in tea and chocolate such as methylxanthine and its derivatives. This study aims to determine the content of antioxidants and cytotoxic effects of cola fruit extracts obtained from Indonesia and Malaysia on liver cancer cell lines. Antioxidant content of fruit extracts of cola was assessed using DPPH (2,2-diphenyl-2-picrylhydrazyl hydrate) and cytotoxic effects were studied using MTT (3 - (4,5-Dimethylthiazol-2-Yl)diphenyltetrazolium bromide -2.5) on human liver cancer cell lines (HepG2). The results showed that cola fruit from Malaysia contained high antioxidant with the IC50 value of 37.2 ?g/mL whereas IC50 of value of its Indonesia’s cola fruit was 66.0 ug / mL. The similar results have been shown in the cytotoxic test using HepG-2 liver cancer cell lines. Malaysia’s cola fruit extract has a smaller IC50 value of 6.5 ?g / mL while the fruit extract of Indonesia’s cola showed IC50 value of 39.5 ?g / mL. These values indicates that the fruit extract of cola is a potential anticancer activities especially on liver cancer. Further studies are required to clarify this hypothesis.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/195
10.33476/jky.v17i1.195
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 17 No. 1 (2009): JANUARI - APRIL 2009; 040-044
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 17 No 1 (2009): JANUARI - APRIL 2009; 040-044
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v17i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/195/131
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/196
2016-02-19T06:33:23Z
jky:ART
Efek kurkumin dan pentagamavunon-0 terhadap viabilitas kultur sel luteal
Purwaningsih, Endang
curcumin
curcumin analog
proliferation
luteal cells
The purpose of this study was to investigate the effect of curcumin and pentagamavunonn-0 (PGV-0) on the viability of cultured luteal cells (percent of viable cells). The cultured luteal cells were obtained from corpus luteum of induced 12 immature Sprague Dawley rats by a single 10 IU Pregnat Mare’s Serum Gonadotropin. Subject in this study was 4 days old corpus luteum which was cultured in Minimal Essential Medium (MEM) containing 10% Fetal Bovine Serum. This experiment consisted of 12 groups, e.g. one group as control (solvent), three groups as control with LH and or PGF2 stimulation, and eight groups treated with 100 ?M curcumin and PGV-0 in three replicates. Evaluation was conducted after 24 hours of treatment by observation of viable cells with MTT method. The result showed that the viability of cultured luteal cells with curcumin or PGV-0 only was not significantly different compared to control goups. However, curcumin and PGV-0 on cultured luteal cells stimulated by LH and or PGF2 showed significant differences compared to control or LH and PGF2 only.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/196
10.33476/jky.v17i1.196
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 17 No. 1 (2009): JANUARI - APRIL 2009; 045-053
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 17 No 1 (2009): JANUARI - APRIL 2009; 045-053
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v17i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/196/132
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/197
2016-02-19T06:33:23Z
jky:ART
Hubungan antara rasa nyeri di leher dengan posisi melihat dekat ketika duduk membaca, menulis dan menggambar
Sofwan, Achmad
Soebijanto, Soebijanto
Soempeno, Bambang
Neck pain
full day school
near looking position
In globalization era, many schools offered integrated school model, among others are full day school, boarding school, etc. which is characterized by longer learning time than that in the public school at the same level. The extra-learning time would eventually prolong the student’s seating time. The chairs are probably comfortable however spinal back pain might be suffered. The cause of spinal back pain (schoolchildren’s neck, shoulder and back) could not be determined accurately. The aim of this study was to investigate the relationship between neck pain and near looking position while they were sitting to read, write and draw. This was a cross sectional study with analytical observation. The subjects of observation were 124 students of Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Lukman Al-Hakim grade VI, with the age range was 10-12 years. The student’s visual activity was examined and flexion angle of the neck were measured while they were sitting to read, write and draw. Questionnaire was used to collect the frequency and the severity of complaints. The statistical methods used were chi-square and discriminant analysis. The result showed that the correlation coefficients between neck pain with near looking position while they were sitting to read, write and draw were 0,671, 0,693 and 0,632 respectively. It was concluded that there was a strong correlation between neck pain and near looking position while they were sitting to read, write and draw.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/197
10.33476/jky.v17i1.197
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 17 No. 1 (2009): JANUARI - APRIL 2009; 054-062
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 17 No 1 (2009): JANUARI - APRIL 2009; 054-062
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v17i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/197/133
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/198
2016-02-19T06:33:23Z
jky:ART
Hubungan migrasi perlekatan otot pada tulang panjang dengan perubahan panjang tulang dan volume otot pada perlakuan hiperaktivitas selama pertumbuhan
Boer, H. Ardiyan
Migration
muscle attachment
hyperactivity treatment
bone growth
This study was aimed to recognize the ccorrelation between migration of muscle attachment on long bone and the change of bone length and mucle volume in a hyperactivity treatment during bone growth. A number of 150 male rats (Rattus norvegicus) were used as experimental animal. Randomly, the experimental animals were divided into three groups (1) the first group consisted of 30 rats, were used to examine the anatomical structure of the rats, and the accuracy of placing metal pins of muscles and of the bone shaft, (2) the control group (60 rats) and (3) the hyperactivity group (60 rats) were given increased muscular activity by physical exercise in every groups. Metal pins were implanted in the middle of the femoral and the tibial bone shaft, and 30 rats (the first group) were directly sacrificed. Every 2 months and 6 months following treatment, the hyperactivity and the control group were sacrificed. Five muscles which were attached on the femur and on the tibia were cut and their volumes, absolute distance and proportional distance of their attachment to the metal pins, and to the length of the bone were measured. It was found that in the hyperactivity rats, a change of bone length was detected, whereas none in the control group. The change of the long bone was significantly correlated proportionally with the migration of the attachment of the muscle. In the treated group, muscle volume differed compared to that in the control group. However, the difference of the muscle volume was not correlated with the migration of the muscle attachment during bone growth. In conclusion, there was a convincing correlation between the migration of the muscle attachment and the change of bone length in hyperactivity group during bones growth.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/198
10.33476/jky.v17i1.198
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 17 No. 1 (2009): JANUARI - APRIL 2009; 063-073
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 17 No 1 (2009): JANUARI - APRIL 2009; 063-073
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v17i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/198/134
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/199
2016-02-19T06:33:23Z
jky:ART
Hubungan gambaran ultrasonografi ginjal dengan laju Filtrasi Glomerulus (GFR) pada penderita gangguan ginjal
Majdawati, Ana
renal ultrasound
glomerular filtration rate
renal function
resistive index
The aim of this research was to understand the correlation betwen renal ultrasonography examination and Glomerular Filtration Rate (GFR) in renal diseases patients that were referred to renal ultrasonografi at Radiology instalation, Sardjito Hospital. The subjects were patients with renal disorders treated from July 2008 until July 2009 that were fit to inclusion and exclusion criteria. The inclusion criteria were age 20-65 years old, normal body weight (Body Mass Index 18,5-22,9 kg/m ), and normal serum creatinin. The exclusion criteria were patients with renal congenital anomali and renal trauma. The independent variables were size, echostructure, borderline betwen cortex and medulla, pyelocaliceal system and another abnormal image such as stone, mass. The dependent variable was GFR (Schwartz). Chi square was employed to analyze correlation betwen independent and dependent variables. The result showed that significant correlation was observed between renal function (GFR) to size (p= 0,012); echostructure (p=0,000); cortex-medulla border (p= 0,004) and pyelocaliceal system (p= 0,01). On the other hand, renal stone and mass showed no corelation to renal function (GFR), p=0,670. It was suggested that further studies were still required to increase the accuracy of renal ultrasonography in clarifying the correlation between renal function to renal artery resistive index by using doppler ultrasonography.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/199
10.33476/jky.v17i1.199
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 17 No. 1 (2009): JANUARI - APRIL 2009; 074-081
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 17 No 1 (2009): JANUARI - APRIL 2009; 074-081
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v17i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/199/135
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/200
2016-02-19T06:33:23Z
jky:ART
Distribusi perokok berdasarkan berbagai latar belakang demografi (Menurut data Susenas 2001 dan 1995)
Jamal, Sarjaini
Smoker population
urban-rural
sex
level of education
Smoking habit is a pleasure for a person and may be dangerous for the others. The main ingredient of cigarette, kretek and cigar is tobacco. Tobacco has been known to contain a lot of chemical substances including nicotin, alkaloids, safrol, ammonia and tar whichare harmful to health. This study was carried out to depict smokers among community in any characteristics of demographic background. The data of smoking habit among peoples of 15 years old or above were collected from the National Health Survey (Survey Kesehatan Nasional) and Household Health Survey (SKRT) 2001 and 1995. More than 12.000 respondents had been interviewed. The result showed that during the last five years the proportion of smokers was increasing in all age groups among male but decreasing among female. Smokers were most prevalence in low educated population and in rural areas. The prevalence was also found to be higher in Sumatera compared to those in Java or eastern part of Indonesia. It is suggested that serious measures should be taken against the campaign of tobacco company including strengtheninglaw enforcement and enhance punishment to the people or company violating the tobacco regulation.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/200
10.33476/jky.v17i1.200
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 17 No. 1 (2009): JANUARI - APRIL 2009; 082-088
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 17 No 1 (2009): JANUARI - APRIL 2009; 082-088
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v17i1
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/200/136
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/201
2016-02-19T06:33:38Z
jky:ART
Antioxidant Activity and Anticarcinogenic Properties of “Sisik Naga”(Drymoglossum piloselloides Presl.)
Endrini, Susi
MTT assay
“sisik naga”
MCF-7
Antioxidant activity
cytotoxic properties
The research was conducted to determine the anticarcinogenic properties of “sisik naga”(Drymoglossum piloselloides Presl.), by the microculture tetrazolium salt (MTT) assay on the human breast carcinoma dependenthormone (MCF-7) cell lines. The preliminary results showed that the “sisik naga” extract displayed the cytotoxic effects against MCF-7 with IC50 value of 83.63µg/ml. The antioxidative activity of the extracts which could contribute to their cytotoxic properties was also studied. The “sisik naga” extract was found to have high antioxidant activity with IC50-value of 4.229 ppm. The strong cytotoxic properties of the “sisik naga” extract could be due to its high antioxidant activity.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/201
10.33476/jky.v17i2.201
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 17 No. 2 (2009): MEI - AGUSTUS 2009; 089-092
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 17 No 2 (2009): MEI - AGUSTUS 2009; 089-092
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v17i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/201/137
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/202
2016-02-19T06:33:38Z
jky:ART
Efek Pentagamavunon-0 terhadap Konsentrasi cAMP dan Progesteron pada Kultur Sel Luteal yang mengandung Teofilin
Purwaningsih, Endang
Kadarsih Soejono, Sri
Dasuki, Djaswadi
Meiyanto, Edy
signal transduction
curcumin analog
culture plate
ELISA
RIA
Curcumin analog (Pentagamavunon-0/PGV-0) can inhibit steroidogenesis of luteal cell culture. Corpus luteum secretes progesterone by LH stimulation. The main transduction signal of luteal cells steroidogenesis is through the cAMP/PKA. The objective of this study was to know the effect of PGV-0 on cAMP and progesterone concentration of luteal cell culture containing theophylline. The subject was corpus luteum of rat Sprague Dawley strain induced with PMSG (10 IU). PGV-0 was given shortly after the stimulation of LH and or PGF2? with or without theophyline. The cell culture then put into the incubator for 24 hours. Concentration of cAMP was assessed by ELISA whereas the progesterone concentration was determined by RIA. The result showed that LH stimulation caused cAMP and progesterone increase significantly. The inhibition of PGF2? on cAMP and progesterone concentrations showed no significant difference compared to the control. Theophylline increased the cAMP and progesterone concentration significantly but not to LH stimulation. PGV-0 did not inhibit cAMP concentration but PGV-0 inhibited the progesterone concentration by LH stimulation. In conclusion, PGV-0 inhibits signal transduction of lutheal cell in down stream cAMP.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/202
10.33476/jky.v17i2.202
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 17 No. 2 (2009): MEI - AGUSTUS 2009; 093-100
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 17 No 2 (2009): MEI - AGUSTUS 2009; 093-100
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v17i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/202/138
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/203
2016-02-19T06:33:38Z
jky:ART
Prevalensi bayi lahir cacat (Malformasi Kongenital) di Rumah Sakit Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
Mustofa, Samsul
Susmiarsih Panjiasih, Tri
Wikaningrum, Riyani
congenital malformation
morbidity
medical record
pregnancy
Congenital Malformations was instrumental in perinatal morbidity and infant mortality. Patients with severe disorders are classified to be affected physically, mentally, and socially and require special attention. Prevalence data from various types of congenital malformations may be useful to plan primary prevention measures for such disorders. The purpose of this study was to examine the prevalence of congenital malformations at the teaching hospitals, Faculty of Medicine, YARSI University. In this study, data were obtained from medical records in four teaching hospitals i.e. Abdul Muluk Hospital in Bandar Lampung, Lampung, Serang General Hospital in Serang, Banten, Garut General Hospital in Garut, and Gunung Jati General Hospital in Cirebon, West Java, within a period of three years i.e. 2005 to 2007. Based on ICD-10 codes, eight groups involving 18 types of birth defects were recorded. Among 25,276 babies born in four previously mentioned hospitals, 283 babies were born with congenital malformation. The prevalence of congenital malformations in Abdul Muluk Hospital was 11.31% with the frequency of 5.961/1,000 live birth, Serang Hospital was 13.78% with the frequency of 7.163/1,000 live birth, Garut Hospital was 33.92% with the frequency of 9.777/1,000 live birth and Gunung Jati Hospital was 40.99% with the frequency of 24.98/1000 live birth. Various disorders were noted, being the most common was disorder in the digestive system (25.80%), followed by the musculoskeletal system (20.49%), and the nervous system (16.61%). In conclusion, the total prevalence of congenital malformations in the teaching hospital, Faculty of Medicine, YARSI University was 1.12% with the frequency of 11.2/1000 live births. Congenital malformations were particularly prominent in Gunung Jati General Hospitals Cirebon, West Java.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/203
10.33476/jky.v17i2.203
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 17 No. 2 (2009): MEI - AGUSTUS 2009; 101-110
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 17 No 2 (2009): MEI - AGUSTUS 2009; 101-110
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v17i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/203/139
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/204
2016-02-19T06:33:38Z
jky:ART
Comparison between Image Correlation and Projection Correlation in CT Image Reconstruction with Limited Data
Widita, Rena
image reconstruction
image correlation
projection correlation
simulated annealing
Since the improvement in radiotherapy impacts on cancers at their most curable stages, radiotherapy-related research has a high strategic priority and a great capacity for improving the overall cure rates of the disease. However, some of the treatments involve the delivery of relatively high radiation dose to patients. Thus, it is important to be able to verify the success of the treatment by determining the dose deposited in the patient at each fraction. One possibility to achieve this would be to obtain an image while the patient is on the treatment couch. The aim of this study was to develop an image reconstruction algorithm by collecting limited information while the patient is on the treatment couch. Two methods, image correlation and projection correlation, were developed and compared here. The effectiveness and practicality of each of these methods were compared. The results showed that the projection correlation presents several advantages. It can be applied without any interations, and it produces a fast algorithm. With more advanced image reconstruction software, this method could potentially be used in a clinical environment.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/204
10.33476/jky.v17i2.204
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 17 No. 2 (2009): MEI - AGUSTUS 2009; 111-118
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 17 No 2 (2009): MEI - AGUSTUS 2009; 111-118
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v17i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/204/140
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/205
2016-02-19T06:33:38Z
jky:ART
Pola kuman pada penderita Infeksi Saluran Kemihdi RSUP Dr Kariadi Semarang
Joni Karjono, Bambang
Susilaningsih, Neni
Damma Purnawati, Ratna
Urinary Tract Infection
microbiology pattern
incidence
E coli
Urinary Tract Infection (UTI) is one of the most common bacterial infections found in clinical practice. The incidence of UTI increases with age. Despite various causes, the main causal agent is Escherichia coli.The aim of this study is to observe the pattern of bacteria underlying UTI in Dr. Kariadi Teaching Hospital, Semarang. A cross sectional design study was conducted using urine samples collected from 195 patients being diagnosed as UTI. Urine samples were cultured and counted according to microbiology standard method. Data obtained were analyzed employing descriptive approach. The result showed that 79 individuals (40.5%) were suffering from UTI, consisting of 31.6% male and 68.4%women. Most of the UTI patients were due to E. coli (65.8%) followed by E.coli and S. aureus (10.1%), S.Aureus (8.9%), Enterobacter sp. (7.6%), E. coli and Pseudomonassp. (2.5%), Enterobacter sp.E. coli (2.5%), Enterococcus sp. (1.3%) and E.coli, S. aureus and Enterobacter sp. (1.3%). It was concluded that the most common cause of UTI was E. coli and women were more frequently affected than men.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/205
10.33476/jky.v17i2.205
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 17 No. 2 (2009): MEI - AGUSTUS 2009; 119-124
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 17 No 2 (2009): MEI - AGUSTUS 2009; 119-124
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v17i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/205/141
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/206
2016-02-19T06:33:38Z
jky:ART
Analisis rasio IFNy - IL 4 pada berbagai kelompok Nefritis Lupus
Handono, Kusworini
Lupus Nephritis
histological phenotype
IFN?-IL4 ratio
Lupus Nephritis (LN) is a serious manifestation of Systemic Lupus Erythematosus (SLE), that is classified into 6 different classes according to WHO criteria. It has been shown that histological pattern of LN varied significantly among the class and the etiology of the difference in the histological phenotypes remains unknown to date. Several studies indicatedassociation between Th1/Th2 cytokines balance with genetic factor. The present study aims to evaluate the interferron-? (IFNy) / interleukin 4 (IL4) ratio among different histologicalphenotype of LN patients in Indonesia. The study was conducted in 40 female SLE patients at Dr. Saiful Anwar Hospital, Malang, Indonesia. Histologic phenotypes classification was based on WHO criteria (1995). The serum level of IFNy and IL4 was assayed using ELISA and the association between IFNy-IL4 ratio with the histological phenotypes was statistically analyzed using ANOVA. The study revealed that among 31 SLE subjects undergone renal biopsy, class I/II, class III/IV and class V were observed in 13, 12 and 6 subjects respectively. The IFNy-IL4 ratio in class III/IV subjects was significantly higher compared to those in the other classes (p<0.000). However, the IL4 in the class III/IV was significantly lower than the other classes. The findings indicated that the activity of the Th1 immune response tend to be higher in class III/IV LN patients whereas in class V LN patients, the Th2 response prevail. In conclusion, the study indicated that the IFNy-IL4 cytokine ratio might influence the pathogenesis of LN.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
inode/x-empty
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/206
10.33476/jky.v17i2.206
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 17 No. 2 (2009): MEI - AGUSTUS 2009; 125-133
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 17 No 2 (2009): MEI - AGUSTUS 2009; 125-133
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v17i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/206/142
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/207
2016-02-19T06:33:38Z
jky:ART
Populasi Bakteri Pada Tanah Bekas Buangan Limbah Merkuri Tambang Emas di Kabupaten Bolaang Mongondow: Penelitian Pendahuluan
Fatimawali, Fatimawali
Kepel, Billy
Yusuf, Irawan
Natsir, Rosdiana
Baharuddin, Fatmawaty
Bacteria
soil
mercury
Mercury is one of the most toxic heavy metals found in nature. Athough adverse health effect of mercury have been known for a long time, exposure to mercury continues and is even increasing in some areas, for example, mercury is still used in gold mining in many parts of North Sulawesi Province. Most of the soil and aquatic bacteria that are continuously exposed to mercury usually develop a genetic adaptation to resist the toxicity of this compound. Bacteria have a specific operon called merOperon that functions to coordinate genes coding for proteins and enzymes involved in mercury disposal and detoxification. Therefore, this preliminary study aims to isolate and identify bacteria collected from gold mining area in the district of Bolaang Mongondow. Bacteria were isolated from soil samples collected from three locations of the gold mining waste disposal and the isolated bacteria were grown in agar media. Identification of the grown bacteria were then be performed using morphological, physiological and biochemical tests. The results showed that 36 bacteria were successfully isolated, of which, 11 isolates were gram positive bacteria and the remainders were gram negative. All isolates showed motility and all could be grouped into 4 species i.e. Bacillus sp., Escherichia coli, Enterobacter cloacea, and Enterobacter aerogenes.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/207
10.33476/jky.v17i2.207
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 17 No. 2 (2009): MEI - AGUSTUS 2009; 134-141
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 17 No 2 (2009): MEI - AGUSTUS 2009; 134-141
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v17i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/207/143
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/208
2016-02-19T06:33:38Z
jky:ART
Perbedaan ekspresi TGF-B1 dan Fibrosis Interstisial pada kejadian Nefrotoksis Doxorubicin dan Nefroprotektif Pentoxifylin
Purwanto, Bambang
doxorubicin
pentoxyfilline
interstitial fibrosis
albuminuria
Nephrotoxic effects of Doxorubicin (DXR) is still a problem in clinical practice. On the other hand Pentoxyfilline (PTX) as an electron-donor material can be nephroprotective. Therefore, combination of DXR and PTX would be expected to reduce nephrotoxic effects of DXR. In this study we examined the effects of PTX on TGF-B1 expression and interstitial fibrosis in an experimental model of DXR nephropathy in mice. Mice were divided into three groups of eight each i.e. untreated Swiss mice (controls), DXR treatment alone to induce nephropathy, and DXR treatment followed by PTX. Following 4 week treatment, each group was sacrificed. Examination of TGF-B1 expression was carried out by immunohistochemistry employing monoclonal antibody. Interstitial fibrosis examination was performed by a histopathologist using Verheoff van Giesen staining and the one way Anova was used for statistical analysis. It was observed that DXR treatment followed by PTX treatment prevented the increase of TGF-B1 expression and interstitial fibrosis in mice with DXRnephropathy (p<0.05). These findings suggested the beneficial nephroprotective effect of PTX.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2016-01-28
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/208
10.33476/jky.v17i2.208
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 17 No. 2 (2009): MEI - AGUSTUS 2009; 142-149
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 17 No 2 (2009): MEI - AGUSTUS 2009; 142-149
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v17i2
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/208/144
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/209
2016-02-01T04:45:53Z
jurnal-fk-yarsi:ART
oai:ojs.localhost:article/210
2016-02-19T06:33:52Z
jky:ART
Pengaruh Kurkumin pada Kultur Sel Luteal Tikus yang mengandung Teofilin terhadap Kadar cAMP dan Progesteron
Purwaningsih, Endang
Kadarsih Soejono, Sri
Dasuki, Djaswadi
Meiyanto, Edy
transduksi sinyal
teofilin
cawan kultur
ELISA
RIA
Senyawa kurkumin dapat menghambat steroidogenesis kultur sel luteal dengan menghambat sekresi progesteron. Letak kerja kurkumin pada steroidogenesis kultur sel luteal belum diketahui. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh kurkumin terhadap kadar cAMP dan kadar progesteron pada steroidogenesis kultur sel luteal dengan penambahan teofilin. Subyek penelitian adalah korpus luteum tikus Sprague Dawley yang diinduksi dengan PMSG. Kurkumin diberikan sesaat setelah stimulasi LH dan atau PGF2a dengan dan tanpa penambahan teofilin. Kemudian kultur sel diinkubasi selama 24 jam. Konsentrasi cAMP diukur dengan metode ELISA sedangkam konsentrasi progesteron diukur dengan metode RIA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LH meningkatkan cAMP dan kadar progesteron secara bermakna, sedangkan PGF2a mengurangi kadar cAMP dan kadar progesteron secara tidak bermakna. Teofilin meningkatkan kadar cAMP dan kadar progesteron secara bermakna dan hampir sama dengan stimulasi LH. Kurkumin menghambat kadar cAMP oleh LH maupun teofilin. Disimpulkan bahwa kurkumin menghambat kadar cAMP dan kadar progesteron pada kultur sel luteal dengan cara menekan transduksi sinyal di up stream cAMP.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2009-10-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/210
10.33476/jky.v17i3.210
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 17 No. 3 (2009): SEPTEMBER - DESEMBER 2009; 150-159
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 17 No 3 (2009): SEPTEMBER - DESEMBER 2009; 150-159
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v17i3
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/210/146
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
oai:ojs.localhost:article/211
2016-02-19T06:33:52Z
jky:ART
Faktor risiko disfungsi endotel pada prediabetes
Eliana, Fatimah
Suwondo, Pradana
Hakim Makmun, Lukman
Saksono Harbuwono, Dante
Prediabetes
Disfungsi endotel
ADMA
Prevalensi kasus prediabetes di Indonesia pada saat ini cukup tinggi, dan oleh karena itu proporsi wanita berisiko penyakit kardiovaskular meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko disfungsi endotel pada wanita prediabetes melalui pemeriksaan kadar asymmetric dimethylarginine (ADMA) serum. Penelitian ini dilakukan dengan desain case control pada populasi wanita prediabetes berusia 30-55 tahun. Kriteria prediabetes ditentukan dari pemeriksaan toleransi glukosa oral (TTGO) dengan pemberian 75 gram glukosa. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida dan HbA1c sebagai variabel independen, serta ADMA sebagai variabel dependen. Terdapat 41 subjek wanita prediabetes yang memenuhi kriteria inklusi dan dimasukkan dalam kelompok kasus, dan 39 subjek yang dimasukkan dalam kelompok kontrol. Terdapat hubungan yang bermakna dan korelasi yang kuat antara peningkatan kadar ADMA dengan glukosa darah puasa, glukosa darah pasca pemberian glukosa 75 gram dan HbA1c. Namun hasil analisis multivariat membuktikan bahwa faktor yang menentukan kadar ADMA adalah HbA1c.Probabilitas subjek prediabetes dengan HbA1c lebih dari 6% untuk mendapatkan kadar ADMA yang tidak normal adalah 96,03%. Faktor risiko terjadinya disfungsi endotel pada wanita prediabetes adalah peningkatan HbA1c lebih dari 6%.
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2009-10-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/211
10.33476/jky.v17i3.211
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol. 17 No. 3 (2009): SEPTEMBER - DESEMBER 2009; 160-168
Jurnal Kedokteran YARSI; Vol 17 No 3 (2009): SEPTEMBER - DESEMBER 2009; 160-168
2460-9382
0854-1159
10.33476/jky.v17i3
eng
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/211/147
Copyright (c) 2016 YARSI Medical Journal
abe548fdcec004cd70803ef72a132308